'5'

819 76 6
                                    

Setibanya aku dirumah sakit, langsung saja aku berlari menuju ruangan dimana Seena berada.

Aku takut, aku takut aku tidak dapat melihat wajah cantiknya di saat detik-detik terakhir nafasnya.

Namun aneh, setibanya aku di ruangan Seena, aku tidak melihat siapapun, termasuk tante Fayra.

"Permisi sus, pasien bernama Park Seena sekarang sedang berada di ruangan mana ya?" tanyaku kepada salah satu suster yang tengah membawa alat deteksi jantung.

"Pasien bernama Park Seena sedang dioperasi sekarang, di ruangan ICU diujung sana" ucapnya sambil menunjuk arah ujung rumah sakit.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun pada suster tadi, aku langsung saja lari menuju ruangan tersebut.

Dan saat aku sampai disana, yang aku lihat hanyalah tante Fayra, bersama Irene dan Eunbi, sepupunya Seena, yang sedang menangis sambil berdoa.

Aku langsung menghampiri Irene dan menanyakan apa yang sedang terjadi.

"Irene, ada apa? Seena pasti sembuh kan dari penyakitnya? Terus ini kalian kenapa pada berdoa? Kan Seena bakalan sembuh nanti" ucapku sambil tersenyum tipis.

Kak Irene yang melihatku hanya tersenyum lalu bilang, "Seena kritis, Jaehyun"

Kurasakan kakiku yang mendadak lemas seperti agar-agar, pandanganku menjadi buram, mendadak hatiku nyeri sekali mendengar apa yang dikatakan oleh Irene.

Ku dengar tangisan tante Fayra yang perlahan menghilang, mungkin itu efek terlalu banyak menangis.

Aku tidak tahan melihat mereka yang sangat sedih disini mengenai keadaan Seena, akhirnya ku putuskan untuk pergi pulang ke rumah.


•••••

Sesampainya di rumah, aku disambut dengan pelukan hangat dari ibuku, dan ya seperti biasa Ia menangis.

"bu? kenapa menangis?" tanyaku sambil mengelap air mata yang masih setia mengalir ke pipi dari matanya.

"ibu khawatir nak! Ibu pikir kamu pergi kemana, ternyata ke rumah sakit menjenguk Seena." ucapnya sambil melihatku.

"sudah bu, tenang, aku sudah disini, dan iya tadi aku menjenguk Seena sebentar."

Seusai aku mengucapkan kalimat tersebut kepada ibu aku langsung pergi ke kamar, tapi langkahku terhenti saat mendengar omongan seorang perempuan yang telah melahirkanku itu.

"tadi ibu mimpi nak, ibu melihat kamu menangis dan Seenamu itu, tertawa bahagia, entah apa maksud dari mimpi ibu, tapi ibu yakin, itu hanyalah bunga tidur ibu yang tak akan terjadi."

aku tak memperdulikan kata-kata Ibu tadi, aku langsung saja masuk ke kamar, lalu membasuh diri dengan air hangat, dan selesai dari semua kegiatan itu, aku memutuskan untuk tidur.

•••••

"Hei kamu gadis yang berada di bawah pohon damar itu, boleh aku tau nama kamu siapa?" tanya lelaki berbaju kerajaan layaknya seorang pangeran itu kepada seorang gadis yang tengah menatap langit-langit biru dibawah pohon damar yang hangat.

Tetapi, saat gadis itu membalikkan badannya lalu menghadap ke lelaki itu, lelaki tersebut kaget dan meneteskan air mata.

"Se--seena?" ucapnya bergetar, sambil meneteskan air mata, lagi.

"Iya, ini aku Park Seena. Seena yang kamu temukan tengah tertidur di ruangan osis pada sore itu, Seena yang meminjamkan buku fisikanya kepadamu, Seena yang rela dihukum guru BK demi ngebantuin hukuman kamu, Seena yang telah jatuh tenggelam dalam pesona kamu, Seena yang pernah kena kanker otak karena kecelakaan bersamamu, dan Seena yang berhasil sembuh dari penyakitnya." tutur gadis bernama Seena itu dengan sendu.

Lalu setelahnya, Jaehyun, lelaki berbaju pangeran itu, langsung menghampiri Seena lalu memeluknya dengan erat.

"Seena, maafin aku yang ga sempat buat menjenguk kamu kemarin, maaf aku lebih milih pulang buat nenangin diri, maaf aku ga hadir bersama tante Fayra dan yang lainnya, maaf juga aku baru tau semuanya dari Herin, maaf banget Seena, sungguh aku minta maaf." ucap Jaehyun menangis dipelukan Seena

"Tidak Jahe, tidak. Sungguh aku tidak apa-apa dengan itu semua, tapi Jahe lihat deh, aku udah sembuh loh! Makanya sekarang aku bisa meluk kamu seperti ini." ujar Seena sambil menepuk-nepuk pelan bahu Jaehyun.

Setelah itu, Seena melepaskan pelukannya lalu menatap mata indah Jaehyun dengan intens.

"Janji ya Jaehyun, kamu ga bakalan nangis lagi saat mengingat apapun tentang aku, janji bakalan tersenyum terus menerus, janji bakalan jadi anak yang baik, jangan jadi anak nakal, dan juga janji apapun yang terjadi jangan menangis, karena aku tau kamu itu Jaehyun yang kuat, ga lemah seperti sekarang. Lihat dong Jaehyun, kini aku sudah bisa tertawa dan tersenyum," ucapnya panjang lebar lalu memamerkan deretan gigi putihnya itu.

Jaehyun yang melihat itupun mengangguk lalu berujar, "Iya Seena, aku berjanji."

"Nah gitu dong, ini baru Jaehyun yang aku kenal." ucap Seena sambil mengepalkan tangannya.

"Seena, aku mencintaimu, jangan pergi." ujar Jaehyun sambil memegang tangan Seena.

"Aku juga mencintaimu Jaehyun, kapanpun dan dimanapun itu, aku mencintaimu."

•••••

Jaehyun terbangun dari mimpinya karena mendengar bunyi alarm yang sangat keras.

"Baru juga jam 6, mengacaukan mimpi indahku saja." ucapnya sambil berjalan semboyong ke arah kamar mandi.

Saat telah usai mandi dan berpakaian rapih, Jaehyunpun keluar dan menuju ke arah dapur sambil tersenyum, mengingat apa isi dari mimpinya semalam.

"Loh Jaehyun? Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Ibu dengan mata sedikit berair dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Aduh Ibu aku itu sedang senang, karena semalam aku memimpikan Park Seena!" ujar Jaehyun yang tak lepas dari senyumannya yang manis itu.

"O--oh, Ibu pikir kamu kenapa." ucap ibu sambil menahan matanya yang merah untuk mengeluarkan air mata.

Setelah itu Ia memberikan susu coklat hangat kepada Jaehyun. Jaehyun yang heran akan sikap Ibunya yang sedikit lesu itu pun langsung bertanya,

"Ibu kenapa? Itu matanya kok seperti habis menangis?"

"Ti--tidak, ini tadi terkena debu saat Ibu membersihkan ruangan Ayahmu." jawab Ibu seadanya dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Bohong. Aku tau yang selalu membersihkan ruangan Ayah itu bi reana, aku bahkan jarang melihat Ibu masuk ke dalam ruangan Ayah. Jadi, katakan yang sebenarnya bu, apa yang terjadi sehingga Ibu menangis? Ayah mengasari Ibu? Ibu sakit? Aku mengecewakan Ibu? Atau ada seseorang yang telah pergi?" tanya Jaehyun bertubi-tubi.

Jaehyun terkejut, saat tiba-tiba Ibunya itu menangis lalu memeluknya dengan erat,

"Park Seena meninggal jam 4 subuh tadi."

Hard To Forget You  ¦ -Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang