Pelangi hitam

96 6 2
                                    

Ada rasa yang begitu memuakkan!

Aku tak dapat menyebutnya CINTA, karena bukan suka yang merasuk ke dalam jiwa.

Justru nestapa.

Atau hanya aku saja yang membencinya, ketika rasa itu semakin kuat membelenggu?

Setiap kali sapamu hadir, aku harus berlagak layaknya aktris professional dalam drama sinetron.

Membungkam ego untuk menerima rasa yang ku benci dengan memasang tawa membalas lelucon yang sebenarnya tak ingin ku dengar.

Cerita yang kau dongengkan, selalu memekakkan telinga.

Bukan tentang isinya yang tak menarik, melainkan tentang dirimu yang tak ku harapkan memaksa masuk mengambil peran dalam sejarah hidup.

Aku berusaha menghapus namamu dalam naskah cerita.

Menggantinya dengan lakon terbaik, menurutku.

Kesalahanpun terjadi..

Pemeran pengganti menjelma bereinkarnasi atas dirimu.

Aku menyumpah serapah, marah.

Berlari dengan setumpuk naskah drama hendak memusnahkannya.

Derap langkah yang cepat tiba-tiba terhenti.

Mendengar diriku dalam bayangan hitam memanggil..

"Hey.. Apa yang sedang kau lakukan?

Kebencian itu akan hilang jika kau memeluknya erat, mengakui hadirnya sebagai rasa bencimu.

Namun lihatlah.. kau lebih memilih berlari, menolaknya.

Tindakanmu itu hanya akan membuatmu binasa. Jika kita ibaratkan setiap rasa memiliki warna, sebut saja ia adalah warna hitam.

Hitam amat kau benci, tapi kau lupa bahwa kehadirannya melengkapi jejak langkah sejarah hidupmu. Warnanya tertuang melukiskan perjalananmu di dunia juga kehidupan setelah di dunia diatas selembar kertas putih.

Benar kau membencinya!

Di sisi lain kau juga membutuhkannya. Peluklah. Terima keberadaannya.

Dengan begitu kau menang, menaklukan segores warna hitam yang kau namai kebencian. Kelak jika kau mengijinkan, warnanya akan pudar digantikan dengan warna pelangi yang berwarna-warni"

DinamikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang