4. Es Krim

1.4K 147 7
                                    

Memasukkan ke dua tangannya ke dalam saku hoodie, ia menghela nafas perlahan, sambil berjalan gontai dengan pandangan yang sendu . Mengapa dia baru menyadari tentang kabar menyakitkan tersebut ?

Menggeleng kan kepala, memutuskan untuk tidak bertanya-tanya hal yang sedari tadi menghantui pikirannya . Dia kecewa, sangat kecewa . Ayahnya yang dia amat sayangi itu , kini menghancurkan hatinya .

Jaera mengulum bibir , berusaha untuk tidak menangis . Dia tidak mau menangisi laki-laki yang membuat dirinya sendiri hancur . Tapi apa boleh buat , sejak keluar dari rumah , air matanya turun begitu saja tanpa diperintah .

Cewek dengan rambut hitam panjangnya itu kini sedang menaiki ayunan di taman perumahan sambil menunduk , sekaligus melamun . Membuatnya tak sadar dengan kehadiran pria yang sedari tadi memperhatikan nya.

"Ra?" panggilan dari seseorang itu membuat Jaera tersentak sejenak , buru-buru merubah air mukanya .

"Eh, ndra bikin kaget aja" kata Jaera sambil tersenyum sekilas .

"Lagi sedih ya," Jendra menduduki ayunan di sebelah Jaera . "Abis diputusin pacar mbaknya?"

Jaera melongos, "engga kok, gue fine aja. Boro-boro diputusin, punya pacar aja engga,"

Jendra tertawa kecil , kemudian berkata "gue tau Ra, lo lagi sedih. Dari tadi gue merhatiin lu, untungnya lu engga nyadar"

Jaera memandang cowok dengan senyum manis itu , lalu kembali menunduk . "Sotoy banget anaknya pak Anto. Lagian biar apa lu merhatiin gue,"

"Biar gue puas merhatiin wajah cantik lo, Ra." Jawab Jendra lempeng

"Hah?" Jaera menatap lawan bicara nya itu dengan pandangan bingung .

"Cantik sih iya, lemot juga iya"

Jaera yang mendengar jawaban dari cowok dengan kaus hitam polosnya itu hanya memutar bola matanya malas .

"Ra lo tau ga?"

"Hm"

"Jawab yang bener atuh neng geulis"

"Tau paan?"

"Jeno tadi jalan Anna,"

Pernyataan dari Jendra membuat Jaera sedikit-- cemburu (?) hei ! untuk apa dia cemburu dengan orang yang bukan siapa-siapa nya . lagi pula Jeno kan hanya sahabat nya, tidak lebih dari itu.

"Oh"

"Kok 'oh' doang?"

"Ya terus harus apa akang kasep?

"Lu ga cemburu gitu?"

"Buat apa coba gue cemburu"

Jendra memandang Jaera dengan tatapan tak percaya , beberapa detik kemudian fia tertawa kecil . "kalo cemburu mah bilang aja, dasar cwk"

"Udah ah, lo mah bikin mood gue makin turun tau ga sih" Jaera memanyunkan bibirnya sambil mengayunkan pelan ayunannya .

"Oh iya, maaf"

Jaera hanya mengangguk sekilas . Suasana menjadi hening , entah kenapa Jaera sudah tak memikirkan perkara Ayahnya itu. Dia sekarang memikirkan tentang apa yang tadi diberi tau oleh Jendra.

"Ra, beli es krim kuy" ajak Jendra dengan semangat 45 .

Jaera yang mendengar itu, seketika melebarkan senyum . "AYO!" baru beberapa detik , dia kembali lesu .

"Loh, ngapa manyun tu bibir?" tanya Jendra saat melihat perubahan dari cewek yang memiliki tinggi sedadanya .

"Gue kan ga bawa duit..." Jaera menunduk , seperti anak kecil yang sedih saat permennya jatuh .

"Elah sans aja sist, gue yang traktir kok"

"Beneran om?"

"Om-om pala mu, iyaa beneran"

"YEYY ASIKK"

Jaera loncat-loncat kegirangan membuat Jendra diam-diam tersenyum . "Yuk" mereka berdua pun berjalan beriringan dengan Jendra yang merangkul bahu si cewek.

Sesampainya di mini market , Jaera langsung buru-buru ke tempat eskrim , mengambil eskrim dengan rasa coklat - vanilla itu, sambil tersenyum lebar.

Sejak kemarin dia ingin sekali es krim itu, tapi tak kesampaian karena dia lupa untuk membelinya .

"Jadi berapa mbak?" tanya Jendra sambil mengeluarkan dompet .

"Tebel amat tu dompet" celetuk Jaera .

"Yoi dong"

"46 ribu kak," jawab mbak dengan pakaian seragam warna merah itu .

Jendra mengeluarkan satu lembar duit yang berwarna biru ,



















"Makasii ya Ndra buat teraktirannya , sering-sering dong ginii," kata Jaera sambil melahap es krim kesukaannya itu .

"Keenakan lo nya," cibir Jendra .

"Hehehhe"

Hening , hanya terdengar suara ayunan yang dimainkan oleh Jaera. Mereka berdua memiliki kesibukan masing-masing , yang cewek lagi makan es krim yang cowok lagi liatin si cewek diam-diam sambil makan eskrim juga.

"Ra,"

"Hm?" Jaera menoleh ke arah orang yang memanggil nya.

"Astaga," Jendra buru-buru bangkit dengan tangan yang mengeluarkan tisu yang tadi ia beli, lalu mengelap sisa es krim di sekitar mulut Jaera.

Jaera tersentak , kala itu posisi wajah mereka dekat sekali. Diliat-liat , Jendra ganteng juga ya. Cewek itu cuma kedip kedip , ga nyangka ama kelakuan Jendra.

Kayak di wattpad aja jir, - Jaera.

Setelah usai dari kegiatan nya itu, Jendra menjauhkan wajahnya lalu tersenyum manis ke arah cewek yang akhir-akhir ini selalu menghantui pikiran nya.

"Ih paan si lo liatin gue gitu amat," Jaera menutup wajahnya.

"Salting kan lo? Jujur aja sih" Jendra tertawa renyah lalu kembali duduk di ayunan samping Jaera.

"Dih kaga si,"

"Lo imut banget si Ra, tadi pas gua rapihin mulut lo itu, ekspresi muka lo kayak pengen gue cubit"

"Gue kan emang imut,"

"Iyain dah, tapi emang iya sih"

Jaera hanya tersenyum, dia merasa dirinya betul-betul imut , karna yang bilang dia imut aja cogan euy.

"Lo kalo ada apa-apa , kabarin gua aja Ra. Gua bakal 24/7 buat lo."

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut cowok di sampingnya membuat Jaera berhenti tersenyum lalu menatap lamat ke arah Jendra.













°°°









haii , semangat yang lagi daring .
jangan lupa vote + komen nyaa







Just Friend | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang