Part 8

22 7 5
                                    


Dia Cinta pertama ku.

Kata kata itu teriang iang di telingaku.

" Cinta Pertamaku. " Aku mengulang kembali bait terakhir puisi sambil menatap sosok pria yang tengah berjalan ke arahku.

" annyeong " Sapanya tersenyum sambil membenarkan topi putih yang menutupi rambut hitamnya.

Aku tak langsung menjawabnya. Hanya memandangnya. Pria itu hanya dengan sebuah senyuman sederhananya mampu menggetarkan hatiku. Pria itu hanya dengan 1 kata sederhana mampu membuat lidahku kelu tak dapat menjawab sapaannya.

" Ne Annyeong Seonbae " Aku tersadarkan diri dari lamunanku.

" Mwo Hae? Sedang apa disini sendirian? " Tanyanya.

" eummm.. Tak ada. " Jawabku sambil menyembunyikan amplop merah muda di genggamanku ke dalam tasku.

" Ada yang ingin Seonbae bicarakan denganku? "

" Mmm.. ada yang ingin ku tanyakan. " Jawab Kang Ha-neul sambil mengambil posisi duduk di sampingmu.

" Mwonde? Apa itu? " aku sedikit menggeser posisi dudukku.
" Maukah kamu bergabung dengan club puisiku? " tanyanya padaku.
" Aku? Bukankah cukup sulit untuk bergabung dengan club puisi? Aku dengar dari 10 orang yang mendaftar hanya 3 orang yang lolos seleksi. " jawabku.

" memang benar yang kamu katakan. Tapi kamu berbeda. Kamu cukup paham sastra dan kamu cukup tahu beberapa penyair. "

" Aku? Bagaimana Seonbae bisa mengambil kesimpulan seperti itu? " tanyaku heran.

" itu terbukti dengan jurnal yang selalu kamu bawa itu. " Jawabnya sambil menunjukkan Jurnal yang ada di pangkuanku.

" Jika kamu tidak keberatan, club kami sedang mengadakan kegiatan bersama club lainnya di pasar malam. Jika kamu mau, kamu bisa bergabung. " ucap Kang Ha-neul padaku.

" Kamu akan datang kan? " Tanyanya lagi memastikanku.

" Kami akan kesana. " Sahut Soo Yeon sambil merangkul pundakku.

" Yak... Bagaimana bisa seenaknya kamu menyetujuinya. " bisikku padanya.

" Sudahlah. Jangan terlalu jual mahal. " Balas Sok Yeon.

" Benarkah? " Kang Ha-nuel terlihat gembira mendengar jawaban Soo Yeon.

" Akan ku pastikan dia akan datang. " Jawab Soo Yeon meyakinkannya.

" Okay. Kalo begitu sampai jumpa. " Ha-neul melambaikan tangan padaku dan SooYeon.

Aku hanya membalas lambaian tangannya dengan sebuah senyuman.

" Ya! Kim Soo Yeon. " Kataku kesal.

" Apalagi yang kamu pikirkan lampu hijau sudah di berikan. Kenapa kamu masih memikirkan aba2? " balas Soo Yeon padaku.

" Aku hanya ~ "

" Hanya belum yakin dengan perasaanmu kan? Sudahlah kamu tidak bisa lagi mengelak. Ini kali pertamanya aku melihatmu menatap seorang pria seperti tadi. "

" Seperti tadi? Maksudmu ? "

" Kwon A-Reum asi. Apakah kamu tau, pandangan matamu tidak lepas melihatnya pergi hingga bayangan tubuhnya menghilang dari hadapanmu. Apa kamu tidak menyadari itu? Bahkan setiap mahasiswa yang lewat tadi dan melihatnya langsung dapat menerka bahwa kamu menyukainya. Kamu menyukai ~ "

Dengan cepat aku membungkam mulut Soo Yeon dengan kedua tanganku.

" Ya! Kecilkan Suaramu. " ucapku dengan nada pelan.

Melihat reaksi Soo Yeon melepaskan tanganku dari mulutnya dan tertawa mengejekku.

" Lihat. Wajahmu memerah. Ya kwon A-Reum. Kamu benar benar dalam masalah besar. Kamu dan perasaanmu. "
*****

Ya. Aku pun mulai tak mengerti dengan apa yang ku rasakan. Aku rasa yang di katakan Kim Soo Yeon adalah bener. Aku rasa aku mulai menyukainya. Entah sejak kapan perasaan itu di mulai.

Aku rasa aku mulai tertarik dengannya sejak aku bermimpi tentang pria itu. Pria dengan nama yang sama dari dimensi yang berbeda.
*****

" Apa kamu sudah pulang? " sapa ayahku dari ruang kerjanya yang terbuka.

" iya. Baru saja. " Jawabku.

" Oh appa. Apa tadi saat ayah merapikan barang barangku yang terjatuh apa ayah tidak sengaja memasukkan amplop ini kedalaman tasku? " Aku menunjukkan amplop berwarna merah muda pada ayahku.

" Kamu bicara apa sih? bukannya itu milikmu? Barang2 itu tercecer dari dalam jurnal milikmu jadi ayah memasukkannya kembali kedalamnya. " Jawab ayahku.

" apa ayah yakin? " tanyaku tak percaya dengan apa yang di katakan ayahku padaku.
" Tentu saja ayah Yakin. Apa kamu meragukan perkataan ayahmu ini? " jawab ayahku.

" Aniya appa. Arraseo. Aku akan ke atas. "
****

Pikirankanku semakin hari semakin di buat bingung oleh Kisah jurnal yang ku temukan di kamarku. Mimpi mimpi aneh. Pertemuan yang terasa seperti deja vu. Dan kini sebuah amplop merah muda yang tak jelas darimana arah kedatangannya.

Dan Aku merasa sejak aku bermimpi tentang pria itu, aku mulai merasakan banyak hal aneh. Pertemuanku dengan Kang Ha-Neul pun terasa seperti mereka ulang kembali kisah lalu dalam dimensi berbeda.

The Missing StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang