24 Desember 2013 Hujan pertama

56 4 0
                                    

Kursi permanen yang tertanam di tepi danau itu telah di duduki oleh sepasang makhluk cantik dan tampan (maksudnya aku dan Nico hihihi). Pancaran langit yang bersahabat membuat kandungan H2O di danau itu menjadi biru. Hangat mentari menyelubungi dedaunan yang melekat pada dahan besar tepat berada di atas ubun-ubun. Kenyamanan senja begitu terserap dalam kebahagiaan. Fenomena ini memang tak pernah menghampiriku sebelumnya.


Sejak perkenalan dihari itu, Kmi mulai dekat. Bahkan sudah memberanikan diri untuk jalan bersama. Dan sepertinya aku mulai jatuh cinta. Dua botol minuman orange berdiri tegak di antara kami. Serta dua bungkus snack kentang tak mau ketinggalan untuk melengkapi kebersamaan itu. Ternyata benyak kesamaan hobi dan selera diantara kami.


"haha.. ternyata kito banyak kesamaan yo co", sambil mengunyah lembar demi lembar kentang yang renyah itu aku mengemukakan argumen kearahnya.


"iyo sis, semoga kito jodoh yo", whatttttt mendengar kata kata itu, aku hening danterbelalak kearah bola matanya..


"sorry sis aku salah ngomong yo", Nico menjawab dengan raut bersalah


"hahahahh tegang nian muko kau idak apo-apo, biaso bae samo aku ni", aku menepuk pundaknya seolah mengingatkan bahwa yang dia lakukan sama sekali tiak menyinggung perasaan ku. Namun dia tidak boleh mengetahui bahwa kata­kata itulah yang aku harapkan terungkap dari bibirnya.


"sis, aku punyo permainan?",sambil meneguk minuman orange itu, dia berusaha mencairkan suasana yang mulai beku


"permainan apo co", aku menanggapi ide yang dia tuangkan


"dari tadi kan kito banyak kesamaan, cak mano kalo sekarang kito bener­bener ngetes kesamaan kito.."


"maksudnyo?" ya aku belum maksud dengan apa yang di bicarakan Nico


"cak ini maksudnyo, nanti aku nyebutke buah kesukaan, minuman kesukaan dan lain lain, kitoharus jawabnyo bareng-bareng. kiro-kiro samo dak jawaban kito", penjelasannya yang panjang kali lebar itu akhirnya membuat ku mudeng.


Sikoook.... duoooo.... tigooooo....


"minuman vaforit", dengan kompak dan cepat kami menjawab dalam waktu yang bersamaan


"jus alpukat", kami tersenyum tanpa kata. Sebersit tatapan mata lah yang mewakili apa yang akan kami sampaikan


"buah kesukaan", "klengkeng", ya karena kekompakan itu selalu terulang, akhirnya tawa pun meledak.


Berbagai kompetisi diantara kami terus berlanjut. Seperti lomba menghabiskan keripik kentang. Dan berlomba menghabiskan minuman orange, dengan syarat tidak boleh tersisa satu bulir pun di botolnya. Jika tidak, maka yang kalah akan di beri hukuman. Dalam hal ini, aku lah yang harus menerima kekalahan. Mana mungkin pemilik lambung kecil seperti aku mampu melahap semua itu dalam waktu yang sangat singkat. Aku harus menerima kekalahan dengan menjalankan hukuman yang di berikan Nico.


"cepet hukuman apo yang nak di kasih ke aku", dengan semangat aku mengeluarkan kata-kata yang telah aku rancang sebelumnya.


"aku idak nak ngehukum kok sis, aku cuman pengen nanyo tapi kau jawab jujur yo, inget jujur dak boleh bohong", kata­katanya mulai membekukan mulutku untuk berguyon


"oke co, cepet tanyolah", sambil mengarahkan wajahku kearah lain.


"sis!! siss!! aku di sini bukan disano", dia terlihat sebal dengan tingkahku.


"eh, salah yo hehe sorry", dia melotot solah ingin menelan ku.


"galak nian sih, ilang lohh gantengnyo" sambil menyengol bahunya, dia pun tersenyum sambil melotot.

Nico Dan Hujan (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang