3. Kecewa

1.6K 143 4
                                    

Ga kerasa aja gitu, udah hari Sabtu. Hari ini Jaera sama bunda dan ayahnya lagi anterin Jeffri ke bandara. Dia bakal kuliah di luar Indonesia, tepatnya di Australia. Jaera yang sering berantem sama abangnya itu langsung sedih banget, kayak baru kemarin dia sama abangnya berantem perihal hal-hal kecil.

Jaera ngeliatin Jeffri yang lagi pakai kaos kaki, dia masuk ke dalam kamar dengan cat berwarna polos itu, "abang,"

Jeffri yang merasa dipanggil itu menoleh, lantas tersenyum saat melihat siapa yang memanggil barusan, dia menghentikan pekerjaannya, "sini," katanya sambil menepuk pinggir kasur.

"Abang hati-hati di sana ya, jangan telat makan, bangun tidur. Semoga bunda dapet mantu orang sana, hahahha." Jaera berusaha menghibur diri.

Jeffri ikut tertawa pelan, dia mengelus pelan rambut adiknya. "Kamu juga sama, besok udah gaada abang lagi yang biasa bangunin kamu, jangan kebo lagi ya,"

Jaera memanyunkan bibirnya, itu memang salah satu kekurangannya. Yaitu, susah untuk bangun tidur, entah kenapa, rasanya matanya tidak mau dibuka.

Kedua kakak-beradik itu mengobrol ria, mencoba untuk tidak terlalu sedih. Beberapa menit kemudian , mereka semua telah berada di dalam mobil yang siap berangkat menuju bandara.

Selama diperjalanan hanya ada suara Jeffri dan ayahnya yang mengobrol, Jaera dan bundanya hanya diam saja. Jaera pikir bundanya sangat sedih untuk melepas anak sulungnya itu. Begitupun Jaera.

Perjalanan dari rumah menuju bandara lumayan jauh, mereka pun sampai. Jaera, Jeffri dan bunda turun. Sedangkan ayahnya memarkir mobil terlebih dahulu.





























Sekarang Jaera sama ke dua orang tuanya otw pulang ke rumah. Pesawat yang Jeffri tumpangi sudah lepas landas, meninggalkan tanah kelahiran cowok berparas tampan itu. ( kok baku banget iya :" , oke lanjut ) .

Suasana di dalam mobil hening , entah kenapa ayah dan bundanya hanya saling bungkam , seperti tak ada minat hanya untuk sekedar menyapa . Jaera yang menyadari itu menghembuskan nafas pelan, "ayah,"

Sang ayah yang kala itu sedang menyetir menengok sekilas, "kenapa dek?"

"Ayah nanti bakal lama kan di rumah?"

Ayahnya terdiam sejenak, "ayah ga janji bakal netap di rumah lama dek, kerjaan ayah belum sepenuhnya kelar."

Jaera merasa sedikit aneh , "kok lama banget si yah? Nanti di rumah sepi cuma ada aku sama bunda,"

Ayahnya berdehem, lagi-lagi terlihat seperti mencari-cari jawaban, "kan ada mba Ratih , dek"

Jaera yang tau, pada akhirnya dia juga ga bakal bisa bujuk ayahnya itu memutuskan untuk mengiyakan , lalu menikmati jalan tol yang sepi kala itu.



























"Akhirnyaaa"

Jaera merebahkan diri di atas tempat ternyaman nya -- kasur -- selama di mobil tadi , bokongnya terasa sakit efek terlalu lama duduk .

Just Friend | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang