Hai! Terima kasih telah membaca Mine. Silahkan tinggalkan komen dan vote-nya untuk chapter ini ya.... Have fun!
***
Arya berusaha keluar dari sebuah rumah besar yang terletak jauh di tengah-tengah hutan Skotlandia. Sesekali dia melihat ke belakang—mengawasi siluet orang-orang yang semakin dekat menangkap dirinya. Tangannya menggenggam erat seorang gadis kecil berambut brunette. Mereka berlari tertatih-tatih. Sebisa mungkin mereka tidak terjatuh.
"Bertahanlah, Kylie!" serunya pada si gadis kecil, Kylie. Wajah Kylie yang pucat pun memerah. Jantungnya berdetak tak karuan—takut jika orang-orang itu menangkap dirinya dan Arya.
Bagaimana jika mereka tidak berhasil keluar dari rumah itu?
Bukankah Arya telah berjanji akan mengeluarkannya?
Bukankah Arya telah berjanji teman-temannya akan datang membantu diri mereka?
Kylie mengangguk paham. Sedikit lagi—ya, sedikit lagi mereka akan mencapai pintu utama rumah tersebut. Sedikit lagi mereka akan menghirup udara bebas. Sedikit lagi orang-orang itu akan menghilang dari kehidupan mereka.
"Kejar mereka! Jangan sampai lolos!" Suara seorang pria menggelegar dan membuat Arya berjengit hampir saja terjatuh. Cepat-cepat dia bangkit dan menarik Kylie.
"Arya!" pekik Kylie ketakutan.
Namun, Arya tersenyum, seolah-olah semua tidak ada yang terjadi. "Aku tidak apa-apa. Ayo!"
Mereka akhirnya berhasil mencapai pintu utama dan keluar dari rumah tersebut.
Namun, tentu saja hal itu mengecewakan Kylie. Tidak ada siapa pun yang menunggu mereka di luar. Apakah Arya berbohong padanya?
Tidak. Mungkin.
Suara headset nirkabel yang diletakkan telinga kanan Arya berdesis. Cepat-cepat Arya memperbaiki letak headset nirkabel itu hingga dia berhasil mendengar jelas suara seseorang.
"Arya! Apa kau mendengarku?Aku kehilangan dirimu!"
Lagi-lagi, hampir saja Arya berjengit mendengar jeritan khawatir yang mungkin saja bisa memekakkan telinga kanannya. "Maafkan aku, Ray," desah Arya. "Aku berhasil menyelamatkan Kylie. Kami juga berhasil keluar dari rumah sialan itu."
Ray—sahabat Arya—yang takkan pernah meninggalkannya juga mengawasinya sejak dia tiba di Edinburgh dan berkompromi dengan polisi setempat untuk menempatkannya dalam kasus ini—seseorang atau sekelompok orang yang telah menculik seorang anak bangsawan Inggris. Tentu saja, Arya tidak ingin menyiakan-nyiakan kasus ini untuk berita besarnya—lagi dan lagi. Dia bersikeras pergi semata-mata ikut membantu menemukan anak bangsawan itu dan mengaku tahu cara menemukannya.
Arya menghela napas berat ketika melihat halaman rumah itu kosong. Ray berbohong padanya. Begitu pula dengan James—kata Ray, James berjanji akan datang tepat waktu untuk menyelamatkannya. Tetapi, sepertinya itu hanya sebuah perkataan belaka. Diam-diam, dia mengumpat-umpat James dan Ray.
Namun, beberapa saat kemudian, Arya mendengar langkah-langkah berat berasal dari dalam rumah. "Oh, tidak." Dia melihat mobil-mobil yang terparkir, kemudian menarik tangan Kylie. Dia menuju salah satu mobil tersebut dan beruntung pintunya tidak terkunci. Dia memiliki ide yang paling buruk, namun tidak salah untuk dicoba.
"Cepat masuk!" titah Arya pada Kylie. Kylie pun bergegas masuk. Dia melihat Arya mengitari mobil dan duduk di kursi pengemudi.
Suara headset Arya berdesis lagi. "Arya. Aku berhasil menemukan posisimu. Aku dan Chloe sedang berada di helikopter. Berlarilah ke tempat aman dan kami akan menjemputmu..."
Dooorrr!!!
Suara tembakan menggelegar di luar mobil. Kylie sontak menjerit ketakutan. Bekas-bekas peluru menyerbu mobil yang mereka naiki. Untungnya, mobil itu anti peluru.
"Sialan!" umpat Arya. Kylie tak henti-hentinya menjerit. Lalu, Arya mencari-cari kunci mobil. Untungnya, dia menemukan kunci mobil di antara pedal-pedal gas dan kopling.
Bodoh sekali mereka meninggalkan kunci mobil tanpa membawanya!
"Arya, kau tidak apa-apa?"
"Astaga!" Arya menjerit. Ketakutan sudah menjalar di tubuhnya. Namun, bukan Arya namanya jika dia pintar menyembunyikan hal-hal yang dirasakannya saat ini. Dia berusaha tenang agar Kylie tidak ketakutan. "Mereka menembaki kami! Kami berada dalam sebuah mobil berwarna hitam. Kau tahu, aku tidak tahu cara mengendarai mobil!"
Inilah ide buruknya. Dia tidak bisa mengendarai mobil—lebih tepatnya, dia masih takut untuk mengendarai mobil. Bahkan, dia terlihat bingung saat hendak menyalakan mobil.
"Arya! Keluar dan berlarilah!"
"Dasar! Mereka sedang menembaki kami, Ray!"
Pria-pria itu mulai berlarian ke arah mobil yang sedang dinaikinya. Akhirnya, mereka mencapai pintu-pintu mobil. Mereka berusaha menembaki pintu mobil dengan senjata-senjata mereka agar mobil itu terbuka. Juga, mereka berusaha memecahkan kaca-kacanya. Namun, tidak bisa. Kaca mobil itu terlalu tebal.
Tanpa berpikir panjang, Arya memutar kunci mobil dan menancapkan gas mobil tanpa memasukkan kopling. Mereka berhasil kabur dari sekelompok pria yang menembaki mereka. Bagaimanapun caranya, dia harus membawa diri mereka keluar dari tempat sialan itu. Hanya saja, mereka bisa sedikit bernapas lega.
"Kejar dia! Jangan biarkan mereka lolos!" Seorang pria terlihat seperti pemimpin mereka pun mengistruksikan kepada mereka untuk mengejar Arya dan Kylie. Dengan cepat, mereka memasuki mobil-mobil yang terpakir dan melesat pergi.
"Awas!" Kylie memekik saat Arya hampir saja menabrak batang pohon yang besar di hadapannya. Napas Arya terengah-engah. Sesekali, dia melihat ke belakang melalui kaca spion mobil. Mobil yang dia kendarai seketika mengeluarkan bunyi aneh. Kepulan asap putih pun mulai dari bemper mobil. Namun, Arya terlihat tidak peduli. Dia tetap melaju dengan mobil itu dan benaknya berputar-putar mencari cara agar segera bebas dari kejaran-kejaran kelompok gila itu.
Tak lama kemudian, sekelompok pria itu berhasil menyusul Arya. Arya kembali menancapkan gasnya. Mobil kemudian melaju diiringi suara mesin yang semakin memekakkan telinga.
"Arya! Aku menemukanmu!"
Arya menghela napasnya dalam-dalam. "Sialan! Apakah suara mobil selalu memekakkan telinga?" gerutunya.
Tembakan-tembakan menghujani mobil mereka. Arya hampir saja kehilangan kendali saat mendengar suara tembakan-tembakan tersebut. Dia melirik Kylie yang meringkuk ketakutan dan menutup kedua telinganya dengan tangan mungilnya.
"Arya, aku melihat sebuah danau dan tak jauh darimu. Terjunkan mobil itu di sana dan berenang ke seberangnya."
"Apa kau gila! Aku bahkan tak bisa berenang!" pekik Arya frustasi. Dia memang wanita yang memiliki banyak kekurangan.
"Jika kauingin selamat, ikuti instruksiku. James dan polisi Skotlandia berhasil menemukan rumah itu, dan separuh dari polisi Skotlandia sedang mengejar sekelompok perampok yang mengejarmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Sequel of Yours)
Misterio / SuspensoKepergian Ian membuat Arya berusaha untuk memecahkan kasus-kasus yang membahayakan dirinya semata-mata hanya untuk berita-berita yang ditulisnya. Namun, alasan di balik semua itu hanyalah alasan Arya untuk mencari Ian yang menghilang tanpa kabar dan...