Bab III - Found (?)

431 47 3
                                    


Aku terpaku di tempatku berdiri. Mataku memelotot menatap kalung berbandul kelinci yang berada di tangan jenazah itu. Napasku tersengal. Rasa takut memenuhi diriku. Fiver berada di genggaman tangan koban. Tunggu... mungkin itu bukan Fiver. Ada berapa banyak kalung berbandul kelinci di Iibu Kkota? Dengan langkah gemetar, aku mendekati korban dan menarik benda keperakan itu dari sela-selan jemarinya. Tidak salah lagi. Tulisan 'Fiver' di pita yang melingkari leher si kelinci perak tampak jelas.

"Fiver hilang, Kay. Aku nggak bisa menemukannya di mana-mana. Aku takut dia jatuh waktu aku bertugas tempo hari." Inikah penyebab kepanikan Troy tadi?

Dan sekaraag aku menemukan Fiver. Ini kah 'tugas' yang Troy maksud? Sudah sejauh inikah keterlibatannya di Serpent? Dasar pandir! Apa yang kamu harapkan dari dunia geng, Kayla? Kamu kira mereka hanya jalan-jalan sambil bercanda? Pikiranku memutar ulang foto-foto di ponsel Fachrie. Aku semakin sulit berpikir jernih.

Aku mendekati jenazah itu dan mulai memeriksanya. Terhitung ada sepuluh luka tusuk di tubuh korban dan beberapa luka iris khas luka tangkis di tangan korban. Selain itu, ada juga luka akibat kekerasan tumpul berupa luka memar, lecet, dan robek di beberapa bagian tubuh korban. Membayangkan Troy bisa melakukan hal sekejam ini kepada seseorang, padahal tangan yang sama biasa memeluk dan mengusap punggungku untuk menenangkan... tiba-tiba perutku bergolak. Aku lari ke luar kamar otopsi dan masuk ke kamar mandi. Di sana, aku muntah-muntah. Perutku terasa perih sekali, tapi bukan itu penyebab air mata bergulir di pipiku.

Aku tidak tahu apa yang membuatku merasa lebih takut... kenyataan bahwa pacarku ada hubungannya dengan kasus pembunuhan sadis semacam ini, atau ketakutan akan konsekuensi yang bisa dia terima. Ini pembunuhan berencana. Hukuman tindak pidana ini tidak main-main. Aku teringat kasus pembunuhan berencana Pak Brandon. Saat ini, Pak Brandon terancam hukuman mati. 

Membayangkan Troy berada di hadapan regu tembak membuatku hampir berteriak keras-keras untuk mengusir bayangan mengerikan itu. Namun, akal sehat masih memegang kendali atas pikiranku. Aku tahu aku harus melakukan sesuatu. Dengan terhuyung menahan pusing, aku keluar dari kamar mandi dan kembali masuk ruang otopsi. 

Jenazah tak dikenal itu masih terbujur kaku di atas meja periksa. Apa yang bisa aku lakukan untuk melindungi Troy? bBatinku sambil menatap ke sekeliling. Tidak ada siapa-siapa di sana. Mataku terpaku pada tulisan dengan huruf kapital di sebuah papan yang dipaku di dinding. FIAT JUSTICIA PEREAT MUNDUS – KEADILAN HARUS DITEGAKKAN WALAU DUNIA BINASA.

Aku menggeleng, berusaha sebisa mungkin tak mengacuhkan tulisan itu, aku mendekati tubuh jenazah. Tangan jenazah tersebut menggenggam erat Fiver. Kalau polisi menemukan kalung itu... apa mereka bisa mengaitkannya dengan Troy?

Fachrie.

Punggungku kembali terasa dingin. Fachrie pasti bisa. Dia tidak segan-segan melakukannya. Fachrie sangat idealis. Tulisan di dinding tersebut adalah idenya ketika dia datang ke instalasi forensik. Itu adalah prinsip hidupnya.

Fachrie pasti akan mengenali Fiver. Kubayangkan dia bertanya kepadaku, 'Kenapa Fiver bisa ada di sini?'. Apa aku bisa berdalih dengan kena jambret? Mustahil. Fiver sama sekali tidak menunjukkan kesan 'mahal'. Fiver berwarna perak kusam dengan tali kulit imitasi yang mulai pudar warnanya. Siapa yang mau menjambret kalung semacam itu?

Lagi pula, mungkin saja Fachrie pernah melihat Troy saat menyelidiki perseteruan antar Ggeng Serpent dan Reaper. Fachrie akan ingat kalau dia adalah 'pacar'-ku yang pernah datang ke rumah sakit. Dengan mudah dia bisa memberi tahu Pak Herman....

AbsurdWhere stories live. Discover now