1 - Bunga Mawar

36 7 4
                                    

"Gengs, mau langsung balik apa nongkrong dulu?"

Gerombolan siswi berjalan di koridor kelas sebelas, bel pulang berbunyi beberapa saat yang lalu-yang tentu saja merupakan sesuatu yang sangat di nanti-nanti oleh seluruh murid seantero sekolah yang sepertinya sudah hampir mati kebosanan karena otaknya kelelahan dijejali oleh materi-materi pada setiap mata pelajaran hari itu. Oke mungkin agak lebay.

Tapi serius, siapa sih yang nggak senang ketika mendengar bel pulang berbunyi setelah menjalankan aktivitas super melelahkan yang bukan hanya menguras tenaga, tapi juga menguras segenap jiwa. Apalagi sistem pendidikan yang kini telah diterapkan di tanah air bangsa negara kita ini, yap betul sekali, sistem full day school, yang membuat siswa mau tidak mau menjadikan sekolah sebagai rumah kedua, karena memang sebagian besar waktu mereka dihabiskan di sekolah. Belum lagi sebentuk php alias pemberian harapan palsu guru-guru yang mengatakan kalau sistem full day school meniadakan pr alias pekerjaan rumah untuk para siswanya, buktinya tugas tetap diberikan dengan embel-embel buat belajar dirumah.

Ini kenapa jadi bahas ginian?

Oke kembali ke topik awal.

Geromb- ah, atau lebih tepatnya, empat orang siswi sedang berjalan di koridor dengan ransel di pundak masing-masing.

"Gue denger ada cafe yang baru buka di deket sini, mau kesana?" Siska kembali membuka suara dengan pertanyaan yang ditujukan untuk teman-temannya itu, pertanyaan kedua, karena tadi udah nanya tapi nggak ada yang jawab.

"Boleh tuh, udah lama juga nggak nongki cantik, muehehe." Nadia menyetujui yang langsung di sambut dengan anggukan oleh ketiga temannya.

"Kuy lah. Cha, Mang Asep belum jemput lo?" tanya Dinda kepada gadis di sebelahnya yang sedang merunduk fokus pada layar ponselnya.

"Ini gue lagi bilangin Mang Asep, ntar lo pada anterin gue balik, kan?" Mang Asep yang dimaksud disini adalah orang yang biasa mengantar jemput Ocha ke sekolah, atau yang sering orang-orang sebut supir. Tapi sebutan supir nggak banget buat Ocha, karena menurutnya supir tuh istilah yang menurutnya agak... kasar? Hm, agak lebay sih, tapi apalah daya Ocha yang walaupun kadang bisa jadi cewek galak emang punya hati selembut itu.

"Santuy lah, tinggal buka aplikasi ojol, ketik alamat rumah lo, pesen, terus capcus, nyampe deh lo dirumah dengan selamat tanpa satu kurang apapun."

Ocha, Siska, dan Nadia tergelak mendengar ucapan Dinda. Sudah biasa dengan gaya teman mereka yang rada sinting itu. Mereka tidak sadar saja, kalau sebenarnya mereka berempat dipersatukan karena kemiripan sifat tersebut. Betul sekali, sama-sama sinting dan receh.

Ya coba kalian pikirin aja, Dinda yang hanya mengeluarkan satu kalimat seperti itu saja sudah bisa membuat mereka semua ngakak, yang untung nya tidak sampai guling-guling-karena mereka belum sesinting itu buat guling-guling di halaman sekolah, yang sangat berpotensi membuat mereka berempat viral karena masuk sebagai berita terbaru di akun instagram sekolah dengan caption yang nggak banget, yaitu: 'Diduga sinting, empat siswi kelas sebelas guling-guling di halaman sekolah disebabkan stres dengan sistem full day school.'

"Kata Mang Asep sip nih," Ocha berujar setelah sesi terbahak mereka reda.

"Oke langsung aja kuy? Deket mah, jalan kaki juga nyampe di perempatan depan." Siska langsung menarik teman-temannya melawati parkiran untuk menuju gerbang sekolah, yang membuat mereka berempat saling menarik udah kayak truk gandengan. Tapi sayang kemesraan mereka tidak bertahan lama, karena tiba-tiba-

"Oi, ciwi-ciwi, pada mau kemana nih?" tiada angin tiada hujan, sosok jangkung Reyhan menghampiri mereka, padahal niatnya mau langsung pulang. Eh, tiba-tiba melihat Ocha-Dinda-Nadia-Siska yang jalan gandengan, kayak anak TK yang baru pulang sekolah, melewati parkiran, yaudah samperin aja, pikir Reyhan.

Flower is Nothing, Without RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang