Jika keadaan mulai membaik, jangan senang dulu, bisa saja itu pertanda akan datangnya tsunami
🌷
Niko duduk di bangku kelasnya dengan buku tulis sudah berada diatas mejanya, ia sedang menyalin PR bahasa Jerman milik Sakti
Bukannya lupa, tapi memang Niko tidak pernah mendengarkan jika guru sedang memberi tugas
ia hanya mengingat jika hari ini akan ada ulangan Matematika berkat alarm semalam yang ia abaikan
Sebenarnya percuma saja Niko menggunakan alarm, karena tidak akan ada efeknya sama sekali, ia tetap tidak belajar
Bel sekolah berbunyi membuat Niko menghela nafasnya lega karna PRnya sudah selesai
Seperti dugaannya, guru bahasa Jerman yang bernama bu Linda itu memasuki kelas tepat setelah bel masuk berbunyi, memang guru ini sangat rajin.
🌷
Setelah pelajaran bahasa Jerman tadi, mereka langsung melaksanakan ulangan Matematika.
Usai ulangan, Niko, Sakti, dan Dafi duduk di meja kantin tempat biasa mereka nongkrong, didepan mereka hanya ada dua gelas es teh dan satu gelas es jeruk
"Gila! ulangan Matematika tadi nguras tenaga banget, pokoknya gue harus makan yang banyak" oceh pemuda bertubuh gempal bernama Dafi
"lo mah laper ya laper aja, pake alesan ulangan segala"
"kalo laper ya sonoh pesen makanan, gue titip kayak biasa"
"lo juga titip ngga Nik?"
"hmm" balas Niko cuek karna sibuk memandangi gadis yang baru saja memasuki kantin bersama temannya, sepertinya Lala sedang bingung mencari tempat duduk karna kantin sudah mulai penuh
Lala memutuskan memesan makanan terlebih dahulu kemudian baru dia akan mencari tempat duduk kembali
Dafi kembali ke tempat duduk membawa tiga mangkuk bakso dan satu mangkuk mi ayam, iya, satu mangkuk bakso dan mi ayam itu untuk Dafi seorang
Niko hanya menggelengkan kepalanya sejenak melihat porsi makan temannya itu, kemudia ia lanjut memandangi Lala yang sudah membawa makanannya
Tanpa di sadari, Sakti dari tadi memergoki Niko mendang ke arah Lala terus-menerus
"oy! La! duduklah sini" teriak Sakti kearah Lala
Niko terkejut, Sakti kenal Lala? darimana? kenapa Sakti harus memanggil Lala kesini, kan Niko gabisa terang-terangan merhatiin kalo gini
"lo kenal?" bisik Niko ke Sakti
"tetangga gue, kompleks sebelah"
jika rumah Lala tetanggaan dengan Sakti, berarti rumah Niko searah dengannya, itu membuat Niko tersenyum kecil
"anak jurnalis, emang lo gatau Nik" timpal Dafi yang diam-diam mendengar bisikan Niko
Niko mengerutkan alisnya merasa tidak adil, mengapa ia baru tau gadis itu sekarang? padahal mereka sudah kelas 11, bahkan sahabat-sahabat Niko saja mengenalnya, kemana saja ia selama ini?
Lala dan temannya yang bernama Diva mendaratkan bokongnya di bangku depan Niko dkk
"santai saje lah, kita teman" kata Sakti membuat Lala dan Diva yang awalnya kikuk jadi lebih santai
mereka memakan makanan masing-masing dengan khidmat, sampai Dafi menyeletuk "temen lo ini siapa La? ga dikenalin ke gue?"
"yeuw modus aja lo sapi"
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDENIA
Teen FictionNicholas Arsen Aryataka. Kapten futsal kebanggan SFS. Tampan, kocak, baik, dan idaman tentunya. Siapa sangka cowok yang memiliki citra tinggi di sekolah elit itu adalah seorang anak yang selalu berbaring di lengan Ibunya, memainkan jemari beliau dan...