9. Gara-gara Medsos

2.8K 381 41
                                    

9. Gara-gara Medsos

🌼🌼🌼

Aku duduk di Masjid sambil mengerjakan tugas, entah kenapa aku lebih suka menegrjakan tugas di Masjid dibanding di perpustakaan atau di kelas. rasanya tenang dan nyaman ketika diam di Masjid.

Aku tidak sendiri, aku bersama teman sekelasku, Lisa. Tapi kenapa dari tadi dia tidak bersuara?
Aku menoleh ke aranya untuk memastikan kalau dia masih ada di sebelahku, tidak pergi tanpa sepengetahuanku.

Ya, dia masih ada di sampingku tapi matanya begitu fokus pada layar ponselnya, bibirnya pun melebar senyum-senyum. Apa sih yang dia lihat di ponsel pintarnya?

“Kamu lihat apa sih? Kok senyum-senyum sendiri gitu?” tanyaku penasaran.

Akhirnya dia menoleh ke arahku. “Kamu tahu nggak Kak Adit?” Dia balik bertanya, aku menggelengkan kepalaku karena memang aku tidak tahu.

“Itu lho selebgram yang suka cover lagu Islami gitu.”

“Kenapa dia?”

Tiba-tiba wajah Lisa jadi cemberut, entah ada apa.

“Dia Nikah….hiks..hiks..” rengeknya sambil menangis, namun tak sampai mengeluarkan air mata.

“Ah, lebay!” Aku rasa dia terlalu berlebihan, memuja selebgram sampai segitunya.

“Aku kapan ya nikah? Jadi pengen, punya suami kayak dia,” lanjutnya, kemudian dia memperlihatkan ponselnya ke arahku. “Lihat… romantis banget ya dia sama istrinya.”

Aku mengambil ponselnya, kemudian melihat akun Instagram dengan nama Adit ini. Aku lihat foto-fotonya. Waw!! Semua fotonya mengumbar kemesraan, aku scroll ke paling bawah sebelum dia menikah. Duh...banyak sekali  foto selfi dia dengan caption yang membuat banyak perempuan atau yang ngakunya akhwat muji-muji dia, hingga kelepek-kelepek. Sungguh berlebihan.

“Mending kamu unfollow dia deh,” saranku.  Sontak, Lisa mengernyit bingung.

“Kenapa?”

“Soalnya kamu baperan.”

Lisa mengerjap. “Namanya juga cewek pasti baperan, ada keinginan nikah sama ikhwan kayak dia wajarlah, normal.”

Kini aku yang mengerjap, menghembuskan napas sejenak, kemudian menjawab. “Nikah itu karena ibadah, bukan karena baper,” ucapku. Lisa terdiam, aku pun meneruskan perkataanku. “Makanya Rasulullah melarang umat-Nya mengumbar kemesraan. Karena lihat, banyak akhwat dan ikhwan kayak kamu, jadi kebelet pengen nikah, karena alasan baper! Padahal nikah itu suatu amanah yang berat, dimana kamu dan suami kamu nanti, harus  bisa kompak menegakkan perintah Allah, bisa mengkader anak-anak kamu menajdi generasi islam yang luar biasa. Nah, apa yang sudah kamu persiapkan untuk itu semua? Tentu, nikah itu bukan hanya bermodalkan baper, tapi ketaqwaan kepada Allah.”

“Terus aku nggak boleh gitu, kalau pengen nikah?” Lisa tampak cemberut.

“Bukan nggak boleh, cuman daripada kamu fokus mikirin jodoh. Kapan aku nikah, sama siapa aku  nIkah, mending kamu fokus persiapkan itu dengan terus memperbaiki diri, STOP lihat akun-akun yang ngumbar-ngumbar kemesraan yang bikin kamu semakin kebelet pengen nikah.”

“Mereka bilang itu adalah jalan dakwah, agar orang-orang itu nggak pacaran, kan pacaran dosa. Mereka ingin menunjukan, kalau pernikahan tanpa pacaran pun bahagia, jadi lebih baik nikah aja, jangan pacaran.”

“Jalan dakwah? Emang pernah ya Rasullullah berdakwah dengan cara mengumbar kemesraan?”

Lisa terdiam, aku terus saja berbicara. Pusing-pusing dah dia. Namanya juga cewek, wajar cerewet. Apalagi cerewet demi kebaikan.

“Kalau memang benar boleh berdakwah dengan cara mengumbar kemesraan, mana mungkin Rasulullah melarang umat-Nya mengumbar kemesraan! Dan mungkin sudah banyak para sahabat yang berdakwah dengan mengumbar kemesraan. Tapi, aku nggak pernah tuh mendengar ada kisah Rasul dan para sahabat berdakwah dengan cara mengumbar kemesraan.”

“I..iya sih…aku juga belum denger." Akhirnya Lisa sependapat denganku, dia mengambil jeda sebentar. "Dipikir-pikir, aku jadi kebayang terus pengen nikah juga, karena terus kepoin akun-akun mesra, jadi aku pengen kayak mereka," lanjutnya.

“Ya makanya unfollow aja, mending follow akun-akun yang mengingatkan kita sama Allah, bukan sama jodoh. Akun-akun yang membuat kita semangat belajar Islam, bukan yang malah bikin kita mager, berangan-angan tentang jodoh, jadi budak cinta. Udahlah, tiap orang punya jodohnya masing-masing, mending fokus perbaikan diri.”

“Tapi kenapa ya mereka suka banget ngumbar kemesraan, padahal ngerti agama.”

“Ya mana aku tahu, biasanya pengantin baru yang suka gitu.”

“Yang udah lama nikah juga kadang suka gitu.”

“Tapi nggak sesering pengantin baru kan.”

“Iya sih, cuma kali-kali.”

"Udah, mending sekarang kita fokus berkarya untuk Islam, bukan terus-menerus jadi budak media massa, tapi jadikan media massa itu sebagai alat kita mensyiarkan Islam, dengan begitu kita nggak akan ada waktu buat mikirin jodoh."

🌼🌼🌼

Apa pendapatmu tentang part ini?
Aku tak ada niat menyindir siapapun, hanya mengingatkan diri sendiri. ^_^

Don't BaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang