Aku berdiri dalam ruangan asing. Membaca semua peristiwa yang sedang berlangsung. Dan pada saat yang bersamaan, mataku tak sengaja membidik aktifitas seorang pria. Pria yang sedang menikmati panganan lembut, berbahan dasar terigu dan diberi sedikit ragi. Dengan bentuk yang bulat kalis dan terdapat bolongan ditengahnya, serta toping coklat yang melumuri permukaannya. Orang-orang sering menyebut panganan nikmat itu "Donat".
Iya, DONAT. Donat coklat yang nikmat itulah yang akan sering tertuliskan didalam kisah ini. Bukan sebagai pemeran utama, tapi sebagai jembatan yang mempersatukanku dengannya.
******
Pria itu sibuk melumat setiap gigitan donat yang berada ditangan kanannya. Pria tampan bermata indah yang belum aku kenal asal usulnya, makanan kesukaannya, alamatnya, tanggal lahirnya, hobinya, bahkan namanya. Namun entah mengapa getaran yang dia sampaikan tersambut hangat oleh perasaanku.Ruang kelas itu berisi puluhan pria yang pada umumnya memakai pakaian olahraga. Iya, selain pria bermata indah itu masih banyak pria-pria yang melumat donat daganganku dan tak kalah keren darinya. Tapi entah mengapa aku hanya tertarik padanya. Aku masih saja menghayati pandanganku pada pria yang duduk tenang tepat didepanku.
Mentari disenja itu menerobos bilik kaca yang membinari wajahnya. Aku masih terkesima pada senyum dengan lesung samar yang melekat pada pipi kanannya. Waktu seolah terhenti. Diruang itu hanya ada aku, dia dan susunan donat coklat itu. Mulut pria itu masih penuh dengan donat.
Dia mendekatiku.
"Mbak, donatnyo enak nian. Buatnyo makek apo mbak?".
Dia bertanya kepadaku. Sejenak aku terdiam bingung dengan kata apa yang harus aku rangkai.
" Yo pakek tepung lah.!!", Aku menjawabnya sinis.
Sebenarnya hatiku tak menginginkan sikap seperti itu. Tapi entah kenapa mungkin aku terlalu gugup jadi terskesan cuek.Pria itu melangkah menjauhiku dan mulai mendekati kursi kayu disudut ruangan yang berada tepat disebelah jendela tak bergorden. Mahasiswa sering menyebutnya meja dosen. Dari sana tergambar jelas rumah penduduk dan pepohonan. Dengan mengenakan baju biru yang dipunggungnya bertuliskan "BADMINTON", semakin menunjukkan bahwa dia cool dan maco. Didukung dengan rambut yang setengah basah karena keringat, semakin mengindahkan rautnya.
Aku tertancap pada fokus lekuk wajahnya. Rasa menyesal telah mengelabuhi fikiranku. Dalam hati aku berkata
"Siska... kok goblok nian sih. Ngapo cowok sekeren itu kau cueki. Kpan lagi cubo biso deket dengan dio "Seluruh pria pembeli donatku sudah membayar donatku, kecuali pria berlesung pipi samar itu. Karena fikiranku berantakan, tak sadar aku melangkah meninggalkan ruangan itu.
"Mbak!!!, aku belum bayar donatnyo", suara itu menghentikan langkahku. Dan refleks aku langsung membalikkan badanku kearahnya. Dia terlihat bingung.
Aku tersenyum dan menghampirinya. Kalian tahu? Aku sekarang tepat berada dihadapannya.
"Berapo mbak?", tanyanya singkat.
"Sikoknyo seribu", ujarku sambil menebarkan senyuman kearahnya.
Dia menyodorkan uang lima ribu rupiah yang tergulung agak basah karena keringatnya.
"Tadi habis donatnyo berapo?", tanyaku singkat
"Tigo mbak",
Jawabannya tenang sambil menatapku dalam. Aku mengeluarkan dombet kulit yang sedikit terkelupas. Kuberikan uang dua ribu rupiah kearahnya.
"Dak usah mbak..!!!, kembaliannyo untuk mbak bae". Ujarnya dengan yakin.Aku tersenyum dan menarik jemarinya. Dan setelah itu apa yang terjadi?, apakah setelah ini kami langsung jadian?, karena aku telah mengungkapkan perasaanku kepadanya. Tidak.. tidak.. aku tidak sekonyol itu kok. Aku hanya mengembalikan uang dua ribu rupiah yang kuletakkan ditelapak tangannya. Kemudian aku pergi meninggalkannya.
Iya, aku pergi meninggalakannya. Sayang sekali bukan?. Padahal aku belum berkenalan dengannya, dan belum mendapatkan nomor handphonenya. Ya ampun, gengsi sedikit dong Siska. Masa iya kamu yang harus minta nomor hpnya duluan. Dasar konyol.!!!
Berat rasanya kaki meninggalkan ruangan kelas itu. Namun donat jualanku masih tersisa dua barisan yang tersusun didalam kotak. Mau tak mau aku harus melangkah dari kelas ke kelas menjajakan donatku pada mahasiswa yang lainnya. Kurapikan donat-donat yang sedikit tak beraturan dan mulai menutup tupperware kotak berukuran 20 cm. Perlahan kubungkus kembali dengan kantong kresek berwarna kuning kemudian menggulung lengan kemejaku yang terlalu panjang.
Bersama sepatu converse KW kesayanganku, aku mulai meninggalkan kelas dan pria bermata indah itu. Pandanganku lurus kearah pintu. Gumpalan awan terlihat jelas dari lantai 2 gedung. Langkahku melambat dan bola mataku terbelalak seketika kearah makhluk yang tiba-tiba tepat berada dihadapanku dengan jarak 50 cm. Pria bermata indah itu menghalangi jalanku. Dia berdiri tepat didaun pintu yang berukiran 3X2 meter. Postur tubuhnya yang tinggi memaksaku untuk berhenti. Dengan santainya dia dia merebut hp yang aku genggam ditangan kiriku. Sepontan tanganku berusaha merebut hp itu dari tangan kanannya. Namun, dengan santainya dia mengalihkan hp itu ketangankirinya.
Sambil menekan-nekan tombol diHp ku yang jadul itu, matanya semakin fokus pada layar kecil yang tak berwarna. Sementara aku berubah peran menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat berusaha menggapai tinggi badannya. Bagaimana mungkin wanita dengan tinggi 150 cm, mampu mengalahkan pria yang tinggi badannya sekitar 175 cm.
Aku menghela nafas sambil terengah-engah. Detak jantung semakin memuncak. Rasa kesal mulai melekat, entah apa maksud pria itu. Dengan santai dia menarik lengan kananku dan menggenggamkan kembali Hp itu pada jemariku. Aku terdiam dan mengikuti alur cerita yang dia ciptakan. Tanpa kusadari jemariku dan jemarinya menyatu dalam satu genggaman. Entah kenapa hatiku tersentuh dan rasa sayang tiba-tiba menancap tepat dihati ini. Apakah kami reinkarnasi dari Rama dan Sinta? Dan sekarang terlahir kembali?
"Ah... aku terlalu sering menonton film", ujarku dalam hati.Dengan cepat aku berlari dan meninggalkan pria bermata indah itu. Terdengar samar pria itu menjerit.
"Mbak..!!!, makasih donatnyo. Besok jualan lagi yo!!", serunya sambil berpelukan didaun pintu dan menampakkan setengah badannya kearahku. Konyol...
Kutolehkan kepalaku kearahnya sambil melemparkan senyuman dan kembali melangkah menjauhinya.******
KAMU SEDANG MEMBACA
Nico Dan Hujan (Sudah Terbit)
RomanceSudah terbit. Untuk mendapatkan bukunya. Silahkan hubungi wa 082358530685 #1Derai (4 Agustus 2020) #2 Novelkeren (12Agustus2020) #4 Novelsedih (5Agustus2020) #8 Novelbagus (18Desember2020) #3 Donat (18 Desember 2020) Hujanmu telah mengungkit kesa...