- | 𝕞𝕚𝕕𝕟𝕚𝕘𝕙𝕥 𝕥𝕒𝕝𝕜

236 43 5
                                    



Hyungseob terbangun dari tidurnya tengah malam. Awalnya, perutnya hanya bergemuruh perlahan dan Hyungseob tetap  mengabaikannya walaupun tidurnya mulai terganggu. Dia baru tidur dua jam lalu dan butuh asupan energi untuk besok atau Hyungseob akan pingsan saat event tahunan sekolah.

Sebagai salah satu anggota panitia event sekolah, Hyungseob harus bertanggung jawab secara penuh terhadap acara. Selain itu, dia juga tidak ingin malu dihadapan siswa lain karena pingsan. Sebenarnya ada alasan lain, tapi Hyungseob sedang tidak berminat untuk ingat.

Walau enggan, Hyungseob mengenakan slippernya dan keluar kamar dengan langkah pelan. Roommatenya adalah Jung Jaehyun, kakak kelas populer yang sangat sensitif saat tidur. Seniornya itu bisa terbangun hanya karena gangguan suara kecil, jadi Hyungseob harus berhati-hati.

Omong-omong, selama hidup di asrama jarang sekali Hyungseob terbangun karena lapar. Sekalipun lapar, Hyungseob tidak akan  selapar ini.

Helaan nafasnya terdengar begitu keras di lorong asrama. Jarak dapur dan kamarnya memang tidak jauh, namun Hyungseob bisa jadi pribadi yang malas kala mengantuk. Ia berusaha mengumpulkan kesadaran sembari memikirkan makanan apa yang akan disantap. Kemudian Hyungseob ingat, lima hari lalu, Daehwi menyimpan satu box minuman sereal di laci dapur. Memang tidak mengenyangkan tapi cukup membantu Hyungseob bertahan sampai sarapan besok  pagi.

Selama sepuluh menit, Hyungseob sibuk mencari barang yang inginkan. Seingatnya, Daehwi menyimpannya di rak dekat lemari piring. Bukan hal yang baru barang berpindah ataupun hilang, penghuni asrama ini banyak dan kadang-kadang mereka suka memindahkan barang seenaknya (walaupun di  beberapa keadaan, Hyungseob juga begitu).

Seluruh laci bagian bawah serta rak penyimpan dekat lemari piring sudah di rantas habis oleh Hyungseob dan dia masih belum menemukannya. Satu-satunya pilihan terakhir adalah mencari di rak bagian atas atau Hyungseob akan sangat kelaparan. Bunyi perutnya semakin liar dan Hyungseob harus segera mengisinya. Ia tidak kuat terus seperti ini.

Pada akhirnya, Hyungseob menemukannya. Tangannya meraih gelas dan membuka salah  satu kemasan minuman sereal dengan cekatan, kemudian menyeduhnya dengan air hangat.

Niatnya, Hyungseob ingin duduk di dapur sembari menghabiskan minuman serealnya tapi sosok yang berdiri di dekat pintu dapur mengikis habis moodnya. Hyungseob sama sekali tidak menyangka akan bertemu orang itu tengah malam begini. Kalau saja masih banyak orang, Hyungseob mungkin bisa melarikan diri, tapi tidak saat dia masih berdiri di depan pintu dapur seakan menghadangnya.

Sosok itu melangkah mendekat dan berujar,"Aku lapar."

Suaranya terdengar serak dan dari jarak dekat, Hyungseob dapat melihat seberapa kusut wajah pemuda yang berdiri di hadapannya.

Hyungseob menghelas nafas kemudian menaruh gelasnya di meja makan,"Duduklah."

Pemuda yang menghadang Hyungseob untuk pergi dari dapur tadi pun duduk.

Oh, atau sebut saja pemuda itu Park Woojin.

Tidak sampai lima menit, Hyungseob berhasil menyeduh segelas lagi minuman sereal untuk Woojin. Sedangkan Woojin sendiri sudah kembali tertidur dengan posisi kepala bertumpu pada tangan. Lagi-lagi Hyungseob mengehela nafasnya dan duduk di kursi sebelah Woojin. Gelas minuman sereal Woojin sudah siap di depan mata, menunggu Woojin untuk meminumnya.

Pemuda itu segera bangun ketika Hyungseob mengguncang pundaknya pelan sebelum kemudian meraih gelas dari tangan Hyungseob.

Mereka menikmati minuman tengah malam itu selama kurang lebih lima menit, waktu yang terlalu lama untuk saling mendiamkan di kala mereka hanya berdua.

Berdua? Iya, mereka memang sering menghabiskan waktu berdua.

The most wanted di sekolah ini adalah kekasihnya, Park Woojin. Meskipun dalam masa perang  dingin yang alasannya tidak jelas, Hyungseob tetap punya hati untuk  tidak melupakan fakta bahwa Woojin ini punya hak kepemilikan atas dirinya. Lagian mereka juga tidak bertengkar terlalu serius. Kalau bisa Hyungseob ingin menyalahkan kegiatan sekolah yang terlampau padat hingga menjadi penyebab renggangnya hubungan mereka.

"Kamu baik-baik saja?"

Hyungseob tersadar dari lamunannya akibat pertanyaan Woojin. Ia menoleh dan mendapati Woojin sudah sepenuhnya bangun. Mata itu memancarkan kekhawatiran, jadi Hyungseob tersenyum tipis dan mengangguk,"Ya, aku  baik-baik saja."

"Tapi kamu kelihatan lelah sekali, Bie."

Entah memang sengaja atau tidak, Woojin punya cara sendiri untuk menghancurkan rasa kesalnya. Entah memakai gombalan khas Park Woojin atau sekedar basa-basi seperti ini, tapi dari sekian cara, Hyungseob lebih suka basa-basi seperti ini. Terkesan lebih santai dan menyenangkan.

Hyungseob diam, ia ingin menjawab tapi tidak menemukan jawaban yang tepat. Mulanya, ia pikir akan lebih baik membuat Woojin percaya kalau ia baik-baik saja, tapi jika Woojin sudah tahu keadaannya, percuma tetap bohong.

"Aku mau minta maaf karena pertengkaran kemarin."

Itu masih Woojin.

Hyungseob memang belum berniat untuk menjawab tapi ia tetap mendengarkan sepenuh  hati,"Aku kelelahan karena kompetisi basket antar sekolah semakin dekat dan emosiku mudah sekali tersulut. Daniel-hyung terlalu menekanku karena aku point guard. Aku selalu berusaha, tapi malah semakin buruk tiap harinya. Aku mencoba mencari cara dengan pergi keluar ataupun main game,  tapi aku tetap semakin buruk. Kemudian aku sadar, aku butuh kamu. Apalagi setelah pertengkaran itu. Aku tahu kamu juga lelah karena kegiatanmu sendiri, tapi aku malah memaksamu untuk memberiku banyak perhatian. Aku mulai bersikap egois dan kamu pun sudah mengingatkanku."

Hyungseob masih tetap diam. Ia memang ingin mendengar apa yang dirasakan kekasihnya selama tiga minggu ini.

Seminggu yang lalu, mereka bertengkar di dekat pintu masuk asrama dan menjadi perhatian banyak orang. Jaehyun yang biasanya bersikap cuek dengan masalah pribadi Hyungseob pun malamnya menawarkan diri untuk jadi tempat curhat.

Woojin masih meneruskan ungkapan unek-uneknya selama ini,"Kamu tidak pantas aku jahati."

Hyungseob mengernyitkan dahinya waspada, jangan bilang Woojin ingin minta putus. Tidak. Sekalipun Hyungseob sempat kesal dengan kekasihnya, ia tetap  menyayangi Woojin. Jangan hanya karena pertengkaran kecil, mereka malah berakhir.

"Kamu memaafkanku, kan?"

Hyungseob menghela nafasnya lega, bersyukur sekali karena Woojin tidak meminta yang aneh-aneh. Pun Hyungseob segera  menganggukkan kepala dan tersenyum cerah,"Ya. Mari perbaiki diri dan kembali seperti biasanya. Aku juga tidak tahan terus-terusan mendiamkanmu."

Perasaan keduanya berubah lega. Beban yang selama tiga minggu ini lenyap dan mereka kembali diliputi perasaan hangat.

Beberapa menit kemudian minuman sereal keduanya sudah habis, Hyungseob membawa gelas mereka dan mencucinya cepat-cepat. Dia sudah sangat  mengantuk.

"Aku sendirian di kamar, mau tidur denganku?" tawar Woojin.

Selama sepuluh detik Hyungseob terdiam, namun segera mengangguk setelah mengingat  mereka terasa sangat jauh akhir-akhir ini.

Ia rindu dengan hangatnya pelukan Woojin, ia rindu kecupan sayang Woojin di keningnya sebelum tidur dan ia ingin semua itu sekarang.

END






Makasih banget buat kak hahacim yang nagih ff ke aku. Coba nggak, ga bakal inget punya tanggungan.

those days • jinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang