Sial!

10.6K 349 1
                                    

Dug!

"Aduh!" Rania mengusap-usap kepalanya yang berdenyut. "Dasar pintu sialan!" gerutunya sambil memukul pintu bus lalu turun, tak peduli perbuatannya membuat orang-orang menatapnya bingung. Ia berkacak pinggang sambil melotot ke arah kernet berambut kaku kemerahan yang menertawai kesialannya sambil melompat naik dan memukul badan bus, isyarat agar sopir segera jalan.

"Ck, ini lagi. Seenaknya aja main tabrak!" Omel Rania sambil berlutut mengambil tasnya yang terjatuh akibat laki-laki gendut berperut besar yang seenaknya lewat sambil menyenggol bahunya. Dan, buss... asap knalpot bercampur oli menyembur mengenai wajah dan tubuh Rania tanpa ampun. Rania terdiam sampai beberapa saat saking terkejutnya. Begitu tersadar ia langsung membongkar isi tas mencari ponsel untuk melihat wajahnya.

"Tidak!" Ia langsung syok melihat wajahnya penuh bercak oli. Ya ampun! Aku harus segera membersihkan semua ini, kalau tidak ingin jadi bahan tertawaan sepanjang jalan. Tangannya terus mengobok-obok tas dengan panik.

Cekrek! Sekonyong-konyong bunyi kamera ponsel menghentikan kegiatannya. Apa-apaan ini? Rania melihat sekeliling. Matanya mengerjap tak percaya saat melihat dua anak perempuan berseragam putih abu-abu bergegas pergi saat tahu perbuatan mereka ketahuan. Sial! gerutu Rania semakin panik. Ya, Tuhan, sebentar lagi wajahnya yang penuh oli akan menyebar di dunia maya, lengkap dengan caption "kasihan banget ya, cantik-cantik kok, make up-nya oli"

Tahu tidak bakal bisa menghentikan kedua gadis itu, Rania tak repot-repot mencoba dan kembali sibuk mencari tisu basah yang biasanya selalu ia bawa. Hari yang sial. Ya, mulai sekarang ia akan menetapkan hari ini sebagai hari tersial dalam hidupnya.

Pertama tadi ponselnya tertinggal di meja, jadi ia harus rela ketinggalan bus karena terpaksa balik lagi ke kontrakan. Lalu ia juga terpaksa merelakan sisa uangnya yang sekarat untuk naik ojek karena butuh waktu dua puluh menit menunggu kedatangan bus berikutnya. Kalau tetap memaksa menunggu, bisa-bisa ia terlambat sampai restoran. Dan itu tidak boleh terjadi, mengingat Pak Bos si manajer superperfect yang kecerewetannya mencapai level sepuluh itu paling pantang disodori kesalahan sedikit pun saat tamu full banget.

Yang lebih gila lagi, bulan depan gajinya terancam di potong karena tak sengaja memecahkan gelas dan dua buah piring keramik. Ya, Tuhan. Padahal ia sudah berusaha secepat mungkin membersihkan pecahan kaca. Tapi dasar memang sedang sial, Pak Gunawan muncul tepat ketika ia baru selesai memasukkan pecahan kaca ke plastik.

Dan sekarang, ia masih harus mengalami kesialan karena tak juga menemukan tisu. Sepertinya butuh mandi kembang dengan air dari tujuh sumur. Ya, ya, ya,  itu cara paling tepat untuk menghilangkan nasib sial yang selalu menimpa sejak Rania dan Na...

Rania menggeleng seraya menghela napas, berharap dapat mengenyahkan nama yang selalu muncul setiap kali ia berada di titik terlemah hidupnya. Termasuk segala kenangan tentang sosok itu. Setelah merenung sejenak, sekali lagi ia menarik napas dan mengembuskannya keras-keras, mencoba menenangkan diri dengan sia-sia. Come on, Ra, kamu lebih butuh tisu daripada mengingat nama sialan itu sekarang! Rania mengingatkan dirinya lalu memutuskan mengeluarkan isi tasnya satu per satu karena tisu sialan itu tidak juga ketemu.

Dan meskipun ia sudah menyisiri seluruh isi tas, tisu itu tetap tidak ada. Hhhh. Rania duduk di badan trotoar dan cepat-cepat menghapus air mata yang menitik. "Sial banget sih hidupku," gumamnya sambil menatap ngeri lengan baju putihnya yang terkena bercak oli. Ia memasukkan lagi isi tasnya, menarik napas, lalu melangkah menyusuri gang sempit yang mulai sepi.

Diam-diam ia bersyukur tidak mendapati ibu-ibu yang biasanya nongkrong bersama anak-anak di depan rumah petak mereka. Dengan rambut lepek yang sebagian besar terlepas dari ikatannya plus wajah belepotan, bisa-bisa ia disangka orang gila. Terbayang olehnya anak-anak beramai-ramai bakal mengikutinya sambil bertepuk tangan dan berseru: Orang gila, orang gila, orang gila. Oh, tidak! Cukup sudah kesialan yang menimpanya hari ini.


Hai...

Cerita baru lagi. Semoga suka!

Balas Dendam Mantan PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang