Part 19

65.1K 3.5K 89
                                    

Ini sudah 1 minggu semenjak Daddy meninggal dan juga operasi pencangkokan Ginjal Glen. Glen memang sudah sadar tapi keadaannya belum 100 persen pulih. Glen sempat bertanya siapa pendonor ginjalnya dan kami selalu mengatakan seseorang yang baik hati rela memberikan ginjalnya untuk menolong dirinya. Untungnya dia percaya dan tidak bertanya lebih lanjut. Begitu juga dengan Daddy, Glen pernah bertanya satu kali dan aku hanya bisa berbohong lagi kalo Daddy sedang keluar negeri.

Glen juga bersikeras untuk dirawat di rumah saja, katanya di rumah sakit sangat membosankan dan dia ingin menghabiskan waktu di dekat anak – anaknya.

“Glen, terima kasih sudah bertahan demi aku dan anak – anak kita” kataku ketika kami berada dikamar anak – anak. Glen masih memandang ketiga anaknya. Airmatanya tak berhenti mengalir, mungkin ini suatu keajaiban bisa melihat anak – anaknya lahir.

“Loh Daddy kok nangis sih, anak – anak saja tidak pernah menangis” kataku menenangkannya.

“Mereka suatu keajaiban, apa kamu tau Helena.. doaku setiap hari melihat dan menggendong anak – anak kita, dan sekarang keajaiban itu terjadi, betapa bahagianya aku..” dia mencium satu persatu jagoan kami.

“Kita harus bahagia Glen… harus!!!” karena keajaiban ini bisa terjadi karena pengorbanan Daddy dan aku tidak mau pengorbanan itu menjadi sia – sia.

“Iya kita akan bahagia selamanya…” aku mendengarnya menghembuskan nafas.

“Kok menghembuskan nafas?” tanyaku pelan. Aku mengambil Harold putra pertama kami dan menyusuinya.

“Hati – hati sayang, badannya masih rapuh” katanya sedikit takut karena putranya aku gendong.

“Gpp kok sayang, aku sudah belajar dari suster di rumah sakit, oh ita kamu belum bilang kenapa menghembuskan nafas” tanyaku lagi.

“Gpp sayang, aku hanya heran kenapa Daddy tiba – tiba ke luar negeri” aku melihat Glen, airmataku tiba – tiba turun dan aku hanya bisa diam – diam menghapusnya.

“Suatu saat kamu pasti akan tau sayang” kataku dalam hati.

Matanya masih menatap Harold, dan terlihat sangat menyayangi anaknya itu. Aku bahagia akhirnya aku bisa mengasuh anak – anakku dengan adanya Glen disisiku.

Ketika kami asyik bermain dengan anak – anak, aku mendengar pintu di ketuk.

“Masuk”

“Nyonya, ada paket datang” kata pengawal itu

“Bawa saja masuk” kata Glen dengan wajah heran, aku juga heran paket dari siapa.

“Kamu ada beli sesuatu?” tanyaku

“Gak, aku kira kamu”

Aku menggeleng dan meletakkan kembali Harold di boxnya, aku kembali menggendong Miles yang mulai kelaparan.

“Sayang aku pindah ke kamar kita ya, gak enak dilihatin lagi menyusui” kataku

Glen mengangguk dan dengan pelan aku membawa Miles dan juga James ke kamar sebelah.

Setelah selesai menyusui Miles dan James, aku kembali ke kamar anak – anak, aku melihat Glen berdiri menatap paket – paket yang bisa dbilang ini seperti toko yang pindah kesini. Penuh dengan bungkusan kado.

“Ya ampun sayang, banyak sekali… dari siapa?” tanyaku, aku melihat kearah Glen yang masih diam  membisu, aku melihat kartu yang ada di tangannya. Dengan pelan aku membaca kartu itu.

“Daddy…astaga” kataku dalam hati. Airmataku kembali turun, Daddy mengirimkan ini semua. Daddy menyayangi  anak – anakku.

“Glen”

13. Princess in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang