Surat cinta

19 2 2
                                    

Hi .. apa kabar, Ram?

Sebelas bulan dalam setahun, kau membuatku menanti.

Lantas hanya satu bulan saja kau singgah kemudian pergi.

Jangan tergesa-gesa

Kemarilah... duduk sejenak bersamaku, dengarkan nyanyian kerinduan dari suara yang tidak merdu ini

Atau kau ingin melihatku menari kaku menirukan tarian hujan yang gemulai?

Aku memang tak pantas menjadi alasan kau tetap tinggal, aku pun tak memiliki alibi agar kau memutuskan untuk menetap

Namun aku tak akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan saat kau kembali

Karena sebelas bulan yang akan datang boleh jadi kau datang lagi, namun tidak denganku

Aku memiliki batas hidup, sedang engkau akan terus hidup

Karena itu izinkan aku bermanja denganmu selama kau berada disini, disampingku

Sepanjang waktu

Dalam merindumu, sainganku memang berat

Seisi alam semesta

Aku tak ubahnya seperti tanda titik diatas kertas putih dari milyaran rangkaian kata

Sepele sekali bukan?

Namun walaupun hanya sekedar titik, sudah cukup membuat seluruh barisan kata beserta pasukannya berhenti untuk meneruskan kalimat

Patuh

Biarlah mereka dengan caranya, dan aku dengan caraku

Kau bebas memilih untuk membalas rindu pada siapa saja yang kau ingini

Mungkin aku, atau aku lagi (maksa).

Lekas kembali, Ram

Aku tak pernah bosan untuk menantimu

Salam hangat
Peluk cium
Dari ku

Calon penduduk langit

Ramadhan, di tengah pandemi

DinamikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang