1. Ikat Rambut

5.2K 270 39
                                    

Matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar cewek yang namanya Jaera itu. Kalian kenal pasti sama Jaera, iya itu dia anak yang dipungut di tong sampah depan. Guyon, Ra.

Jaera bangun karena denger suara abang nya gedor-gedor pintu dengan sangat amat tidak nyelo. Kayak orang yang mau buru-buru masuk ke toilet buat berak.

"Bang, berisik tau!!" Jaera bangkit dari kasur terus dia buka pintu sambil nguap.

"Dih, mandi sono bocah, abistu ke bawah sarapan. Tuh, amanat dari bunda tercinta." kata abangnya Jaera, bukannya minta maap yak.

"Ish, iya-iyaaa, udah sono hush!!" Jaera langsung mendorong abangnya itu terus menutup rapat-rapat pintu kamarnya.

Dia langsung mandi, usai mandi dia pake baju, terus dia pakek pelembab bibir sama bedak bayi. Setelah ritual paginya selesai, dia langsung ke lantai bawah.

"Pagii bundaaa," Jaera mencium pipi bunda sesampainya di ruang makan. "Ayah ke mana bang?"

"Dia ke kantor lebih pagi, gatau juga kenapa," jawab Jeffri , abangnya Jaera.

"Oalah,"

Jaera duduk di samping Jeffri sambil makan roti yang di dalamnya ada keju parut sama susu kental manis , lalu dia langsung berangkat ke sekolah bareng sahabat cowoknya , Jeno .

"Selamem gue mimpi kita telat bareng masa Jen," Jaera berkata sambil naik ke atas motor ninja milik Jeno yang dinamai oleh sang empu , Anjayani .

"Ada-ada aja mimpi lu. Kalo telat paling lu doang yang telat , kalo gue mah kaga bakal pernah telat," Jeno mulai nancep gas, "Anjayani siap meluncur,"

"Iya deh yang murid teladan."

Suasana jalanan kayak biasa gitu , ramai. Anak-anak sekolah banyak yang berangkat jalan kaki kalau engga naik sepeda. Bapak-bapak berseragam hijau memenuhi jalan. Om sama tante pun memenuhi halte.

Jaera suka banget sama udara pagi hari. Walau dia tinggal di kota , tapi kalo pagi-pagi gini berasa di desa gitu. Sejuk hawanya.

"Anjayani udah dimandiin Jen?" Jaera bertanya asal.

"Udah dong, Anjayani mah ga pernah absen buat mandi. Sehari mandi 2 kali dia , emang kea elo," Jeno menjawab.

Btw , ini lagi lampu merah jadi mereka masih bisa ngobrol-ngobrol.

"Dih kerajinan itu mah,"

"Abisnya gue gabut, Ra. Gada kerjaan di rumah , paling cuma di suruh mama belanja ini itu dan berakhir nolep kalo gaada basket,"

"Emangnya lu ga main sama genk lo itu?"

Lampu merah pun berganti menjadi warna hijau .

"Tar gue jawabnya Ra," "Anjayani meluncur,"












Mereka udah sampai di sekolah , udah lumayan ramai . Jaera sama Jeno jalan barengan , mereka satu kelas soalnya .

Fyi , Jeno ini terkenal banget sama seisi sekolah . Banyak yang suka sama dia , mulai dari adek kelas , kakel , guru sampe Mba Iyem tukang seblak pun suka sama dia .

Just Friend | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang