Jangan!

21 2 2
                                    

Aku berkali-kali mengusap air mataku yang jatuh bak hujan yang turun di musim panas. Aku sungguh terluka oleh ucapan Yunki. 

Kenapa hidup begini?

Aku merasa dipermainkan. Aku sering dianggap aneh dan tidak waras. Padahal semua yang kukatakan itu benar-benar terjadi padaku. Aku tidak berbohong, sama sekali tidak.

Apa aku sedang dihukum? Karena sampai saat ini aku belum bisa merelakan Kano.

Kalau iya. Kenapa aku dibiarkan melihat Kano?

Lebih baik aku tidak bisa melihat Kano. Biarlah aku tersiksa dengan cara seperti itu. Daripada hidup seperti orang gila!

Atau aku gila saja sekalian tak apa. Sungguh aku menderita seperti ini.

Tiba-tiba saja aku melihat ada sebuah tangan yang mengadah dibawah daguku, menampung air mataku.

Ternyata itu Kano. Dia tengah tersenyum lembut padaku.

"Kano..." Ucapku lirih.

Kano masih tersenyum. Menyeka air matamu dengan lembut. Kemudian menarik tubuhku ke dalam dekapannya. Mengusap punggungku.

"Jangan menangis, itu melukaiku,"

Bukannya membuatku berhenti menangis, aku malah semakin terisak. Aku merengsek masuk ke dalam pelukan Kano. Menyadarkan kepalaku pada dada bidang miliknya. Meramas bajunya, menyalurkan rasa sakitku, menumpahkan segala dukaku.

"Ssst... Bidadari itu air matanya mahal lho, susah dicari,"

Aku mencoba menghentikan tangisku. Aku tahu Kano tidak suka melihatku menangis. Lagi pula aku juga benci menangis. Aku menyedot ingusku. Melepaskan pelukan Kano, menatap wajah tampannya dengan mata yang sebab.

"Lihat! Kau malah tambah cantik. Bidadari memang berbeda,"

Aku tertawa. Pipiku memanas, dasar Kano. Bagaimana bisa aku merelakanya begitu saja?

Kano mengusap pipiku, " Maaf,"

Tunggu, tunggu. Kenapa Kano meminta maaf padaku? Jangan bilang Kano bisa membaca pikiranku tadi.

"Aku tidak bermaksud membuatmu sulit. Aku hanya ingin menepati janjiku,"

Kano menatapku sendu. Menatapku penuh rasa bersalah. Oh, Kano jangan begini.

Kano meraih ke dua tanganku kemudian menggenggamnya, menghela nafas berat " Jika kehadiranku membuatmu menderita," Kano menarik ke dua sudut bibirnya, tersenyum lalu mengecup keningku, " Aku pergi."

Kano menjauhkan wajahnya, mengusak rambutku, " Aku mencintaimu," 

Kano menjauh dariku, dia berjalan mundur. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, " Tidak, Kano. Jangan pergi, Ku mohon..." Aku kembali terisak.

Kano hanya tersenyum. Tubuhnya mulai memudar, aku berlari ingin memeluk Kano, mencegahnya pergi. Namun aku hanya meraih udara. Banyangan Kano telah lenyap. 

"Kanooooo!"

Tubuhku merosot jatuh. Air mataku menyucur deras, terisak pilu. Ini lebih melukaiku. Kehilangan Kano adalah hal yang paling menyakitkan.

Aku menyesal dan sudah terlambat.

Kano pergi.

END.

I'm Here For You || Flash Fiction||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang