Masih pagi, tapi Ocha sudah mendumel sendiri.Teman-temannya sungguh baik. Akhir pekan seperti ini, seharusnya Ocha bangun sedikit lebih siang, lalu bermesraan dengan kasur yang begitu disayanginya, dilanjutkan dengan kegiatan menonton serial drama korea.
Tapi sayang semuanya harus di tunda dulu karena dia harus bangun pagi-pagi untuk pergi ke suatu tempat, menjalankan misi yang diberikan anak-anak kelas untuknya. Oke ini lebay.
Ocha bukan bagian dari jajaran pengurus kelas, tapi entah kenapa teman-temannya malah menugaskannya untuk melakukan hal ini.
Bu Yanti alias Guru Fisika mereka di sekolah meminta mereka untuk menyampul buku latihan dan ulangan Fisika dengan sampul yang sama, kompak sekelas, dan karena beliau mengatakan ini di lakukan sebagai pembeda buku latihan dan ulangan antar kelas, jadi harus dipastikan jika sampul buku mereka berbeda dengan sampul buku kelas tetangga.
Dan tau apa yang membuat Ocha agak kesal? Teman-teman sekelasnya menumpahkan semua amanah dari Bu Yanti itu seluruhnya kepada Ocha, mulai dari mencari tahu model sampul buku yang digunakan beberapa kelas tetangga, sampai membeli sampulnya untuk anak-anak sekelas. Kabar buruk lainnya, buku mereka sudah harus disampul saat mata pelajaran Fisika hari Senin nanti. Salah mereka juga tidak menyiapkan dari jauh hari.
Semalam ketika mereka memutuskan untuk menyerahkan tugas yang sangat terhormat ini kepada Ocha, tentu saja seperti yang bisa ditebak, Ocha menolak mentah-mentah.
Tapi bukan teman kelas Ocha namanya jika mereka tidak bisa membujuk, atau lebih tepatnya, memaksa Ocha untuk mau. Selain karena pusat perbelanjaan terletak lebih dekat dengan perumahan tempat tinggal Ocha—dibandingkan anak kelas lainnya, tapi juga karena Ocha punya Mang Asep yang siap mengantar Ocha kapanpun dan kemanapun.
Belum lagi Siska yang katanya akan menemani Ocha pagi ini malah menghilang seperti ditelan bumi, Ocha yakin seratus persen kalau Siska pasti belum bangun.
Nadia dipaksa ikut arisan oleh Maminya, Nadia bilang dia sebenarnya akan lebih memilih menemani Ocha pagi-pagi atau bahkan dari subuh sekalian Nadia jabanin, daripada harus ikut ke arisan Maminya. Tapi apa daya, Maminya tetap bersikeras bilang kalau Nadia harus ikut.
Dinda? Dia pergi ke Bandung sejak Jum'at sore, dan baru akan pulang malam nanti.
Oke, mari kita sudahi jeritan hati Ocha pagi ini.
Mobil yang dikendarai Mang Asep sudah terpakir di basement pusat perbelanjaan yang dimaksud, Ocha akan mencari sampul di bookstore yang terdapat di dalam pusat perbelanjaan.
"Mang Asep nggak perlu nemenin aku sampe masuk deh ya. Aku bisa sendiri kok."
"Oke, Neng, Mamang nunggu disini aja," sahut Mang Asep. Beliau tau jika Ocha tidak suka di ekori kemana-mana.
Ocha mengangguk, lantas keluar dari mobil dan berjalan memasuki area pusat perbelanjaan. Seperti yang sudah Ocha duga, pusat perbelanjaan lumayan ramai karena ini akhir pekan.
Tenang Cha. Ke bookstore, beli sampul, terus kelar deh.
Batin Ocha menenangkan diri.
Ocha naik ke lantai dua dimana bookstore tujuannya berada. Ocha menghela napas panjang ketika memasuki area bookstore, keramaian langsung menyapa. Ocha bukan tipe orang yang suka pergi sendirian seperti ini, dia jadi tidak punya teman bicara. Keliatan banget jomblonya kalau kata Dinda. Nggak apa-apa, Ocha strong.
Ocha menyusuri rak dimana stationery berada, mulai memilih sampul buku. Beberapa kali Ocha memotret sampul untuk menanyakan ke grup chat kelas, setelah meminta ijin dengan mbak-mbak pegawai bookstore, tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower is Nothing, Without Rain
Teen FictionBunga Mawar. Makna dari nama depan Ocha, Delarosa Waranggani. Dari apa yang Mamanya pernah katakan, bunga mawar itu melambangkan kecantikan perempuan. "Kuncup bunga mawar keliatan cantik dan segar, sama seperti gadis remaja yang beranjak dewasa." I...