1.

391 24 4
                                    

Memasuki dunia baru, Lyzbeth merutuki kecerobohannya. Gadis itu baru sadar jika ia belum mengganti model pakaiannya. Dengan sedikit peruntungan ia menyihir pakaian Muggle itu menjadi pakaian tradisional Tiongkok dengan warna dominan merah, hitam, dan putih; rambutnya tetap pirang platina dengan model ponytail diikat dengan pita merah, serta poni lucu yang nyaris menutupi kedua matanya. Kalung dan gelang sederhana yang mengambil bentuk bentuk mawar merah melengkapi penampilannya.

"Eh?! Ini di mana?!" seru Lyzbeth kaget dengan sekelilingnya: hawa yang dingin, langit yang gelap, hutan yang lebat dan suram. Apa ia salah masuk dimensi?

"Sepertinya aku berada di perbatasan antara Qishan Wen dan Gusu Lan," gumam Lyzbeth, menganalisa lingkungan sekitarnya. Apa lagi ada pencahayaan yang menyilaukan di ujung hutan dan suasana temaram di ujung yang lain.

"Kemana aku harus pergi? Kemewahan atau kesederhanaan?"

"Klan Wen atau Klan Lan?"

"Wen Rouhan yang tamak atau Lan Qiren yang bersahaja?"

"Wen bersaudara yang angkuh atau Lan bersaudara yang rendah hati?"

Lyzbeth mondar-mandir, tak memperhatikan jalan, tak peduli arah pergi, tanpa sadar langkahnya sampai di bangunan megah di mana para Wen tinggal.

"Hei! Siapa di sana?!" seru pengawal dengan pakaian khas Sekte Wen menodongkan tombaknya.

Lyzbeth menatap pengawal itu dengan tatapan datar. Tangannya bergerak ke belakang tubuh dan men-summon tongkat Slythinee.

"Avada-"

Kilasan memori memenuhi ruang otak Lyzbeth. Membawa tremor tersendiri bagi jiwa gadis malang itu.

"Stupefy!" seru Lyzbeth setelah berhasil menguasai ketakutannya. Andai ia bisa kembali ke tingkat lima, mungkin ia akan mendapat boggart pertamanya. Sayangnya saat itu ia tak memiliki satu pun ingatan tentang kebahagiaan atau kesedihan. Hari-hari yang ia jalani saat itu pun terasa monoton, suatu hal yang dirasanya hampa tapi juga menarik. Lyzbeth merasa kosong di hatinya. Gadis itu merasakan kekosongan bahkan saat berada di tengah-tengah kehangatan sebuah keluarga. Baginya, yang ia lakukan saat itu hanyalah sebuah keharusan. Seperti Harry Potter yang harus menjalani kehidupannya sebagai pelindung dunia sihir; sebagai boneka Dumbledore, seperti keharusan bangsa vampire dan bangsa shape shifter yang demi melindungi darah Bella; rela mengobarkan perang dengan Volturi. Darah yang sebenarnya hanya darah biasa seperti manusia pada umumnya. Dalam hal ini, salahkan keusilannya yang mengaburkan penciuman semua makhluk atas darah Bella dengan salah satu aromanya dan mengacaukan ramalan semua vampire. Hingga kedua bangsa immortal itu merasa memiliki hak, entah hak untuk melindungi, atau hak untuk memiliki.

'Dan akhirnya? Akhirnya aku berakhir di sini,' pikir Lyzbeth.

"Apa yang terjadi di sana?"

'Gawat!'

Lyzbeth merubah wujudnya menjadi anak remaja pasca melihat seorang pria diikuti dua remaja menuruni tangga batu dan mendekati tempatnya.


"Siapa dirimu dan kenapa berada di sini, gadis muda?" tanya pria itu yang nyatanya adalah Wen Rouhan. Kedua anak di belakangnya adalah Wen Zhuliu dan Wen Qing.

"Nama gadis muda ini adalah Lily Shen, awalnya berada di tengah hutan sana, entah bagaimana bisa sampai ke tempat ini," jelas Lyzbeth dengan pelan.

"Benda apa ditanganmu itu?" tanya Wen Zhuliu curiga.

Lyzbeth menatap tongkatnya dengan ekspresi rumit.

"Sebuah tongkat, gadis ini adalah seorang penyihir," jawab Lyzbeth.

Wen Rouhan menatap Lyzbeth dengan ekspresi aneh; Wen Zhuliu dan Wen Qing menatapnya dengan ekspresi siaga.

"Ikut bersamaku!"

🍀🍁

Memasuki kediaman Wen ternyata tak semenakutkan yang ia bayangkan, tak seaneh imajinasinya saat membaca donghua atau melihat filmnya. Lyzbeth mendapati dirinya merasa nyaman dengan energi kegelapan yang menyelimuti tempat itu.

"Nona Wei, aku ingin mengangkatmu menjadi murid sekaligus anak angkatku."

"Wei Baishe siap menerimanya."

Lyzbeth memang sempat memberitahu mereka tentang dirinya-sebuah kebohongan, tepatnya. Di mana ia adalah adik kecil keempat dari sebuah sekte kecil; dirinya yang tak memiliki elixir karena kebencian antar keluarga; kehancuran sekte dan desanya, yang mana karena perbuatan Sekte Wen; menjumpai pria aneh yang selama dua tahun ini mengajarinya tentang sihir; tinggal di gua; nama aslinya adalah Wei Baishe yang kemudian menjadi Lily Shen; pergi ke hutan untuk mencari angin segar dan nyasar.

Ketiga Wen sempat tak percaya. Karena bagaimana mungkin orang yang tinggal di gua bisa nyasar di hutan? Lalu Lyzbeth menjawab jika selama dua tahun itu ia tak pernah keluar gua, kebutuhannya selama mendalami ilmu sihir telah dicukupi oleh gurunya.

"Kalau begitu, nama kehormatanmu adalah Shuang Rong. Semoga selalu hidup dalam keceriaan dan kemuliaan."

"Terima kasih, Penatua Wen."

Lyzbeth mundur dari hadapan Wen Rouhan. Tak sedikit pun rasa takut terlihat di matanya saat dikelilingi monster-monster ciptaan Wen Rouhan.

"Xue Yang!" panggil Wen Rouhan.

Seorang remaja menghampiri Wen Rouhan. Dengan sarung tangan kulit yang menutupi dua jari di tangan kiri. Remaja yang mendapat pengakuan diam-diam dari Lyzbeth. Sungguh, entah bagaimana Lyzbeth mendapat kesan baik dari tingkah urakan remaja itu. Mungkin karena Lyzbeth menyukai tipikal pria badass, seperti The Dark Lord.

"Gadis ini bernama Shuang Rong, dia adalah putriku. Bawa dia berkeliling!"

Xue Yang menatap Lyzbeth intens. Mengajak gadis itu pergi dari tempat Wen Rouhan. Membawanya berkeliling Qishan, yang kemudian menuju Lanling karena desakan Lyzbeth.

Xue Yang hanya diam dan menurut saat Lyzbeth menariknya ke mana-mana. Membiarkan putri Wen Rouhan memimpin jalan. Mungkin saja di masa depan, gadis itu bisa ia kendalikan. Gadis muda dan manja sangat mudah dipengaruhi.

"Yang Yang! Ayo masuk ke sana, aku ingin memesan pakaian!" ajak Lyzbeth saat melihat toko kain.

Lyzbeth menatap ribuan gulung kain beraneka warna, motif, dan kualitas. Benar-benar memanjakan mata, dan hampir membuat matanya iritasi karena beberapa warna yang mencolok. Seperti kain sewarna emas yang ia pegang, membuatnya memutar memori mengenai jubah gaib milik Harry Potter yang begitu lembut, licin, dingin, dan nyaman saat disentuh.

"Aku ingin kain ini. Yang Yang, urus kain ini sementara aku mencari kue untuk kita."

"Ya, tentu."

"Bagus," kata Lyzbeth seraya menyerahkan selembar kertas.

"Apa ini?" tanya Xue Yang tak mengerti.

"Berikan kertas itu pada pemilik, mereka akan paham!" jelas Lyzbeth sebelum menghilang di balik pintu toko.

Xue Yang memberikan kertas di tangannya kepada pemilik toko.

"Xue Yang? Ya, namaku Li Shao. Dari surat ini, aku bisa menjamin jika gadis berambut putih itu bukan gadis sembarangan, ambil beberapa kain yang dibutuhkan, gadis itu sudah membayarnya," kata Nona Li Shao pada Xue Yang, membuat remaja itu bingung dan bingung, tapi tetap mengambil beberapa kain sesuai seleranya, atau dia akan terus berdiam diri seperti orang idiot.

TBC

Shuang Rong: Lyzbeth In Mo Dao Zu Shi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang