Kang ha-neul. Pria ituadalah senior sekaligus ketua dari perkumpulan seni pada kampusku. Tak hanya wajahnya yang tampan, tapi juga ramah. Terlebih dia merupakan Ketua klub Seni terutama syair atau puisi. Membuat kesan pria yang romantis melekat pada dirinya.
Sejak kejadian itu membuat semua mata mahasiswa memandangku dan membicarakanku. Hanya karena seorang Kang Ha-neul menawarkan dirinya duduk bersamaku.
" Heol Daebak... Bolehkah aku duduk disini? Di sampingmu? " Ucap Soo Yeon sambil meniru kembali apa ya g terjadi kemarin.
" Wah... Tak kusangka auramu semenarik itu hingga sang idola kampus kita menawarkan dirinya untuk duduk di sampingmu. Wah... Kwon A-Reum neo... ( kamu) " Gida Soo Yeon sambil mencolek-colek pinggangku.
" Geumanhaera ( Hentikan ) pesona matamu. " Jawabku kesal.
" Tentu saja. Jika tidak, dari sekian banyak bangku kosong yang tersedia di kelas tadi, mengapa dia memilih duduku di sampingmu? " Balas Soo yeon.
" Itu karena... Karena... Karena... " Aku mencoba berpikir mencari alasan.
" Mwo... Mwo... " Kata Soo Yeon kembali menggodaku.
" ah... Molla. Pokoknya buka seperti yang dipikirkan oleh mu. " Jawabku.Jawabanku membuat Soo Yeon tertawa lebih menggodaku lagi. Terlebih lagi wajahku yang mulai memerah dan salah tingkah saat memikirkan alasan untuk menghentikannya menggodaku.
" Sudahalah... Aku tidak ingin berdebat denganmu. " Jawabku dengan nada sedikit kesal.
" Ya... Jangan ngambek begitu. Mianhae. Aku tadi hanya bercanda. " Ucapnya lalu mengejarku yang berjalan mendahuluinya.
" Mianhae A-Reum a... Eum!? " Ucapnya lagi sambil menggandeng lenganku..
Melihatnya seperti itu aku hanya menatapnya sambil tersenyum.
" Bagaimana kalau kita ke salon? Perawatan. Aku yang traktir. " Rayunya padaki.
" Ah kau ini benar - benar. " Kataku sambil berusaha melepaskan rangkulan tangannya. Tapi Soo Yeon lebih mengetatkan rangkulannya. Dan akhirnya akupun mengalah.Seperti itulah Soo Yeon. Dia selalu mengambil sikap seperri itu setiap ada pria yang datang mendekatiku. Soo Yeon selalu membawaku untuk melakukan perawatan dan itu tak pernah bisa ku tolak.
*****Aku menghempaskan tubuhku diatas ranjang. Menatap lurus ke langit - 7langit kamarku..
" Nuguga geu namja. Niga wae gunggeumhada? ( Siapakah pria itu? Mengapa aku begitu penasaran.) " ucapku dalam hati.Terbayang kembali wajah pria dalam mimpiku. Bersetelan jas rapih dengan jam bulat yang bergantung di saku jasnya. Pria yang bernama sama dengan pria yang ku lihat hari ini. Semakin ku ingat dan ku pikirkan, semakin tumbuh rasa penasaranku padanya.
" Ah... Mengapa aku begitu terobsesi hanya karena sebuah mimpi. " Keluhku.
Aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Menatap bulan yang bergantung bercahaya pada kanvas hitam di angkasa.
" Matahari sangat mencintai bulan. Karena itu dia rela mati (terbenam) setiap senja agar sang bulan dapat keluar bersinar dan bernafas. Karena beberapa bunga ( kisah ) akan mekar saat yang lain tengah tidu terlelap.
해를 품은 달 ( Bulan memeluk matahari) " KatakuAku terperanjat dari tidurku, terperangah tidak percaya menangkap arti maknya dari kalimat - kalimat yang tertulis pada halaman pertama jurnal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Missing Story
FantasyA-reum menemukan sebuah jurnal tua yang menarik perhatiannya untuk membaca cerita di balik jurnal tua itu.