Chapter 7

3.8K 310 0
                                    

Gue salah apa? 

***

Yuna dan Enzo bertatapan. Aura mencekam datang melingkupi keduanya, terkhususnya Enzo. Cowok itu tahu sekali mengapa Yuna menemuinya, tidak lain untuk membahas permasalahan kemarin.

Enzo kemarin sangat marah dan melampiaskannya begitu saja, secara spontan. Enzo seperti itu karena dia tidak suka perlakuan Bara kepada sahabatnya, Enzo sudah menganggap Yuna sebagai adiknya. Dan tugas seorang kakak adalah menjaga baik adiknya.

“Zo, gue datang ke sini bukan berarti gue lagi marahin lo.” Yuna duduk setenang mungkin. Matanya mengerjap memindai cowok yang ada di depannya. Yuna sengaja ke rumah Enzo hanya untuk menegaskan satu hal.

“Gue tahu lo mau ngomong apa. Tapi, Yu ... kenapa lo sampai bela-belain ke sini cuma buat Bara?”

Yuna terusik.

“Gue tahu gue salah, mukul orang sembarangan itu nggak bener. Tapi bukannya lo sama dia musuhan? Kenapa lo jadi baik sama dia?”

“Gue….” Yuna berdeham.

“Lo mulai berubah sama dia.” Enzo tersenyum miris. Hatinya tiba-tiba ngilu. Yuna mulai peduli kepada musuhnya, Bara.

“Gue ke sini nggak buat itu. Gue cuma mau bilang, tolong … jangan gangguin dia lagi. Bara nggak pernah gangguin lo, kan? Dia nggak pernah ngusik kehidupan lo, kan?”

“Lo mulai luluh sama dia?”

Yuna menggeleng kencang. “Bukan gitu, tapi gue nggak suka lo main pukul seenaknya.”

“Kalau itu gue juga merasa bersalah, sih….”

“Lo nggak bisa baikan sama dia?”

Enzo bergidik ngeri. Tidak! Tidak semudah itu untuk mengajak Bara berteman. Enzo benci dengan cowok itu karena merasa tersaingi. Selain itu, sifat cuek dan dingin Bara kepada orang lain membuat Enzo terusik. Bara tidak perlu melakukan banyak hal, cewek-cewek tetap akan berdatangan padanya, berteriak histeris kepadanya, mengaguminya.

Jika ingin jujur, Enzo ingin mengenal lebih dalam akan sifat Bara. Dulunya dia ingin menjadi teman bagi cowok dingin itu. Tetapi Bara tidak peka. Enzo merasa direndahkan. Melihat senyum Bara saja tidak pernah. Seantero sekolah masih mencari-cari hal yang bisa membangkitkan senyum sang pujaan.

“Asal lo tahu, Yu. Bara itu cowok paling nyebelin yang ada di dunia. Dia penyendiri, nggak suka diganggu.”

“Makanya lo pengen ganggu dia?” tanya Yuna.

“Gue penasaran aja sama dia.”

Yune terkikik. “Yang pastinya, dia nggak suka kalau lo ikut campur sama masalah dia. Jangan cari gara-gara lagi, gue nggak suka….”

Enzo berdecih. Yuna terlihat berbeda. Mulai ada rasa simpati kepada Bara.

“Hati-hati, Yu. Keknya lo bakalan suka juga sama Bara. Gue juga pengen pesen sesuatu sama lo. Apa pun yang dilakuin Bara, lo jangan baper. Nanti lo sakit hati, mewek sama gue. Nyalahin gue karena nggak bisa jagain lo….”

“Eh! Gue nggak gitu, kok!”

“Alasan! Lo selalu nyalahin gue kalau lo udah sakit hati. Jangan nyangkal.”

“Tapi gue nggak gitu….”

Enzo manggut-manggut. “Udah, deh! Mending lo pulang, udah mau malam. Nanti pawang lo itu nyariin.”

“Bara nggak seposesif itu sampe nyariin gue di luar sekolah. Dia cuma kayak gitu kalau di sekolah.”

“Gue nggak percaya. Tuh cowok punya radar tersendiri buat lo. Udah, sana pulang.” Enzo mengusir sadis.

Possesive Man [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang