DON'T PLAGIAT❎
MOHON HARGAI KARYA SAYA.'Maaf jika ada kesamaan dalam cerita atau nama tokoh karena manusia tak luput dari kesalahan. Ini real imajinasi penulis.'
Happy reading.
-
Arum menggeram kesal sambil mengepalkan tangannya di atas lalu menatap laptopnya jengah. Astaga, bagaimana caranya mengerjakan tugas kuliahnya ini? Sudah dua jam lamanya Arum menyusun tugas yang di berikan oleh Mrs. Stella guru paling Killer. Sebenarnya ini tugas kelompok tapi orang-orang yang menjadi kelompoknya malah cuek dan sibuk dengan urusannya sendiri jadilah dia yang sibuk mencari semuanya. Jika bisa, dia ingin menuntut kepada Mrs. Stella untuk mengganti kelompoknya tapi yah guru killer seperti itu di bantah astaga bukannya di dikabulkan malah di dimarahi mungkin.
"Sudahlah tak usah di kerjakan jika hanya kau sendiri yang bekerja?" Seru Ruby yang sedari tadi memperhatikan Arum yang terus menggerutu dan sedikit-sedikit menarik rambutnya.
Ruby sedih melihat Arum yang berusaha sendiri seperti itu tapi bagaimana membantunya? Ruby saja kuliah jurusan Sastra bahasa Prancis bagaimana membantu Arum yang jurusan Bisnis.
Dengan kesal Arum menutup laptopnya lalu menatap tajam Ruby. "Kau ingin aku mendapat nilai C?"
Sambil mengendikkan bahunya Ruby menjawab "Ya terserah padamu mau kerja keras sendiri atau pasrah aja"
Tapi tiba-tiba aktivitas Ruby yang sedang melap meja terhenti dia segera menghampiri Arum dan duduk di depannya.
"Oh ya. Pria yang kemarin datang bersamamu? Apa dia pacarmu?"
Memang kemarin Ruby sempat melihat Arum datang bersama seorang pria dan juga terlihat dekat saat Arum yang melayani pria itu. Jadi asumsi yang dia ambil adalah pria itu mungkin saja pacar Arum karena gadis itu tidak pernah terlihat dekat dengan siapapun selain Edward, paman Denny, dan pria itu.
Arum yang mendengarnya memutar matanya malas dan tak berniat menjawab.
"Jadi benar dia pacarmu?"
Dan ternyata salah bagi Arum untuk diam nyatanya Ruby mengartikannya salah. "Terserah kau saja. Aku lelah" Bangkit dari duduknya Arum berjalan ke arah dapur. Untungnya hari ini dia sedang tidak ada mata kuliah jadi dia menghabiskan waktunya untuk bekerja.
Melihat respon Arum yang cuek dan meninggalkannya begitu saja membuatnya kesal lalu ikut bangkit dari kursinya. Namun saat akan pergi ke dapur langkah Ruby terhenti ketika seseorang masuk ke dalam restoran.
"Selamat datang tuan" sapa Ruby dengan senyum ramahnya "Silahkan, Anda mau memesan apa?" Tanya Ruby lagi ketika pria itu sudah mendudukkan dirinya di kursi restoran
"Coffee Americano" Ruby mengangguk lalu permisi untuk mengambil pesanan pria itu dan bertepatan dengan itu Arum keluar dari dapur dengan seragam pelayannya dan Ruby langsung menghampirinya.
"Di depan sana ada pacarmu"
Perkataan Ruby tersebut membuat Arum bingung. "Apa maksudmu? Pacar?" Karena penasaran apa maksud ucapan Ruby Arum bergegas ke depan melihat siapa maksudnya.
Zen
Di sana, Pria itu sedang tersenyum ke arahnya. Jadi maksud Ruby pacar itu adalah Zen. Sebelum Arum menghampiri Zen Ruby berjalan melewatinya sembari membawa nampan berisi minuman pesanan pria itu dan dengan jahilnya gadis itu mengedipkan matanya seolah menggoda Arum. Arum yang melihatnya mencembikkan bibirnya kesal.
Merasa tak ada keperluan apapun antara dia dan Zen Arum berbalik lalu berjalan ke dapur.
_
Malam sudah larut dan Arum belum pulang ke rumahnya. Dia masih melanjutkan tugas kuliahnya setelah jam 08.00 pm lalu jam kerjanya telah selesai dan restoran juga telah sepi. Semua orang berbondong-bondong pulang ke rumah untuk mengistirahatkan diri Arum malah sibuk dengan tugas kuliahnya.
Ting! Pintu restoran berbunyi. Arum yang sedang fokus pada layar laptop menjawabnya. "Maaf restoran ini sudah tutup" jawabnya
"Tapi sepertinya tidak nyatanya restoran ini masih ada penghuninya"
Arum segera mendongak ketika dia merasa sangat familiar pada suara orang tersebut. Dan benar orang itu adalah Zen.
"Zen sedang apa kau disini?"
Mengindikkan bahunya, Zen lalu mendudukkan dirinya di depan Arum. "Kau sendiri sedang apa? Kenapa belum pulang?"
Arum menghela napas berat dan kembali menatap ke laptopnya. "Aku harus menyelesaikan tugas kuliahku"
"Jam segini? Kenapa tidak di lanjutkan besok atau hari-hari berikutnya?"
"Waktu adalah uang Zen jadi selagi aku masih bisa mengerjakannya hari ini mengapa tidak"
Menatap Zen sejenak, Arum kembali melanjutkan aktivitasnya. Zen pun sedikit mengintip tugas apa yang sedang Arum kerjakan.
"Biarku bantu" Zen berpindah duduk di samping Arum lalu mengambil alih laptopnya. "Memangnya kau bisa?" Tanya Arum tidak percaya
Zen terkekeh lalu mulai menarikan jari-jarinya ke keyboard. "Bisnis adalah jurusanku jadi aku tahu"
"Benarkah?" Senyum cerah menghiasi wajah Arum. Akhirnya ada yang bisa membantunya. Zen mengangguk mengiyakan dan menjelaskan hal-hal apa yang di ketiknya kepada Arum. Arum juga sibuk mendengarkan tapi tiba-tiba saja saat Arum menoleh ke arah Zen dia terpaku menatap wajah Zen yang dekat dengannya sedangkan Zen sibuk mengetik. Arum baru sadar jika Zen sangat tampan. Garis rahangnya sangat tegas, hidungnya pun tinggi, alis tebalnya juga telihat indah, serta bibirnya sangat sexy.
Oh astaga, Arum segera menglihkan pandangannya dari Zen. Apa yang kau lakukan Arum? Sekali lagi Arum menoleh ke arah Zen.
"Siapa kau Zen?"
-
Waduhhh wadidawww.
Gimana-gimana mau lanjut????Kasih vote and commentnya dulu yaaaa
Next Chapter...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cunning Bastard Man
Roman d'amourDON'T PLAGIAT❎ MOHON HARGAI KARYA SAYA. "Aku ingin tidak mempercayai semua ini tapi saat aku melihat dan mendengar semuanya sangat sulit untukku tak percaya. Sekarang aku tahu semua yang terlihat baik ternyata begitu menyakitkan."