5. PR

1.3K 120 9
                                    

Krek

Suara pintu yang beradu dengan lantai itu terdengar, seseorang baru saja membukanya dengan perlahan - seperti maling yang hendak mencuri - masuk ke dalam rumah dengan langkah hati-hati lalu menutup pintu utama itu seperti semula.

Jaera menghembuskan nafas sejenak, lantas netranya bergerak, menatap sekeliling rumahnya yang terlihat sepi nan hampa itu.

Entah di mana keberadaan pasutri yang tadi siang bertengkar itu, Jaera memutuskan untuk tidak peduli. Dia masih kesal, tentu. Ah tidak, lebih tepatnya dia kecewa.

Terlebih lagi kepada ayahnya.

"Ra,"

Saat ingin menginjak anak tangga pertama, ada sebias suara yang sangat dia kenal memanggil namanya. Seseorang yang baru saja terlintas dipikiran nya.

Jaera membalikkan tubuhnya lantas bertanya, "ada apa?"

Pria dengan baju marunnya itu terdiam sejenak, tampak sedang menyusun kata-kata untuk dia lontarkan kepada putri bungsunya itu.

"Kenapa ayah malah diam? Apakah penting? Aku masih memiliki tugas," dusta Jaera memecah keheningan.

"Ayah.. mau minta maaf sama kamu, semua ini ga seperti apa yang kamu pikirin. Ayah tau, ayah salah. Ayah minta maaf udah buat kamu kecewa. Di sini bukan hanya ayah yang salah, ayah melakukan semua ini karena tidak sanggup dengan tingkah laku bunda mu itu. Bunda mu itu—"

"Cukup. Aku ga suka ayah jelekin bunda di depan mata ku sendiri. Itu sama saja.. ayah menjelekkan Ra," Jaera mengulum bibir. "Rasa kecewa Ra ke ayah gabisa dihilangkan dengan kata maaf. Ra mohon, jangan pernah menjatuhkan nama bunda lagi, walau Ra blum tau kesalahan apa yang bunda perbuat. Tapi Ra mohon, jangan jahat sama bunda, ayah."

Setelah mengatakan semua itu, Jaera segera menaiki satu persatu anak tangga dengan tergesa. Air matanya jatuh tanpa diperintah. Sedangkan Sang Ayah masih terdiam di tempatnya.









***













"Eh Ra, kemarin ada PR ga sih?"

Mendengar pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya itu, ia menoleh lantas terdiam - mengingat apakah ada PR yang dikasih kemarin .

Melihat Jaera yang tak kunjung menjawab pertanyaan dari nya itu membuat Naya menghembuskan nafas malas, "tinggal jawab ada atau kaga lama amat lo,"

"Bentar jir inget-inget dulu," ucap teman sebangkunya itu, "ada PR gak sih?"

Yang ditanyai, mendengus kesal. "ASKHSHDWIQKAKAKA,"

"Lu ngomong apa si soak ?!" - Jaera

"Percuma banget Ra gue tanya sama lo, nungguin lo jawab, tau-tau nya lo juga gatau. Capek ah, bye." kata Naya berjalan keluar dari kelas, seperti dia memang kesal dengan Jaera.

"Eh tapi sebenarnya ada PR ga sih?" Cewek yang ditinggal temannya itu bertanya pada tembok kelas yang berwarna hijau.

Tak kunjung mendapat jawaban dari si tembok, Jaera mengulum bibir lalu berjalan menuju meja cowok yang lagi ngobrol sama temen-temennya.

Just Friend | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang