2 - Prepared

304 31 0
                                    

Ini sudah ahari ketiga sejak Yoora tahu bahwa dia akan menikah dan dia belum keluar sama sekali dari rumah. Bukannya tidak ingin tapi ia benar benar dikurung. Ayahnya memasang dua bodyguard berbadan besar dan bermuka sangar di depan rumahnya. Kang Minhee, adiknya juga lebih banyak dirumah untuk menemaninya. Bukan, lebih tepatnya mengawasi, atas perintah ayahnya.

Yoora hanya berdiam diri dikamar dan jarang makan sebagai bentuk protesnya. Tapi ayahnya tidak perduli sama sekali. Saat Yoora bilang akan mogok makan kemarin, ayahnya malah menyetujui hal itu. Dia bilang itu akan bagus agar baju pernikahannya bisa muat dan kelihatan bagus. Gila bukan. Yah, seharusnya tidak baik mengatai orang tua seperti itu tapi yoora merasa sangat kesal sekarang. Anehnya Yoora bahkan tidak bisa menangis sama sekali.

"kak, Minhee boleh masuk?" suara diluar pintu membuat lamunan Yoora terhenti. Yoora tidak menjawab tapi Minhee tetap masuk.

Kang Minhee. Adik tampannya itu duduk di tepi kasur Yoora dan menampilkan senyum manisnya.

"kak, kakak tuh cantik, jangan murung gitu" Yoora melihat ke arah Minhee tetap dengan wajah murungnya. Jarang sekali Minhee mengajaknya bicara. Bukan karna apa-apa. Pada dasarnya Minhee memang pendiam dan Yoora jarang sekali berada di rumah. Benar kata ayahnya, dia bukan kakak yang baik.

"papa emang gitu kak, gabisa dibantah kalau udah buat keputusan. Tapi kakak jangan sedih gitu. Orang tua pasti tau yang terbaik buat anaknya kan. Walaupun watak papa keras tapi Minhee yakin kalau papa tuh sayang banget sama kakak." Minhee menghentikan kalimatlnya sebentar. Kemudian memegang pundak kakak semata wayangnya itu.

"bisa jadi papa ngebuat keputusan ini juga untuk ngelindungin kakak. Papa sibuk sama bisnisnya untuk ngebiayain kebutuhan kita jadinya kurang waktu buat ngerawat kita kak. Kakak kan perempuan. Papa pasti nggak mau kakak kenapa-napa, karna itu papa mau kakak nikah biar ada yang jagain kakak" Minhee menghela nafas lagi. Matanya mulai berkaca-kaca saat mengutarakan hal itu. Begitupun dengan Yoora yang mendengarnya. Sejak kapan adik yang beda 3 tahun dengannya ini menjadi lebih dewasa daripada dirinya.

"kakak pasti bahagia kok. Pasti. Kalau setelah nikah nanti kakak ga bahagia, ada Minhee yang siap ngelindungin kakak." Minhee menampilkan senyum manisnya lagi. Air mata Yoora banjir. Segala kegundahannya ditumpahkan hari ink dihadapan Minhee.

Melihat kakaknya terisak, minhee dengan sigap memeluk kakaknya itu. Sesekali juga menepuk nepuk punggungnya lembut untuk menenangkan Yoora. Mungkin setelah ini mereka akan jadi lebih dekat daripada biasanya.

Selang beberapa menit tangisan Yoora berhenti. Ia menatap Minhee dengan wajah sembapnya. Minhee hanya tersenyum lembut untuk membuat Yoora lebih tenang. Walaupun selama ini hubungan mereka sebagai adik kakak kurang begitu dekat, tapi Minhee sayang ke kakaknya itu.

Tak lama kemudia bel rumah mereka berbunyi. Minhee melihat ke arah jendela kamar Yoora yang berada di lantai atas untuk melihat siapa yang datang kemudian menghampiri Yoora kembali.

"kakak mandi gih, orang suruan papa udah dateng buat fitting bajunya kakak" Mendengar itu Yoora mengangguk lemas kemudian beranjak ke kamar mandi di kamarnya. Minhee pun keluar dari kamar Yoora untuk menghampiri tamunya.

---o0o---

H-1. Besok adalah hari pernikahan yoora. Segela persiapan sudah selesai. Dari mulai Wedding dress, gedung, cathering, sampai hal-hal kecil pun sudah selesai disiapkan. Pak Kang terjun sendiri dalam persiapan itu. Untuk Yoora, semua hal dia lakukan di dalam rumah sehingga tak ada kesempatan sedikitpun baginya untuk keluar rumah.

Yoora semakin gusar, berat badannya berkurang. Tak ada yang ia lakukan dirumah. Hanya berdiam diri dan melamun. Ia pun tak pernah keluar kamar. Ia tak berani membayangkan bagaimana pernikahannya dengan pria tua pilihan ayahnya. Ia berpikir bahwa hidupnya benar-benar akan hancur. Tak ada jeda baginya untuk terus mengumpat dalam hati.

Not Bad | Lee JinhyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang