"Lagian lu kenapa sih kabur-kaburan?" tanya Zea sambil menghadap ke arah temannya-Bee.
Bee Madelif Varvara yang kini duduk berhadapan di atas kasur bersama Zea Aprielle. Satu box tisu telah menjadi sasaran empuknya untuk mengelap air mata serta ingus yang terus-terusan berlomba untuk keluar.
"Yaa kan lo tahu sendiri, Ze, hiks ... nyokap gue gimana ke Deven hiks ...." Ucapan Bee tampak tersenggal-senggal mengingat tiga puluh menit terakhir ia menangis tanpa henti.
Zea hanya bisa menatap sahabatnya ini dengan prihatin. Hubungan asmara anak SMA memang terkadang memiliki banyak drama, salah satu contohnya adalah Bee ini. Mungkin jika orang tua lain akan memberikan izin pacaran dengan tetap adanya pengawasan, lain halnya dengan orang tua Bee yang dengan tegas melarang Bee untuk berpacaran.
"Gue tahu kok kalau orang tua gue nggak suka ama Deven hiks ... tapi nggak gini juga hiks ... caranya. Lo kan juga tahu, Ze, hiks ... kalau orang tua gue kadang keterlaluan." Bee mengencangkan suara tangisnya. Rasanya sangat marah sekali jika ada orang yang berani menghina pasangannya.
"Tante Zilla pasti punya maksud lain, Bee. Nggak mungkin ah orang tua mempermalukan anaknya, pasti Tante Zilla mau yang terbaik intinya." Zea berusaha menenangkan teman yang selama dua tahun ini menjadi karibnya.
"Gue nggak tega kalau Deven dihina ama orang tua gue sendiri huuaaaaaa ...." Bee makin mengencangkan teriakannya, bentuk ekpresi dari rasa sesak yang selama ini ia tahan.
Zea menutup matanya sebentar, mengalihkan rasa lelahnya. Ia sendiri sebenarnya sudah lelah dengan tugas sekolah, ditambah temannya yang satu ini selalu memiliki drama antara orang tuanya dan kekasihnya-Deven.
"Udah dong jangan nangis." Zea menepuk-nepuk bahu Bee bermaksud untuk menenangkannya tetapi justru membuat Bee semakin menangis kencang.
"Gue harus gimana hhuaaaaaa ...."
"Udah lo nginep sini aja," kata Zea sambil menyerahkan selembar tisu lagi. Sepertinya hari ini ia harus rela satu box tisunya berserakan.
"Gue emang niat mau nginep sini, Ze." Tangisan Bee mulai reda, diganti dengan hidungnya yang masih belum mau berhenti untuk mengeluarkan ingus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tanpa Sudut •|REVISI|•
Teen FictionBab 18-23 belum direvisi, baca 1-17 dulu ya, haha. "Kau dekat, namun tak bisa kusentuh." "Jangan menangis, aku tak seleluasa itu untuk memelukmu." ✍ 2 Feb 2020 -