Diterima di Sintesa (a)

2.5K 165 2
                                    

Haiii... selamat siang. Apa kabar.

Up Date nih, sedikit sih. Berhubung lama enggak muncul di mari, jadi butuh sedikit pemanasan untuk memulainya lagi. Semoga setelah ini semangatnya panas terus, yaks. Dan aku bisa up date terus. Rencananya sih, aku bakalan up date setiap Sabtu (Bukan Sabtu ini ya. Sabtu minggu depan). Jamnya enggak ditentuin. Bisa pagi. Bisa siang. Bisa juga tengah malam, he he he...

Udah deh, segitu aja cuap-cuap lumayan penting ini. Yuks segera samperin. Jangan lupa tinggalin jejak-jejakmu di sini.



"Yeay! Yes! Yes!" teriak Rania begitu selesai membaca email di ponselnya. Dengan sekali hentakan dia melompat ke arah Kalila. Dipeluknya gadis yang baru saja masuk dan tampak lelah itu.

"Hei! Apa-apaan ini! Lepasin! Gerah, tauk." Teriak Kalila sambil berusaha melepas pelukan Rania. Baru pulang dari kantor dengan cuaca luar biasa panas dan tiba-tiba mendapat pelukan tentu bukan sesuatu yang menyenangkan.Tetapi bukan Rania namanya, kalau mau berhenti begitu saja.

"Aku diterima, La! Aku diterima di Sintesa Advertising. Senin ini aku sudah mulai masuk kantor. Ya, Allah, La. Seneng banget. La... la...la...." Rania bernyanyi sambil memutar-mutar tubuh Kalila.

Tidak mau semakin pusing karena ulah Rania yang konyol, cepat-cepat Kalila memegang erat-erat sandaran sofa begitu dia berhasil melepaskan tangan kanannya dari genggaman Kalila. "Berhenti, Ra. Berhenti! Bisa pingsan aku kalau tubuhku terus kamu putar-putar begini," sambil memegang kepala Kalila duduk di sofa. "Ambilin minum, gih. Pusing banget tauk."

"Oh, iya." Rania bergegas ke dapur lalu kembali dalam hitungan detik. Disodorkannya air putih dalam gelas ke arah Kalila. "Sorry, aku seneng banget."

Kalila cemberut mendengar permintaan maaf Rania. Diambilnya gelas yang disodorkan sahabatnya itu. Dan menghabiskannya dalam sekali teguk. Setelah meletakkan gelas di meja dia menatap Rania. Senyumnya mengembang melihat ekspresi rasa bersalah bercampur senang Rania. "Selamat, Ya," ujarnya tulus. "Benarkan tebakanku, kamu pasti diterima."

"Makasih," ujar Rania. Tulus. "Mulai bulan depan aku yang bayar tagihan listrik dan air. Kamu yang sabar, ya."

Kalila mendengkus. Tapi tak berniat mendepat. Itulah Rania. Dia terlalu tahu diri untuk menerima semuanya secara cuma-cuma. Padahal, ada atau tidaknya dia di rumah ini, toh Kalila harus tetap bayar tagihan-tagihan itu. "Kamu sudah makan?" Tanya Kalila mengalihkan pembicaraan.

Salah tingkah Rania menjawab. "Belum. Dan belum masak juga. Kamu mau menunggu? Aku bisa buatin telur balado, kok. Dijamin cepat. Sebentar." Rania berbalik dan berjalan menuju dapur. Sejak tidak bekerja dia selalu membersihkan dan mempersiapkan makanan untuk mereka berdua. Yah, hitung-hitung bayaran terhadap apa yang telah diberikan Kalila untuknya. Dia tahu, sahabatnya itu ikhlas melakukan semuanya. Tapi tidak dengan Rania. Dia tidak akan sudi jadi benalu yang menempel dan menghisap semua energi pohon yang ditumpanginya. Sebisa mungkin dia akan melakukan apa pun untuk membayar apa yang diterimanya.

"Nggak usah. Siang ini kita makan ayam geprek di Miso Kampung saja." Kalila berdiri sambil menggamit lengan Rania lalu menyeretnya keluar rumah. "Untuk hari ini kamu dilarang keras menolak ajakanku."

"Tapi... seharusnya aku yang traktir. Ini malah kebalik," ujar Rania pelan.

Kalila menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Rania. "Kamu tahu, ada banyak aturan yang kerap kita langgar untuk seorang sahabat. Termasuk urusan siapa yang mentraktir siapa. Jadi, biarkan hari ini kita melanggar aturan absurd yang kamu bilang tadi. Nanti, akan tiba giliran kamu mentraktir aku. Dan semoga kamu kuat." Sambil terkekeh Kalila menyudahi ucapannya kemudian melanjutkan langkah diikuti Rania.



Noh, dikit amatkan?

Setelah CKLP selesai. aku berniat melanjutkan cerita ini. Tapi, kesempatan even Karma membuat aku memilih membuat cerita baru. Belum selesai juga. Eventnya selesai tapi ceritanya enggak. Nah, setelah semedi beberapa hari di kesunyian malam (Ceiye...) akhirnya aku memutuskan menyelesaikan kisah si Rania dan Nata dulu deh. Karena secara umur, mereka ini lebih dulu hadir dari pada Aruna dan Palupi.





Balas Dendam Mantan PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang