Part 3

40 10 7
                                    

Aku berjalan menuju sebuah kursi malas di sudut kamarku.
Dan duduk menghadap halaman belakang rumahku.

Aku membuka jurnal tua berwarna berwarna zamrud t
Berhias setangkai bunga sakura yang tengah mengering pada sudut sampul Buku.

해를 품은 달
Bulan di bawah matahari
모두가 잠들 밤에 피는 꽃도 있어
Beberapa bunga mekar saat yang lain tengah tertidur.

Aku membaca tulisan tangan pada lembar pertama.
Sebuah sajak sederhana. Namun saat ku membacanya seperti mengucapkan sebuah mantra.

" Bunga, bulan, dan matahari? " kataku.
ini bukan sebuah jurnal. Tapi lebih tepatnya sekumpulan syair puisi yang menjadi sebuah cerita. Pikirku.

Aku melanjutkan membuka lembar kedua. Tertulis sebuah puisi


( Layang layang)

바람 부는 날
( Saat angin berhembus )
나는 너를 향해
( aku terbangkan layang layang cinta )
연을 띄운다
( untukmu..... )
내 연연한
( bayang-bayang itu )
마음을띄운다
( masih memenuhi hati ini )
티 없이 연연한 그리움이
( ketika tetesan kerinduan ini )
창을 두드리면 너는
( memenuhi jendela hatimu
kasihku.... )
문을 열고 나와
( bukalah pintu
keluarlah.... )
창공에 휘날리는 깃발을 보아라 (lihatlah tarian bendera di cakarawala itu )
오늘도 
( hari ini...  )
나는 연연한 사랑의 실타래를 풀어
( aku akan melepas benang cintaku lebih panjang)
절절한 사연을 하늘 높이 띄운다
( dan mengirim segenap kasihku
kelangit yang lebih tinggi lagi )

" Indah Namun sekaligus menyedihkan bukan?" Suara seorang pria tengah duduk di bangku sebuah taman.

" Puisi yang kamu bacakan tadi? " Jawab seorang wanita yang tengah duduk disamping pria itu.

" Ya... Kekuatan cintanya seolah - olah di ukur dengan benang layang - layang. Bukankah menyedihkan? Dia akan kehilangan cintanya saat angin bertiup kencang." Kata sang pria itu

" Jangan terlalu dipikirkan. Itu hanya sebuah perasaan yang di ungkapkan sang penulis. Setidaknya cintanya tetap berusaha terbang lebih tinggi walau angin datang menggoyahkannya. " Ucap sang wanita itu tersenyum.

" Bukankah ini terlihat bagus? " Kata sang wanita itu menunjukkan lukisannya pada sang pria.

Sebuah lukisan seorang pria yang tengah duduk dihadapannya.
Menggunakan setelan jas.
Wanita itu melukis pria di hadapanya.

" Bukankah kamu terlihat sangat tampan di lukisanku Kang Ha Neul ssi. " Ucap sang wanita pada pria di hadapannya.

" Ya kamu benar... ... "

Samar - samar aku mendengar pria itu menyebut namaku.

" A-reum a... A-reum a... "
" Oh... Appa... " aku terkejut melihat ayahku.
" Bagaimana bisa kamu tertidur seperti ini. "
" Ne?  Aku tertidur? " Tanyaku heran.

Aku bahkan hanya membaca 1 lembar puisi dan itu membuatku tertidur begitu nyenyak dan bermimpi.

Tunggu dulu. Apa tadi itu seperti mimpi? Rasanya yang kulihat tadi bukanlah mimpi. Tapi terasa sangat nyata bagiku.
" Ah... Mungkin Karena aku kelelahan. "  Ucapku dalam hati.

" Apa yang tengah kamu pikirkan? Segeralah mandi. Dan turunlah kebawa untuk makan malam. "
" Arraseoyo. Baiklah appa. "

Aku terduduk di atas kasurku. Memikirkan apa yang ku lihat didalam mimpiku.
" Siapa mereka? Aku bahkan tidak mengenalnya." Ucapku dalam hati.

Aku melihat jurnal yang ku baca tadi di lantai kamarku.
" Ah... Ini mungkin terjatuh saat aku tertidur tadi. " Pikirku.

Aku segera bangkit dan mengangkatnya dari lantai.
Sehelai kelopak bunga sakura terjatuh dari dalam buku.

" ini kenapa bisa disini. Kenapa bisa ada kelopak bunga sakura disini, bukannya sekarang adalah musim dingin. " pikirku heran melihatnya.

Aku meletakkan jurnal itu di meja belajarku dan segera turun ke bawah untuk makan malam.

Namun sesuatu aneh terjadi.
Kelopak bunga itu dengan sendirinya terbang masuk kedalam tasku.












The Missing StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang