Bee Madelif Varvara
Gue baru aja selesai siap-siap terus jalan ke ruang makan, Rose baru aja selesai masak. Nggak tahu dia masak apaan, ya semoga aja aman di perut gue.
"Ini apa anjir?" kata gue sambil ngambil masakan Rose pake sendok terus nyodorin ke arah dia yang masih sibuk ama kompor.
Rose noleh sekilas. "Udah makan aja, gue nggak kasih racun tikus kok soalnya abis. Paling cuma baygon doang biar gurih."
Gue bergidik. "Gila lu!"
Rose ketawa. "Udah makan aja, gue nggak tahu itu apaan, gue asal masukin aja. Tapi enak kok, cobain deh."
Dengan ragu-ragu gue mulai cobain masakannya, buat pertama kalinya gue ngerengek dalam hati supaya berubah jadi kucing yang punya sembilan nyawa, seenggaknya kalau nyawa gue ilang, gue masih punya delapan lagi.
"Uhuk! Wah lu beneran mau ngeracunin gue ya?" kata gue. Masakannya pedes parah bikin gue kesedak. Gue juga nggak tahu ini masakan apa, semua sayur kayaknya ada disini deh.
Rose ketawa. "Udah makan aja, lu nggak usah banyak bacot gue mau mandi." Rose kabur.
Badan gue lemes ngeliatin masakan Rose, emang bener gue harus kerja paruh waktu biar nggak mati keracunan gara-gara masakan dia. HP gue bunyi, Deven.
"Dev?" sapa gue.
"Eh diangkat?"
"Lah? Mau Bee biarin?"
"Em enggak sih, tadi cuma iseng aja udah bangun atau belum, ternyata udah."
"Iya nih, lagi makan."
"Sama dong."
"Dev kan emang suka nyama-nyamain."
"Iyalah, buktinya waktu Bee suka ama Dev, Dev juga nyama-nyamain buat suka juga ama Bee."
"Dih pede."
"Sebenarnya Dev nelpon mau ngajak Bee keluar, tiba-tiba pengen ke pantai."
Gue diem bentar, mikir. Biasanya kalau Deven ngajak kemana-mana gue ikut-ikut aja, tapi hari ini gue ada janji kan ama Rose buat ke club bicarain soal kerja paruh waktu gue.
"Bee? Mikirin apa? Kok diem?"
Gue gelagapan terus geleng-geleng meskipun gue tahu Deven nggak bakal liat gelengan gue.
"Em ... Bee ada janji ama Rose, gimana dong?" Gue gigit bibir bawah bersiap dengerin jawabannya, takut kalau dia kecewa atau semacamnya.
"Ooh gitu? Yaudah hati-hati. Kalau ada apa-apa kabarin Dev."
Tapi seperti dugaan gue, Dev nggak pernah marah di depan gue. Nggak tahu di dalam hatinya.
"Dev nggak papa?" tanya gue ragu-ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Tanpa Sudut •|REVISI|•
Novela JuvenilBab 18-23 belum direvisi, baca 1-17 dulu ya, haha. "Kau dekat, namun tak bisa kusentuh." "Jangan menangis, aku tak seleluasa itu untuk memelukmu." ✍ 2 Feb 2020 -