Zea berlari ke teras begitu mendengar suara gaduh, sementara Arvind mengekor di belakang.
"Akhhh ... Ma, jangan bikin malu." Bee berusaha meredam suaranya agar tidak berteriak.
Sementara itu Zilla terus menarik tubuh Bee agar turun dari motor. Deven yang telah menurunkan standar motornya pun ikut turun lalu menarik tubuh Bee agar jauh dari rengkuhan mamanya.
"Lepasin tangan anak saya! Nggak usah ikut campur!" Zilla menarik paksa tangan Deven agar terlepas dari badan anaknya, meskipun dengan mencakarnya.
Deven pun akhirnya melepaskan dengan tidak rela, karena semakin menahan tubuh Bee membuat perempuan paruh baya itu juga semakin menarik Bee seenaknya. Bahkan ia mengabaikan rasa sakit anaknya. Setelah berhasil mendapatkan anaknya, Zilla mendorong Bee ke belakang. Bee hampir terhuyung.
"Jauhi anak saya!" Zilla berujar sambil mendorong kuat bahu Deven.
"Salah saya apa, Tante?" Suara Deven bergetar.
"Kamu nggak ngaca? Bocah brandal kayak kamu nggak cocok sama anak saya! Sadar diri kamu!" Zilla menatap Deven remeh.
Deven mengernyit, memangnya apa yang telah ia lakukan? Deven bahkan tidak ikut masuk ke dalam geng-geng ternama di SMA.
Bee yang sejak tadi sudah menangis hanya bisa menuangkan kesedihannya di bahu sang ayah. Dalam diri Tana, ia merasa ada sesuatu yang salah di sini. Memang ia juga tidak menyukai pacar Bee, tapi dikatakan dengan alasan bocah brandal, Tana rasa itu terlalu berlebihan. Untuk sekarang mungkin ia akan membiarkan apa yang dilakukan istrinya. Selama ini ia hanya menurut tentang apa yang istrinya mau, seperti menjauhkan Bee dari Deven karena laki-laki itu tidak baik menurut Zilla.
"Jangan coba-coba mendekati anak saya lagi!" ujar Zilla sebelum akhirnya menarik tangan Bee.
Perempuan itu hanya bisa pasrah mendapat perlakuan kasar dari mamanya. Deven ingin sekali menarik kembali Bee-nya.
"Deven!" Suara Nala lebih dulu mengintrupsinya agar berdiam di tempat.
Deven menghela napas lalu menoleh. "Iya, Tante?" tanyanya dengan senyum paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tanpa Sudut •|REVISI|•
Fiksi RemajaBab 18-23 belum direvisi, baca 1-17 dulu ya, haha. "Kau dekat, namun tak bisa kusentuh." "Jangan menangis, aku tak seleluasa itu untuk memelukmu." ✍ 2 Feb 2020 -