Part 57 | POV - Ike

11.1K 75 0
                                    

"Kamu cantik, dek." ujarnya memujiku, membuatku kembali merasakan sakit di hatiku, seakan ada ribuan jarum yang menusuki hatiku. Aku tidak pantas kamu sebut cantik lagi, masku.

Tangan mas Joni lalu mengangkat daguku, dan bibirnya mulai mendekati bibirku, hingga bibir kami saling bertemu satu sama lain. Hanya sebuah sentuhan lembut pada awalnya, hingga perlahan demi perlahan bibirnya mulai melumati bibirku.

Sementara tangannya mengelus punggung dan rambutku, yang tidak ditutup oleh jilbab, yang biasa aku kenakan. Biasanya mas Joni memintaku untuk mengenakan jilbabku dulu, setiap kali dia datang dan aku sedang tidak mengenakan jilbab. Namun, kali ini nampaknya sebuah pengecualian.

Ciuman mas Joni semakin lama, menjadi semakin bergairah dan bersemangat. Aku pun berusaha untuk mengimbanginya. Dalam hati, aku mulai ingin menangis, karena menyadari bahwa aku telah membiarkan pria lain mencumbui bibirku ini. Membuat mas Joni jadi terlihat menyedihkan, karena tunangannya telah dicumbui orang lain, bahkan menikmatinya.

Tangannya yang mengusap punggungku, mulai mengusap bagian depan di perutku. Bahkan tangannya mulai masuk ke dalam kaus tangan panjangku. Menjalar ke kulit perutku secara langsung.

Aku yang telah terhanyut akan permainan bibir mas Joni, langsung tersentak kaget, saat tangan mas Joni dengan cepat naik dan menyusup ke dalam BH-ku, dan mendekap erat payudaraku secara langsung.

Aku yang tadinya sedang terpejam, menikmati cumbuan mas Joni, sampai terbelalak, berusaha melihat kearahnya. Aku melihat mata mas Joni sedang terpejam, seperti sedang menikmati sentuhan tangannya di payudaraku, serta lumatan bibirnya di bibirku. Mas Joni tidak pernah berlaku agresif seperti ini sebelumnya. Entah apa yang tiba-tiba menyebakan mas Joni memiliki keberanian untuk mengakses tubuhku lebih jauh dari sekedar kecupan ringan di bibirku, setiap kami bertemu.

"Nggghhhh...sssshhh...mmmmffff." aku mulai melenguh pelan, saat jari jemari mas Joni mulai memilin puting payudaraku dengan lembut. Rasa geli yang nikmat langsung membuyarkan berbagai pertanyaanku mengenai sikap agresif mas Joni kali ini.

Tangan mas Joni pun mulai semakin liar, dengan meremas-remas payudaraku, sambil sesekali memainkan puting payudaraku. Lenguhanku pun mulai meninggi suaranya. Gairahku pun mulai terpancing, saat dirangsang seperti ini oleh mas Joni.

Aku mulai melumat dengan liar bibir mas Joni, sambil terpejam, menikmati cumbuan demi cumbuan yang dia lakukan terhadap tubuhku ini. Kedua tangan mas Joni bahkan sudah menyentuh langsung kedua payudaraku, dimana BH yang aku kenakan telah turun, membuat kedua payudaraku langsung menyembul.

Mas Joni kemudian melepaskan ciumannya dari bibirku, saat dia mengankat bajuku, berusaha untuk melepaskannya. Aku pun mengangkat kedua tanganku, agar kaosnya bisa di lepas, sehingga mas Joni bisa melihat langsung bentuk payudaraku, beserta puting kecoklatan yang menghiasi payudaraku.

"Hmm...payudara kamu indah sekali, dek." ujarnya kembali memujiku, sebelum dia menyusup ke leherku, dan mulai mencumbu leherku lagi. Sementara itu, kedua tangannya terus meremasi kedua payudaraku, dengan remasan-remasan lembut. Membuatku terus merintih-rintih nikmat.

Cumbuan bibir mas Joni mulai bergerak menurun hingga ke dadaku, dan juga kedua payudaraku. Untuk pertama kalinya, puting payudaraku, bersentuhan langsung dengan bibir dan lidah mas Joni.

Aku yang sudah dilanda oleh gairah birahi, semakin terbuai dan terhanyut akan permainan mas Joni, yang ternyata begitu lembut aku rasakan. Kedua tanganku meremasi rambut mas Joni, saat mulutnya sedang mengulum dan memainkan puting payudaraku.

"Ooohhhhh... masshh... ssshhhh... aaaaahhhh... geliihh mashhh." desisku merasakan semakin nikmat rasa geli yang menyengat-nyengat di tubuhku ini.

Lidah mas Joni begitu fasih memainkan puting payudaraku, dengan gerakan-gerakan melingkari areola payudaraku, sambil sesekali menyentuh ujung puting susuku dengan lidahnya, membuatku menggila saja rasanya.

Aku bahkan sesekali menekan kepala mas Joni dengan kuat ke dadaku, saat aku merasa sudah tidak tahan lagi akan rasa geli yang aku rasakan ini.

"Oooohhhhhh... masss... akuh... gak tahann mass... geli bangett... aahhhhh." rintihku semakin keras.

Mas Joni pun semakin kuat mengulum dan menghisap payudaraku, bergantian kiri dan kanan. Kedua payudaraku bahkan sudah penuh dengan tanda-tanda merah hasil dari cupangan yang dibuat oleh mas Joni.

Setelah cukup lama bermain dan mengulum payudaraku, mas Joni kemudian membalikan tubuhku, dan mendorong tubuhku, hingga aku bertumpu di meja yang biasa aku pakai untuk aku makan.

Mas Joni kemudian menciumi punggungku dengan sentuhan-sentuhan lembut dengan bibirnya. Lidahnya pun menjalari sekujur punggungku, membuat rasa geli yang aku rasakan ini, terasa begitu memabukan. Desisanku terus keluar dari mulutku ini.

Cumbuan mas Joni terus menurun dari pundak, ke punggung, hingga ke pinggangku. Aku bahkan tidak sadar sama sekali, saat kedua tangan mas Joni memegang karet celana panjang dan celana dalamku, dan menurunkannya bersamaan, hingga aku menjadi telanjang bulat di hadapannya, memamerkan pantatku kepadanya.

Aku baru tersentak terkejut, saat tangan mas Joni mendorong punggungku, hingga aku sedikit menungging, dan lidah mas Joni mulai turun dari pinggang hingga ke bagian pantatku. Aku baru sadar bahwa aku sudah telanjang bulat, saat menyadari kedua celana panjang dan celana dalamku, tergolek di lantai, walau masih tertahan oleh kedua kakiku.

Rasa malu yang menerjangku, saat menyadari bahwa mas Joni sudah melihat tubuh telanjangku, langsung sirna, berganti rasa terkejut dan geli, saat lidah mas Joni bahkan sedang menjilati duburku, tempatku membuang kotoran.

"AAHHHHH... massshhhh... jang... aannhhh... itu jorokkk... aaahhhhhh." rasanya geli sekali, membuat tubuhku terus bergelinjang dan menggigil beberapa kali saking gelinya. Namun, mas Joni terus saja menjilati bagian duburku hingga beberapa lama.

Dari dubur, lidah mas Joni terus menjalar hingga ke bibir vaginaku. Dan langsung menjilati klitorisku yang mengintip, saat aku dalam posisi nungging seperti ini. Aku sampai menggelinjang kesana kemari, tidak bisa diam. Bahkan terus-terusan bergetar, saat rasa geli yang aku rasakan, sudah tidak tertahankan lagi.

"Oooohhh... oohhhhh... masshhh... gak... tahaannn... aahhhh."

Pantatku pun mulai bergerak memutar, mengejar kemana pun lidah mas Joni bergerak. Aku menggigit bibir bawahku dengan kuat, karena desakan birahi yang hampir meledak, setelah terus-terusan menerima rangsangan birahi dari lidah mas Joni.

"OOOOOOHHHHHH... MASSSSS... KAMU NGAPAAINNN... OOOHHHH."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

4H&AF (Adult Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang