Aku meringis ketika lengan tanganku tak sengaja terkena percikan air ketika mencuci sebuah gelas . Lukanya masih belum kering. Tadi pagi saat aku mengganti perban, aku melihat goresan lukanya cukup panjang. Padahal aku tak bermaksud sampai membuatnya begitu. Aku hanya ingin sedikit melukainya, apakah aku merasakan sakit atau tidak?
Dan sekarang, aku menjadi kesusahan.
Aku menghela nafasku, menuangkan air putih ke dalam gelas. Lalu mengambil mangkuk yang berisi mie rebus. Membawanya ke meja makan.
Tanganku terasa perih ketika mengangkat gelas yang berada di tangan kiriku yang terluka. Tangan kananku mengangkat mangkuk mie.
Astaga, tanganku bergetar. Aku bisa melihat air di dalam gelas tersebut bergoyang-goyang layaknya ombak.
Tiba-tiba saja gelas tersebut lepas dari genggamanku. Mataku terbelalak. Bukan, bukan karena gelas itu menghantam lantai tapi ada sebuah tangan yang sigap menangkap.
"Kano?"
Kano menghela nafasnya, mengambil mangkuk dari tanganku kemudian berlalu dari hadapanku menuju meja makan. Aku pun membuntutinya dari belakang.
Kano menarik kursi untukku. Kemudian aku menjatuhkan diri di sana.
"Mana tanganmu, coba aku lihat!"
Ucap Kano sembari berjongkok di hadapanku."Ini hanya luka kecil,"
Aku tahu Kano masih marah padaku.
Kano hanya diam. Tapi matanya menatapku penuh tuntutan. Aku menghela nafasku, mengulurkan tanganku padanya.
Kano meraih tanganku, membuka perban putih yang menyelimuti pergelangan tanganku.
"Lihat, ini pasti meninggalkan bekas. Kenapa kau ini bodoh sekali?!"
Aku mengerucutkan bibirku. Aku kan juga tidak berniat untuk melukai tanganku separah ini.
Pandangan Kano melunak, "Lupakan, jangan ulangi lagi, ya..."
Kano mengusap pipiku kemudian mengecup goresan lukaku. Aku meringis, itu perih.
Kano langsung mendongakkan wajahnya, mengerutkan keningnya,
"Lukamu masih sakit kalau terkena air?"Aku mengangguk. Sedikit cemberut, kesal juga sebenarnya. Gara-gara luka ini aku jadi menghabiskan waktu lebih lama untuk mandi.
"Biar ku sembuhkan,"
Belum sempat aku beraksi, Kano sudah kembali mendaratkan kecupannya pada lenganku berkali-kali membuatku meringis kesakitan.
"Kano sakit,"
Namun Kano seakan tak peduli, kini ia malah menjilati lukaku. Tubuhku meremang hebat. Ada geli dan perih di waktu yang bersamaan.
"Kano!"
Aku merengek. Mencoba untuk menarik tanganku namun Kano menahan tanganku.
"Kano apa yang kau lakukan?!"
Aku terpekik. Ketika Kano menghisap lukaku. Aku memberontak mencoba untuk melepaskan tanganku dari Kano. Sungguh itu sangat sakit.
Jantungku berpacu cepat ketika aku merasakan darahku dihisap oleh Kano. Aku bahkan bisa mendengar suara tegukan.
Kano meminum darahku.
"Kano lepaskan!"
Aku mencoba untuk mendorong pundak Kano, namun Kano semakin gencar menghisap darahku. Ia melakukannya seperti kesetanan.
"KANO!"
Aku membentak Kano. Membuatnya terkesiap. Ia mendongakkan kepalanya, menatapku. Namun ia belum melepaskan tanganku. Aku bisa melihat darah menetes dari bibirnya. Mulut Kano berlumuran darah. Aku bergidik ngeri. Kano terlihat seperti vampire yang kelaparan.
Tiba-tiba saja Kano membuka Mulutnya mengeluarkan gigi taringnya. Matanya berubah menjadi merah.
"AHHHH!"
Aku menjerit kesakitan. Kano mengigit tanganku. Aku bisa merasakan tajamnya tusukan gigi Kano pada permukaan kulitku. Ia semakin menusuknya ke dalam. Tubuhku menengang. Tanganku terasa ngilu dan perih.
Kano mulai mengoyak daging tanganku. Kemudian dia menghisap darahku dengan sangat kuat.
"Sakit..."
Ucapku lirih. Aku tidak sanggup lagi untuk berteriak. Rasanya sakit luar biasa.
Namun Kano seakan-akan tuli. Ia terus menghisap darahku tanpa ampun.
Aku mulai merasakan tubuhku melemas. Kepalaku pusing dan mataku berkunang-kunang. Perlahan namun pasti semuanya berubah menjadi gelap. Aku kehilangan kesadaranku.
"AIRI!"
Aku tersentak. Nafasku memburu cepat. Tubuhku dipenuhi keringat dingin.
Ternyata cuma mimpi.
"Kau pingsan."
Aku langsung menoleh. Menemukan seorang gadis duduk di sisi ranjangku.
"Pingsan?"
Gadis tersebut mengangguk, " Aku menemukanmu di dapur,"
APA?
Darahku seakan dipompa dengan cepat. Aku bahkan bisa mendengar degup jantungku yang tak karuan.
Jadi tadi bukan mimpi?
Aku langsung mengecek pergelangan tanganku.
Tidak mungkin!
Tidak ada goresan luka lagi di tanganku. Tidak ada bekas gigitan dan daging tanganku tidak terkelupas. Tanganku bersih, tanpa luka sedikitpun.
"Lukamu sudah sembuh?"
Aku bisa melihat gadis yang ada di sampingku tampak kebingungan. Ia bahkan mengerutkan dahinya dalam-dalam.
"Bukankah tadi pagi saat kau mengganti perban di ruang kesehatan, lukamu belum kering. Bahkan bekas sayatannya terlihat jelas. Kenapa sekarang tidak ada? Sedikitpun tidak meninggalkan bekas. Bagaimana mungkin itu sembuh dalam waktu yang sesingkat itu?"
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here For You || Flash Fiction||
Mystery / Thriller[Flash Fiction] Kano berjanji tidak akan pernah meninggalkannya. Airi selalu percaya padanya, Kano akan menepati janjinya. A/N: Setiap chapter terdiri dari kurang 1000 words. Oneshoot. Perchapter langsung tamat. Copyright @EvaRosalinaSiregar St...