Bab VIII - Whispers

296 27 0
                                    

Sepeninggal Fachrie, aku memilih untuk duduk di salah satu sudut ruang makan yang digunakan untuk coffee break. Di dekatku, ada dua orang peserta seminar perempuan yang sedang heboh membicarakan drama Korea. Mereka berbicara dengan antusias, sesekali tertawa lepas seolah tidak memiliki beban apapun dalam pikiran mereka.

"Gue sih lebih suka yang ini ... pemerannya ganteng banget! Terus, cowoknya benar-benar bad boy!"

Aku tertegun sejenak mendengar dua kata itu. Bad boy. Rupanya saat ini tema bad boy sedang diminati. Aku melirik sekilas ke dua orang perempuan itu. Salah seorang di antara mereka menunjukkan gambar seorang laki-laki Korea di ponselnya. Laki-laki itu berwajah manis, menatap ke arah kamera dengan ekspresi datar. Posenya cukup provokatif, ia mengenakan kemeja hitam dengan kancing yang dibiarkan terbuka memperlihatkan tubuhnya yang berotot.

"Ini dong... cowoknya benar-benar bad boy. Uuh! Coba gue bisa punya cowok bad boy...."

"Iya ... seru banget pasti kalau punya cowok model begitu. Dia sama orang lain dingin, tapi sama kita protektif dan malah posesif. Whoo!"

Seperti itukah gambaran bad boy dimata mereka? Batinku. Seorang laki-laki yang dingin dan sangar, tapi sangat menyayangi gadisnya. Aku merasa seperti melihat diriku dan Troy dari sudut pandang baru. Dilihat sekilas, hubungan kami sangat manis seperti cerita roman populer. The bad boy and the sweet girl.

Apa yang mereka bayangkan soal berpacaran dengan bad boy? Tentu saja, seorang laki-laki yang penuh pesona sekaligus tantangan. Melihat si bad boy, mungkin banyak perempuan yang merasa tertantang untuk meluluhkan hatinya. Si bad boy adalah gunung es yang ingin mereka taklukan.

Selama proses 'menaklukan' si bad boy, pasti akan banyak kejadian yang memacu adrenalin. Mereka akan merasa lebih antusias dalam menjalani keseharian, karena pasti ada saja kejutan yang dibawa oleh si bad boy. Seperti naik roller coaster.

Aku menekuni cangkir kopiku yang sudah hampir kosong. Aku tidak ingat merasakan semua itu ketika aku dan Troy mulai dekat dulu. Tidak ada perasaan tertantang atau penasaran ketika melihat Troy. Pada awalnya, Troy adalah teman yang menyenangkan untukku. Aku bisa membicarakan apa saja dengan Troy.

Aku tersenyum, mengingat ketika dulu Troy dirawat di Rumah Sakit Kasih aku sering menjadi 'pendongeng' untuk Troy. Aku sering datang ke ruang perawatan Troy untuk menengok keadaannya. Kadang aku iseng bercerita soal buku-buku yang baru kubaca. Kukira Troy akan menganggapku membosankan atau aneh seperti teman-temanku yang lain, tapi ternyata tidak. Troy begitu antusias mendengarkan ceritaku.

Ia menyukai cerita "The Adventures of Huckleberry Finn" dan "Tom Sawyer" karya Mark Twain. Karena keduanya bercerita tentang petualangan anak lelaki badung. Ketika itu, Troy separuh bercanda bertanya kepadaku apa aku suka tipe cowok 'bad boy'. Aku yang belum nyambung tentang arah pembicaraan kami berkata kalau pasti akan sangat seru kalau punya teman sebadung Tom Sawyer atau Huckleberry Finn. Sambil tersenyum, Troy berkata aku tidak perlu mencari terlalu jauh.

Troy juga pernah menolongku dari tekanan senior semasa aku koas. Seniorku yang tadinya paling belagu, tiba-tiba saja berubah seratus delapan puluh derajat sifatnya. Belakangan aku tahu kalau itu semua adalah ulah Troy.

"Aku bilang kalau dia masih mau hidup tenang, jangan berani macam-macam dengan pacarku."

Aku masih mengira Troy bercanda. Sampai Aku tidak tahu apa maksud Troy ... sampai setengah tahun kemudian, Troy mengklaim aku sebagai pacarnya. Troy berkata ia sangat gregetan karena aku tidak peka.

Seharusnya itu menjadi awal yang manis dari sebuah cerita cinta. Troy si bad boy akhirnya memilihku sebagai pacarnya. Pasti banyak orang yang ingin ada di posisiku sebagai pacar si bad boy.

Ha! Andai saja mereka tahu keadaan yang sebenarnya.... batinku sambil berlalu dari sana.  

AbsurdWhere stories live. Discover now