Suara yang amat tak pantas untuk didengar itu akhirnya tanpa sengaja memasuki indra pendengar milik Deven, dan nama Bee juga terselip di dalamnya.Darah Deven mendidih, ia tidak cukup bodoh untuk mengenali situasi, ia adalah laki-laki dan orang yang berada di dalam bilik toilet itu juga laki-laki. Deven tentu tahu apa yang sedang laki-laki di dalam sana perbuat.
Mata Deven menyala marah dan tanpa aba-aba mendobrak pintu bilik kamar mandi. Orang yang berada di dalamnya tersentak sambil menjatuhkan ponsel yang ia pegang. Posisi yang menjijikan dengan setengah bugil membuat Deven sangat muak dan ingin langsung menghajarnya habis-habisan.
Mata Deven melihat ke arah ponsel yang orang itu jatuhkan, benar dugaannya, ada foto Bee di sana. Deven menggeram marah, kesabarannya sudah habis.
Laki-laki itu atau Jovanka Immanuel segera memakai celananya saat Deven masih mengalihkan pandangannya ke ponsel yang terjatuh. Ia buru-buru berdiri untuk segera menerobos keluar. Deven tidak diam saja, sebelum Jovan keluar, Deven meraih kerahnya. Menatapnya penuh ancaman.
"Apa tadi yang lo desahin? Bee?" tanya Deven dingin. Raut wajahnya tenang, tetapi justru itu membuat aura kemarahannya terasa.
Jovan berusaha menyentak tangan Deven meski sia-sia. "Kenapa emang? Semua orang juga tahu kalau dia lumayan bu-"
Bugh!
Tidak sabar, Deven melayangkan satu pukulan tepat di rahang Jovan. Jovan mendesis. Warna biru keunguan membekas di lehernya.
"Ngomong sekali lagi," ujar Deven masih dengan tenang.
"Lepasin gue brengsek!" Jovan memberontak. Ia balas memukul Deven tetapi tidak sampai membuat Deven terhuyung.
Deven merasakan ada darah yang mengalir di sudut bibirnya. Ia menggeram dengan mata yang semakin dipenuhi oleh kabut emosi. "Bajingan!" geramnya marah. Tanpa ampun, Deven langsung memukuli Jovan sambil menyeretnya keluar.
Entah sebuah keberuntungan atau bukan, yang jelas koridor masih terlihat sangat sepi. Bel istirahat akan dibunyikan beberapa saat lagi. Deven tidak peduli dengan Jovan yang terus terseret. Ia akan memukul atau menendangnya jika Jovan berusaha untuk memberontak. Deven sendiri juga tidak peduli jika saja ada guru yang lewat lalu melihat mereka. Sekarang ini yang ada di dalam pikirannya adalah ia harus menuntaskan rasa marahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tanpa Sudut •|REVISI|•
Fiksi RemajaBab 18-23 belum direvisi, baca 1-17 dulu ya, haha. "Kau dekat, namun tak bisa kusentuh." "Jangan menangis, aku tak seleluasa itu untuk memelukmu." ✍ 2 Feb 2020 -