Selamat tinggal Mr. Donat

24 2 0
                                    

18 Januari 2014

       Malam sangat mencekam, aku masih menikmati kesedihan ku. Kuingat kembali peristiwa beberapa waktu lalu. Namun satu-satunya cara untuk membuatnya membeniku adalah seperti ini. Ketahuilah Nico, inilah jalan terbaik untuk mu dan untukku. Aku tak tahu kata apa yang akan dia haturkan kepadaku. Kalimat kebencian, ataukah sekedar ucapan selamat tinggal untuk selamanya. Sejauh ini aku belum menerima kata-kata itu. Sepertinya dia memang menepati janjinya.

Detak jarum jam mulai berlari dari angka-ke angka. Namun aku masih saja terjaga. Sesekali menatap layar Hp yang sepi itu. Hawa dingin menyayat perasaan ku. Seolah ikut berkabung bersama kesedihan ku.

Ketika aku memutuskan untuk mengistirahatkan saraf-sarafku, tiba-tiba dering handphone itu bergema keras ditengah heningnya malam. Sejenak aku terdiam membelakangi handphone yang terus bergetar. Aku lemah tak berjiwa. Untuk membalikkan tubuh sekedar mengangkat telfon yang mungkin tidak penting. Setelah aku berjuang mendapatkan hp kecil itu, aku memperoleh pesan yang pengirimnya adalah laki-laki perebut hatiku.

“Sis, maaf sms kau malam-malam. Aku tau mungkin ini ganggu kau tapi aku dak tahan nak sms kau.”

“Ado apo Co, smsan bae yo dak lemak udah malem “ aku mulai takut.

Nico :
Sis, maaf sebelumnyo aku dak biso nepati janji aku. Aku udah bukak cerpen yang kau kasih, sekalian amplop yang ado jawaban cinta mu. Sis, aku kecewa ngapo kau bohongi aku. Sis, aku bener-bener berharap nian samo kau, aku bener-bener sayang samo kau. Aku dak pernah setulus ini sebelumnyo. Aku dak pernah segilo ini sebelumnyo Sis. Cuma samo kau aku ngerasoi kekonyolan. Cuma samo kau aku biso ketawo lepas, Cuma kau yang biso buat aku jadi diriku sendiri Sis. Aku belum pernah nangis gara-gara cewek, tapi entah ngapo baco tulisan kau aku biso nangis. Aku dak ngerti ngapo aku sesayang ini samo kau Sis. Aku bener-bener berharap semoga endingnyo berubah. Semoga kau bakal samo aku selamonyo Sis. Aku sayang kau Sis, sampe aku mati namo kau masih terus di hati aku. Aku janji, dan aku yakin suatu saat kau bakal tau siapo yang terbaik untuk mu.”

Terlihat jelas bahwa masih banyak hal yang ingin dia ungkapkan ditengah rasa sakit yang kini menderanya. Sambil membaca pesan itu, tak terasa air mataku mengalir tersesat menuju lubang telingaku. Dengan selang infus di tangan kiriku dan selang oksigen yang tertanam di hidung ku. Dadaku semakin sesak, namun aku tak boleh telalu meratapi, rumah sakit yang hening ini bisa jadi terkejut dan kembali berktifitas karena ulah ku. Kasihan pasien yang mebutuhkan istirahat.

Aku membungkam mulut dan sesekali memejamkan mata dengan keras. Berharap air mataku berhenti mengalir. Berharap kesedihan itu dapat aku lupakan. Aku tak bisa berbuat apa-apa, yang aku bisa hanya menangis menatap lagit-langit ruangan dengan bola mata yang tak lelah menunjukkan kesedihannya.

Aku menoleh kearah kiri, menatap seorang pria yang sedang tertidur lelap tepat disebelah lengan ku. Hanya kursi yang menjadi alat tidurnya. Raut keletihan tergambar jelas dari wajahnya. Betapa berdosanya aku telah membohongi perasaan lelaki yang mencintaiku.

“Maafin aku Co, inilah jalan terbaik untuk kita.” air mata itu kembali mengalir. Sambil mengusap kening pria yang belum aku singgung namanya sedikitpun dalam ceritaku sebelumnya. Kusimpan kembali Hp itu, tanpa menghiraukan getarannya yang tak henti-hanti menggoyahkan hatiku. Aku tahu, pasti si Donat itu menuggu jawaban serta alasan. Bahakn mungkin dia menginginkan aku untuk mengubah fikiranku.

Nico Dan Hujan (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang