Kenapa Bisa Mirip?

19 1 0
                                    

"Oh, astaga! Akhirnya kau sadar juga, Ri. Aku hampir mati melihatmu tidak bergerak sama sekali!"

Minji?

Tadi Yunki dan sekarang Minji.

Aku mengubah posisiku menjadi duduk, aku mengernyitkan keningku ketika melihat Minji menatapku khawatir. Aku hendak bertanya tapi sudut bibirku terasa sakit. Aku langsung mengambil kaca kecil yang ada di atas nakas ku. Ada lebam di sudut bibirku. Jadi tadi itu bukan mimpi? Yunki benar-benar menamparku.

"Sakit ya, Ri? Aku tadi sudah mengompresnya," ucap Minji gadis itu sedikit bergidik ngeri.

Aku tersenyum. Sial, rasanya sakit sekali. Sebenarnya sekuat apa si brengsek itu menamparku?

"Sedikit, sih. Tenang saja, akan membaik dalam waktu dekat dan terimakasih,"

Minji mengangguk ikut tersenyum,"Bukan masalah,"

Minji memang gadis yang baik walaupun gadis itu selalu memberiku informasi yang tidak penting tapi setidaknya dia bisa membuatku nyaman berteman dengannya.

"Kenapa kau bisa ada di sini?" Tanyaku. Karena seingatku kami tidak membuat janji temu.

"Yunki menelponku. Katanya kau pingsan. Sebentar lagi dia akan datang,"

"Sepertinya namaku disebut-sebut,"

Aku dan Minji menoleh ke arah pintu kamarku dan menemukan Yunki berdiri di sana sambil membawa keranjang yang berisi buah-buahan. Pemuda itu mengunakan kemeja berwarna hitam kotak-kotak dengan kancing dua diatas dibuka dan lengannya digulung hingga siku. Hm, itu cukup keren. Warna kemejanya sangat kontras dengan kulit putih pucat Yunki. Apa aku sudah pernah mengatakan kalau Yunki itu seperti Albino? Kulitnya itu sangat putih.

"Akhirnya datang juga..." Ucap Minji

"Woah, apa kedatanganku sangat ditunggu di sini?" 

Aku memutar bola mataku tepat ketika Yunki masuk lebih dalam ke kamarku. Aku tidak tahu bagaimana cara pemuda ini memupuk percaya diri setinggi itu?

"Iya, karena aku harus pulang. Aku ingin mengerjakan tugas. Ri, aku pamit pulang dulu,"

Minji menyambar tasnya kemudian keluar dari kamarku.

"Apa ada tugas?" Gumamanku.

"Jadi kau tidak tahu?"

Dengan polos aku menggeleng. Yunki malah mensentil dahiku, "Dasar pemalas!"

Aku mengusap keningku. Rasanya lumayan sakit juga.

"Sudut bibirmu kenapa bengkak begitu?" Ucap Yunki dengan kening berkerut dalam.

Aku mengigit bibir bawahku. Jika kalian bertanya kenapa aku tidak marah pada Yunki itu karena aku tidak yakin jika ia yang menamparku tadi. Karena...

Malam itu ada dua Yunki.

Sekarang aku mengerti, Yunki yang mengembalikan ikat rambutku, yang mencoba mencium ku dan yang menamparku adalah hantu.

Pantas saja, Yunki sering kebingungan dengan apa yang aku ucapkan. Karena memang bukan dia yang melakukannya tapi yang membingungkan adalah kenapa wajah hantu itu mirip, oh tidak. Itu bukan mirip lagi tapi sama dengan Yunki.

"Aku tidak sengaja menabrak dinding," ucapku asal. Yunki tampak mengelengkan kepalanya tak percaya.

"Yunki, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?"

Yunki melipat keningnya, "Apa?"

Aku meramas tanganku dengan gelisah, "Apa kau memiliki saudara kembar?"

Aku melihat Yunki terdiam. Dia menatapku tak suka. Aku mengigit lidahku, apa aku lancang ya bertanya hal pribadi semacam itu?

"Aku anak tunggal. Kurasa aku sudah mengatakannya padamu," Yunki mentapku dingin.

Duh, kenapa Yunki seram sekali sih?

Aku sampai merinding melihat tatapannya. Hingga mataku rasanya tertusuk saking tajamnya ia menatapku.

Aku merasakan tepukan di kepalaku, "Sudah. Kerjakan tugasmu!"

Aku mengambil buku yang diletakkan Yunki di atas kepalaku. Dia memukul kepalaku dengan buku.

"Tapi kenapa kau kemari?"

"Kenapa? Tidak boleh?" Ucapnya ketus.

Sebenernya ada masalah apa sih di hidup Yunki ini? Dia sensi sekali.

Yunki menghela napasnya, "Minji menelponku, katanya kau sakit. Makanya ku bawakan buah-buahan,"

Aku tersenyum. Sebenernya sedikit geli. Lucu saja, Yunki membawakan ku buah-buahan karena berpikir aku sakit. Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Yunki.

Tapi ada hal yang membuat kepalaku pusing.

Minji tahu aku pingsan dari Yunki. Sementara Yunki tahu dari Minji.

Apakah hantu zaman sekarang sudah canggih ya? Sudah pandai bermain ponsel dan melacak nomor. Hantu itu bisa tahu nomor Minji.

Tunggu.

Kalau Minji tahu dari Yunki. Kenapa gadis itu malah menelpon Yunki kembali dan mengatakan aku sakit?

END.

I'm Here For You || Flash Fiction||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang