Happy Birthday Kano!

42 8 4
                                    

Hari ini ulang tahunnya.

Aku sangat bersemangat mempersiapkan segalanya. Aku akan mengadakan pesta yang sangat sederhana. Mungkin tak bisa disebut sederhana, lebih tepatnya, seadanya.

Aku tahu dari tadi ia memperhatikanku. Bahkan matanya selalu mengikuti setiap pergerakanku. Aku tahu dia sedikit kesal padaku.

Aku duduk. Berhadapan dengannya dibatasi dengan meja bundar kecil.

Aku tersenyum lalu bersorak antusias, " Happy birthday, Kano!"

"Kau harus tidur, Ri."

Aku tahu dia tidak suka aku tidur diatas jam sepuluh malam. Tapi aku ingin merayakan ulang tahunnya.

"Tidak. Hari ini ulang tahunmu,"

"Aku tahu. Sekarang, kau harus tidur."

Ia berdiri. Menghampiriku. Lalu menarik tanganku.

Aku menggeleng tak setuju. Aku mengerucutkan bibirku menunjukkan protes padanya, "Kau belum memotong kuenya, Kano!"

Kano menatapku. Dia menghela nafasnya, " Karena ini ulang tahunku. Aku ingin kado darimu?"

"Kado?"

Aku mengigit bibir bawahku. Jujur, aku tidak menyiapkan kado untuk Kano. Aku tidak berpikir Kano akan meminta Kado, lagi pula ini kan hanya...

"Iya. Kadonya, kau harus tidur sekarang. Ini sudah malam!"

Aku mendecakkan lidah. Menyebalkan. Aku menatap Kano. Ia menatapku dengan tegas. Aku menarik nafas. Oke, aku menyerah.

"Aku akan tidur tapi kau harus menemaniku sampai terlelap, bagaimana?"

Kano langsung menyanggupinya. Ia mengangguk dengan cepat. Kemudian mengangkat tubuhku, dia menggendongku. Jujur, aku cukup terkejut.

Dia merebahkan tubuhku dengan hati-hati. Ia juga ikut merebahkan tubuhnya di sampingku. Kukira malam ini aku dan Kano akan menghabiskan waktu menatap langit-langit kamar kemudian tertidur. Namun aku salah, Kano justru menarik tubuhku ke dalam dekapannya. Menepuk-nepuk pelan punggungku. Sesekali mendaratkan ciuman diatas kepalaku.

Aku merengsek masuk semakin dalam. Menyadarkan kepala pada dada bidangnya. Menghirup aroma tubuhnya sebanyak-banyak mungkin. Aku tidak mengerti bagaimana aroma sea bercampur tea ini bisa sangat mabukkan namun juga menenangkan.

Pelukan Kano akan selalu menjadi kesukaanku.

"Airi?"

"Hm."

"Kau ingin kunyanyikan sesuatu?"

Aku sedikit melonggarkan pelukan kami, mendongak menatap wajahnya yang terlihat tampan bersinar di dalam kegelapan. Wajahnya terpantul oleh cahaya bulan yang masuk melalui ventilasi kamarku.

"Kau bisa bernyanyi?"

"Sedikit."

Aku terkekeh. Kembali masuk kedalam dekapannya. Dan ia kembali mengeratkan pelukannya.

Dia mulai bersenandung. Aku cukup terkejut ternyata Kano memiliki suara seperti malaikat. Perlahan mataku terpejam. Menikmati suara indah Kano. Hingga aku rasa, aku jatuh tertidur di dalam pelukan Kano.

Rasanya baru saja aku memejamkan mata. Tiba-tiba saja mataku terasa silau. Dengan terpaksa aku membuka mataku yang rasanya susah untuk dibuka. Aku mengerjapkan mata berkali-kali guna menyesuaikan intensitas cahaya pada pupilku.

Aku menoleh ke samping. Tersenyum lirih.

Kosong. Tidak ada siapapun di sana. Tidak ada Kano yang berbaring disebelahku. Tidak ada Kano yang medekapku dengan hangat. Tidak ada Kano yang bernyanyi untukku semalam.

Ya, semuanya itu hanya mimpiku atau mungkin halusinasiku saja.

Aku menyibakkan selimut yang menutupi tubuhku.

Selimut?

Sejak kapan aku tidur menggunakan selimut? Aku tidak pernah tidur mengunakan selimut. Ah, mungkin semalam udara sangat dingin. Jadi dengan setengah sadar aku menarik selimutku.

Aku merenggangkan tubuhku. Mengucek mataku dan sesekali menguap.

Beranjak dari tempat tidur. Tapi tak sengaja aku menendang sesuatu.

Rupanya aku menendang sebuah meja kecil yang diatas ada kue tar untuk Kano.

Aku tersenyum. Benar-benar tersenyum. Ada sepotong kue yang hilang.

Benar, Kano tidak pernah meninggalkanku.


END.

I'm Here For You || Flash Fiction||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang