Hai, guys! Selamat datang di Chapter 11 :) Maaf minggu lalu tidak update karena ada hal penting yang harus dikerjakan --" So, happy reading! Jangan lupa vote dan komennya:)
***
Pesta pun di mulai. Setelah proses pemotongan kue, para anak-anak kembali bermain dengan permainan mereka yang diawasi oleh Ray dan Ella. Chloe pun mengawasi sebagian anak-anak perempuan yang saling bermain boneka tak jauh dari Ray dan Ella. Sedangkan para orang dewasa lainnya menikmati makanan dan minuman mereka sembari bersenda gurau.
"Aku kira... kau akan berada di sana bermain bersama anak-anak," ucap James pada Arya.
Arya hanya tersenyum simpul. "Yah... tubuhku terasa pegal karena membantu Ella dan Maverick mempersiapkan pesta ini tadi pagi."
"Arya." Arya pun mendongak pada Maverick yang memanggilnya. "Well, Mr. Avenue. Bisakah aku meminjam Arya sebentar?"
"Tentu. Pinjam saja dia sesukamu," ketus James.
"James!" sontak, Arya memukul lengan James. Matanya melotot karena ucapan James.
Maverick pun terkekeh geli. "Kau bisa ikut aku sebentar, Arya?"
"Tentu." Arya pun melangkah mengikuti Maverick yang membawanya entah ke mana.
Mereka pun tiba di ruang kerja Frederick. Arya pun mengernyit bingung. Benaknya bertanya-tanya kenapa Maverick membawanya ke sini.
"Kenapa kau membawaku ke sini, Mavey?" tanya Arya bingung.
Maverick pun mendesah. Tangannya pun menepuk dahinya, seperti terlupa akan sesuatu. "Astaga! Aku lupa sesuatu! Tunggu di sini, ya." Dia pun berbalik dan bergegas keluar. Tiba-tiba, dia mengunci pintu dari luar.
Arya membelalak terkejut. Dia pun berlari ke arah pintu, lalu mengetuk-ngetuk pintu. "Mavey! Apa yang kaulakukan! Buka pintunya!" Dia berusaha menggoyang-goyangkan kenop pintu agar pintu tersebut terbuka. Namun, hasilnya nihil.
"Mavey! Buka pintunya atau aku akan menculik Garry dan takkan pernah mengembalikannya padamu!" pekik Arya. Namun, sepertinya Maverick telah pergi meninggalkannya.
Namun, tiba-tiba seseorang menutup mata Arya dengan kedua tangannya. Spontan Arya menjerit ketakutan. Dia begitu panik dan berusaha melepaskan tangan seseorang itu.
Saat berhasil melepaskan tangan yang tak dikenal itu, Arya bergegas berbalik. Namun, tiba-tiba dia terdiam. Dia berdiri kaku tanpa goyah sedikit pun. Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya pun memucat. Napasnya seakan-akan terhenti. Dia menatap seseorang yang pernah dia kenal. Seseorang yang sangat dia rindukan. Seseorang yang sangat dia cintai.
"Hai, Sayang," Ian tersenyum kaku melihat kekasihnya tak bergerak sedikit pun melihat dirinya. Dia mengernyit bingung karena air muka Arya yang semakin memucat. "Arya?"
Tiba-tiba, Arya menangis terisak-isak. Rasa rindunya pun kembali meluap-luap. Dadanya merasakan kelegaan yang luar biasa.
"Astaga, Sayang. Kenapa kau menangis?" Ian pun segera memeluk Arya. Tak ada kata yang mampu menggambarkan kerinduannya pada kekasihnya ini.
"Ian? Apa itu benar kau?" Arya bergumam dalam pelukan Ian. Dia masih tak menyangka bahwa pria yang memeluknya ini adalah kekasihnya, Ian Franchise Bloodwood.
Ian tersenyum senang. Air mata bahagianya mulai membasahi wajahnya. "Tentu saja, Sayang. Ini aku, kekasihmu." Dia pun mengecup kepala Arya lembut.
Arya membalas pelukan Ian. Betapa dia sangat merindukan pelukan ini. Tubuhnya, baunya, kehangatan dan kedamaian dalam pelukannya—dia benar-benar merindukan semua itu.
Mereka pun saling bertatapan. Terpancar kerinduan satu sama lainnya. Seketika, Ian mencium bibir Arya begitu dalam. Semua kerinduan mereka lampiaskan dalam ciuman mesra ini. Rasanya tak ingin Ian melepaskan bibir pujaan hatinya.
Arya menarik dirinya dan menatap Ian lekat-lekat. Dia masih tak menyangka bahwa sosok pria di hadapannya adalah kekasihnya. "Ian. Apa kau tahu kalau aku sangat merindukanmu? Apa kau tahu bagaimana aku tersiksa tiap harinya? Sedetik pun tak pernah aku melupakanmu, Ian," ungkapnya terisak-isak.
"Aku juga, Sayang. Aku sangat merindukanmu. Aku tak bisa menahannya sampai aku tak tahu harus berkata apa lagi," ungkap Ian. Dia membiarkan air matanya yang semakin deras keluar terlihat oleh Arya.
Mereka kembali berciuman mesra. Ian merasakan kelembutan bibir dan ciuman yang Arya berikan. Tak ingin rasanya dia melepaskan ciuman ini. Tak ingin rasanya dia berpisah lagi dengan kekasihnya. Dia semakin dalam dan dalam melumat bibir kekasihnya itu.
"Ian, katakan padaku. Kenapa kau pergi begitu lama? Kenapa kau harus memutuskan kontak denganku?" Arya kembali menarik diri dan mendesah.
Ian tersenyum. Dia tak tahu harus mulai darimana. Ingin rasanya dia menceritakan semuanya pada Arya. Tetapi, dia harus mencari waktu yang tepat. "Aku tak bisa menjelaskan semuanya sekarang, Sayang. Aku akan menjelaskannya nanti malam." Tangannya pun membelai lembut wajah Arya.
Arya mendengus kesal. "Baiklah. Berjanjilah nanti malam kau akan menceritakan semuanya padaku."
"Aku kan sudah berjanji padamu kalau tidak ada yang akan kusembunyikan lagi darimu."
"Ian," Arya menghela napas, "Apa kau akan pergi lagi?"
Astaga! Ian mengembuskan napas kuat. Bagaimana bisa dia pergi lagi dan meninggalkan Arya seorang diri lagi.
"Sayang, aku takkan pernah pergi ke mana pun tanpa dirimu. Aku takkan pernah pergi lagi. Cukup sekali ini aku menderita selama dua tahun tanpa dirimu. Aku sudah pernah berjanji padamu, kan? Jika aku kembali, kita akan selalu bersama."
Arya pun merasa lega. Dia masih ingat janji Ian dua tahun yang lalu sebelum dia pergi. Dan dia percaya akan hal itu.
"Well, apakah kau kembali bersama Maverick..."
"Tidak," Ian menyela dengan cepat. "Aku baru saja kembali dan aku harus mengitari pintu belakang karena aku akan memberimu kejutan. Tentu saja aku menyuruh Maverick dan Ella untuk bersikap biasa-biasa saja. Lalu, aku menyuruh Maverick membawamu ke sini."
"Kau..." Saat Arya berkata betapa dia tidak setuju dengan cerita Ian, Ian malah menyambar bibirnya kembali dan membuat Arya bungkam. Mereka perlahan-lahan menarik diri dan saling menatap begitu dalam.
Kemudian, Arya mendesah. "Lebih baik kita ke bawah. Apa kau tahu kalau Garry bertanya-tanya tentang sosok dirimu? Dia sangat ingin bertemu denganmu, Ian."
"Kalau begitu, mari kita temui dia."
Namun, seketika Arya berhenti di depan pintu. Dia lupa kalau Maverick mengunci pintu dari luar. Sontak, dia mendengus kesal. "Aku lupa kalau Maverick mengunci kita dari luar," ketusnya.
"Maksudmu ini, Sayang?" Ian melambai-lambaikan sebuah kunci di hadapan Arya. Dia pun terkekeh geli melihat air muka Arya yang berubah kesal.
"Ba ... bagaimana bisa?"
"Sudah kukatakan aku yang menyuruh Maverick untuk membawamu ke sini dan menguncimu di sini agar kita bisa berduaan. Lalu, aku juga mempunyai kunci cadangan ruangan ini," Ian pun tersenyum jahil.
"Ian!" sontak, Arya memukul dada Ian pelan. Ian pun berpura-pura kesakitan, lalu terkekeh pelan. Kemudian Ian membuka pintu, dan menggandeng tangan Arya menuju ke bawah. Ian benar-benar tak sabar bertemu dengan keponakan barunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (Sequel of Yours)
Gizem / GerilimKepergian Ian membuat Arya berusaha untuk memecahkan kasus-kasus yang membahayakan dirinya semata-mata hanya untuk berita-berita yang ditulisnya. Namun, alasan di balik semua itu hanyalah alasan Arya untuk mencari Ian yang menghilang tanpa kabar dan...