Kakinya melangkah ringan menuju tempat favoritnya, dua botol susu pisang ditangannya Ia pandangi berulang kali dengan senyum yang mengundang bahagia semesta. Dari jaraknya, dapat Ia lihat punggung seseorang yang sudah beberapa hari ini tak Ia temui, entahlah pertemuan sebelumnya itu membuat suatu perasaan terus membuncah kala melihat wajah itu. Sejak kapan Ia kenal yang namanya rindu?Langit senja mulai menyebarkan jingga, matahari akan pulang keperaduan, bulan dan bintang hendak menjalankan tugas menggantikan posisi surya untuk menjaga asa. Lagi-lagi Ia tersenyum, semesta selalu saja berpihak padanya.
"Hai," sapanya riang, mengangkat kedua tangan yang menggenggam botol susu mengharapkan reaksi menyenangkan dari sang lawan. Yang dipanggil menoleh, begitu terkesiap kala dua pasang permata indah itu saling beradu. Irisnya melebar, pupilnya ikut bergetar kala sebuah luka menyambangi penglihatan. Kakinya segera melangkah cepat, meletakkan kedua botol susu di atas pembatas lantas kemudia menangkup wajah yang syarat akan luka itu dengan khawatir.
"Lo kenapa?," Ia menatap manik itu dalam, sebuah pengalihan membuat alisnya bertaut runyam. "Jelasin ke gue, lo kenapa?," Kembali bertanya sebab belum mendapat jawaban.
Dirabanya luka goresan cukup dalam yang berada tepat di pipi tepat dibawah mata si lawan bicara, bibirnya meringis membayangkan rasa perih yang dihasilkan luka tersebut. Tatapan tajam nya kembali menusuk.
"Can't you say something? Jangan bikin gue khawatir!," Jujur, Ia tak suka perasaan ini. Ia tak suka melihat wajah itu, yang kini tampak sendu walau bersikukuh bahwa Ia tak rapuh.
"Jangan kemana-mana, tunggu disini sampe gue balik!," Setelah mengatakan itu Ia segera berlari, melompati atap-atap lain hingga hilang dari penglihatan.
Yang ditinggal meringis, bukan karena rasa sakit yang dihasilkan oleh luka, melainkan atas perhatian yang Ia dapat dari seseorang yang Ia kenal bernama Jeongin itu. Tak pernah Ia dikhawatirkan begini, sungguh ini pertama kalinya.
'Tap' 'Tap' 'Tap'
Suara langkah tak beraturan dengan tempo cepat itu menarik perhatiannya, hatinya mencelos kala melihat Jeongin berlari menghampiri dirinya. Dapat Ia lihat dengan jelas wajah itu begitu khawatir, benarkah itu karena dirinya?
Jeongin kembali menatapnya, mengeluarkan sesuatu dari plastik putih yang tadi Ia bawa. Obat merah dan hansaplas. Ia memperhatikan semua itu, lagi-lagi Ia terenyuh.
"Ma-makasih," suara serak itu berhasil membuat Jeongin membeku.
-tbc-
Akutuh gak tau ya,, semenjak era miroh sampe sekarang Changbin makin jadi UKEABLE.. RASA-RASANYA MAU AKU KAPALIN SAMA SEMUA ANAK SKZ YA AMPOONN
KAMU SEDANG MEMBACA
[10]The Rooftop | Yang Jeongin & Seo Changbin |✔
Fanfiction"Rooftop itu tempatku menenangkan diri, mungkin suatu saat bisa jadi tempatku mengakhiri hidup" Kisah ini klasik, namun terkadang terasa asik Genre : Bxb, Angst, Fanfiction, a little bit fluffy Pairing : Yang Jeongin (Dom!) & Seo Changbin (Sub!) Rat...