Aku berjalan sembari melamun memikirkan kata-kata yang Seena ucapkan tadi.
Ya, jadi saat dia tersenyum tadi, lima detik kemudian ia kembali menangis, lalu tertidur di dalam pelukanku.
Dan pas saja Tante Fayra datang, lalu habis itu aku langsung pamit pulang.
Saat ini aku masih berpikir mengapa Seena bilang begitu kepadaku.
Betapa hampanya hidupku jika Seena tidak ada.
Aku yakin penyakitnya itu pasti sembuh.
Aku yakin itu.
•••••
Akupun telah sampai kerumahku, lalu memarkirkan mobilku di garasi.
"Aku pulang," Ucapku sambil melihat seluruh keluargaku yang sedang berada dirumahku.
"Ada apa ini? Ada sebuah acara?" Tanyaku sambil meletakkan kunci mobil di dekat vas bunga diatas meja.
"Duduklah dulu Jaehyun" Ujar ayahku dengan tatapannya yang entahlah, Sendu?
Seperti perintahnya aku langsung duduk, dan langsung bertanya "Sebenarnya ada apa ini?"
"Begini nak, kita semua sepakat pindah ke New York dan menetap disana selama 5 tahun, karena banyaknya pekerjaan kita semua yang berada di New York, jadi kami memutuskan untuk pindah kesana," Ujar ibuku sambil memegang tanganku.
"Apa?! Tidak! Aku tidak mau pindah ke New York bu, ibu tahu betapa tidak sukanya aku dengan New York." Ucapku sambil sedikit berteriak.
Ya, jika aku tidak ikut tur sekolah yang pergi ke New York itu, mungkin Seena tidak akan pernah terbaring lemah diatas tempat tidur rumah sakit.
3 hal yang aku salahkan atas penderitaan Seena. Yaitu Jungwoo, New York, dan diriku sendiri.
"Tidak bisa Jaehyun, kami semua sudah sepakat, dan juga sudah mengatur jadwal berangkatnya nanti." Ucap ayahku sembari meletakkan kacamatanya diatas meja.
"Kenapa mendadak sekali? Kenapa tidak bilang dari lama?!" Ucapku dengan nada emosi.
"Kamu itu bisanya ngebantah terus, pokoknya ayah tidak mau tahu, kita semua harus pindah kesana, tidak ada penolakan." Ucap ayahku lalu pergi meninggalkan kami semua.
Apa lagi ini?
Bagaimana dengan Seena?
•••••
"Aduh sok keren sekali kamu Jung Jaehyun," Ujar Seena sembari tertawa mengeluarkan sedikit air mata.
"Berhenti menertawaiku Seena, aku itu emang keren." Ucapku sambil berlaga sok keren.
"Hentikan Jaehyun! Kamu bisa buat aku nangis mulu nih hahahahaha" Ucapnya sambil mengelap air matanya.
Aku jadi heran, aku tampan begini di bilang sok keren. Haduh Seena matamu memang perlu ku bersihkan.
Jadi, libur pekan ini akan ku isi dengan menjenguk Seena setiap hari, Hitung-hitung perpisahan dengan dirinya.
Sungguh tidak adil, semua ini tidak adil, rasanya aku ingin sekali terjun dari lantai 10 rumah sakit ini.
"Hey Jaehyun, kamu kenapa melamun? Ada masalah? Cerita coba sama aku," Ucap Seena sambil memperhatikanku.
Aku jadi bingung, haruskah aku memberitahunya? Sebaiknya aku beri tahu saja, daripada nanti Seena merasa bahwa aku membohonginya.
"Jadi begini Seena, Aku harus pindah ke New York dan menetap disana selama 5 tahun, aku tahu ini mendadak, orang tuaku lah yang telah merencanakan semuanya." Ucapku sambil menatap Seena sendu
Sehingga kemudian ku dengar suara gelas yang terjatuh, dan ya itu Seena yang secara tidak sengaja menjatuhkan gelas.
"Hey Seena, maafkan aku, aku tidak bermaksud meninggalkanmu Seena." Ujarku sambil memeluknya yang sedang menangis.
"Sudah Seena jangan menangis, maafkan aku." Ucapku lagi sambil mengelus rambutnya.
"Jaehyun? Kenapa takdir yang Tuhan berikan kepada kita semenyedihkan ini?" Ucapnya sambil menatapku.
"Apa yang kamu katakan Seena?" Tanyaku padanya.
"Ketika kamu mendapat berita bahwa kamu harus pergi ke kanan atas nama orang tuamu, justru aku sebaliknya Jaehyun, aku pergi ke kiri atas nama panggilan yang Maha Esa."
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Hard To Forget You ¦ -Jung Jaehyun
Fanfiction"Satu permintaanku saat ini Tuhan. Tolong buat dia kembali lagi di dalam hidupku."