Oke. Mungkin kalian bosan jika aku terus saja mengumandangkan bagaimana tugas kuliahku yang bertumpuk. Tapi aku tidak bohong, aku yakin jika kalian yang sedang kuliah akan merasakan hal yang sama.
Pagi ini aku tidak sempat sarapan. Beruntung aku mendapat bus pagi ini. Kondisi bus memang penuh namun tidak sesak sebab tidak ada orang yang berdiri, semuanya duduk. Aku tidak tahu mengapa tampak lengang seperti ini, tidak sepertinya biasanya.
Jujur saja, aku merasa ada yang janggal, karena seluruh penghuni bus tampak membungkam mulut mereka. Suasananya benar-benar hening. Padahal bisanya kondisi akan ricuh penuh dengan suara rendah orang yang tengah berbincang beradu dengan suara deru mesin bus. Pagi ini---agak berbeda.
Kendati demikan aku memilih untuk tak mengambil pusing. Toh, aku juga tidak suka dengan suasana bising. Keributan dan keramaian adalah hal yang tak akan pernah masuk dalam list apa saja yang menjadi favoriteku.
Namun tiba-tiba saja suasana hening itu sedikit terusik oleh suara musik. Aku menoleh menatap seorang pria yang mengenakan masker hitam. Entah kenapa rasanya aku tidak asing dengan pria tersebut. Alih-alih bertanya netraku malah menangkap sebuah earphone yang menempel pada telinganya tapi tampaknya itu tidak dicolokkan dengan benar. Pantas saja, suara musik klasik dari ponsel pemuda tersebut terdengar.
Aku memutar bola mataku.
Idiot.
"Earphone-mu terlepas,"
Aku mencoba memberitahunya tapi dia seolah-olah tidak mendengarku.
"Hei, itu tidak terpasang dengan benar,"
Aku mengernyit. Apa suaraku seperti sedang berkumur-kumur hingga ia mengabaikanku?
Aku mengangkat bahuku. Positive thinking saja mungkin telinganya sedang bermasalah atau mungkin dia tidak mengerti bahasa manusia.
Aku mengalihkan pandanganku. Sudahlah, yang terpenting aku sudah berbaik hati ingin memberitahunya, jika ia tidak mendengarkan. Aku bisa apa?
Aku merogoh saku celana jeansku untuk mengambil beberapa uang ketika aku melihat kenek supir menagih bayaran.
Aku ternganga ketika kenek tersebut melewatkanku begitu saja. Apa ia tidak bisa melihatku?
Aku pun berdiri, menghampirinya. Bagaimanapun juga aku ini gadis baik. Aku tahu ini mata pencarian mereka.
Tapi apa yang terjadi? Aku malah diabaikan. Well, sepertinya pagi ini semua orang berubah mendadak tuli.
Membuang nafas setengah jengkel aku keluar dari bus karena sudah sampai di depan kamusku sebelum itu aku memasukan ongkosku ke dalam saku kenek supir tersebut. Aku terlalu lelah untuk membuat orang tersebut menerima uangku.
Aku melirik jam yang melekat pada pergelangan tanganku. Ah, sepertinya aku punya waktu dua puluh menit sebelum kelas di mulai.
Semangkuk ramen dan segelas teh hangat sepertinya tidak buruk.
Untuk itu aku memacu langkahku menuju kafetaria.
Aku melihat antirian cukup panjang. Menyebalkan! Aku paling malas berdiri di sana berdesak-desakan.
Tatkala mataku menangkap sosok pemuda yang tampak menikmati sarapannya---- itu si sinting---bocah tengik yang ketakutan melihat Kano. Kebetulan, kami punya project bersama. Sebaiknya aku membahas itu dengannya sambil menunggu antrian berukurang walaupun sebenarnya aku ragu akan hal itu.
Aku berjalan, mendekat. Menjatuhkan diri tepat dihadapan pemuda tersebut.
"Apa itu begitu nikmat?"
Pemuda tersebut mengangkat wajahnya. Keningnya tampak mengerut dalam.
"Aku sepertinya mendengar suara Airi. Tapi kenapa aku tidak melihatnya?"
Pemuda tersebut tampak mengedarkan pandangannya. Menatap horor kemudian bergidik ngeri.
Percayalah, aku sangat tergoda ingin melemparkan sepatu ku ke wajah idiotnya. Bagaimana bisa ia membuat joke seperti itu?
Tck, payah sekali!
"Hei, kau ini! Kenapa otakmu itu bebal sekali? Berhenti memasang muka bodoh seperti itu!"
Oh, ayolah. Itu tidak lucu.
Dan kau tahu apa yang dilakukan pemuda setengah waras dihadapanku ini? Ia malah pergi meninggalkanku dengan lari terbirit-birit dengan sorot mata dipenuhi ketakutan yang absolut.
Great!
Pagi ini semuanya orang mengabaikanku.
Aku terkesiap ketika merasakan tepukan pelan di pundakku, "Airi, kenapa kau berbicara sendiri?"
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Here For You || Flash Fiction||
Mystère / Thriller[Flash Fiction] Kano berjanji tidak akan pernah meninggalkannya. Airi selalu percaya padanya, Kano akan menepati janjinya. A/N: Setiap chapter terdiri dari kurang 1000 words. Oneshoot. Perchapter langsung tamat. Copyright @EvaRosalinaSiregar St...