11. Mencintaimu karena Allah. Masa?
🌺🌺🌺
Aku mendengar kabar dari Ibu kos, katanya hari ini akan datang seorang ikhwan yang akan melamar salah satu akhwat yang tinggal di kosan ini.
Siapa perempuan yang akan dikhitbah oleh laki-laki itu?
Otakku langsung menuju pada satu nama, yaitu Kak Syifa. Karena dari perempuan lainnya yang tinggal di kosan ini, Kak Syifa lah yang paling mapan dan dewasa. Aku pun cukup mengenalnya, dia sangat baik juga sholehah, keimanannya tidak diragukan lagi. Selain itu dia juga pekerja sedangkan permpuan lain yang kos di sini pada masih pelajar.
Kebetulan saat ini di kosan hanya ada aku, Kak Syifa dan Ibu kos. Ibu kos pun sepemikiran denganku, kami sama-sama menyimpulkan laki-laki itu pasti akan melamar Kak Syifa.
“Bener Bu, dia akan melamar saya?” tanya Kak Syifa meyakinkan.
“Iya siapa lagi kalau bukan kamu,” jawab Ibu kos dengan begitu sumringah.
Kami sudah duduk di sofa ruang tamu, menunggu kedatangan laki-laki yang akan melamar itu. Aku jadi penasaran siapa dia? Tapi apa tidak apa aku ada di sini hanya sekedar penasaran?
“Kak Syifa, nggak apa-apa aku ada di sini?” tanyaku memastikan.
“Ya nggak apa-apalah, justru Kakak memang butuh kamu di sini.”
Syukurlah, aku jadi tidak usah merasa tidak enak.
“Assalamu’alaykum….” Terdengar suara dari luar rumah ini. Suara cowok, kayaknya dia sudah datang.
“Ibu bukan dulu pintunya ya,” ucap Ibu kos, kemudian ia pergi membukakan pintu.
“Li, kok Kakak jadi tegang ya,” ucap Kak Syifa sambil menyimpan telapak tangannya di dada.
“Tenang aja, Kak. Nggak usah tegang.” Aku coba menenangkan.
Akhirnya cowok itu datang, ternyata dia Kak Rahmat, tetangga sebelah sekaligus anak Pak RT.
“Silakan duduk Nak, Rahmat.” Ibu kos mempersilakan Kak Rahmat duduk di sofa depan kami yang tersekat meja.
Kak Rahmat tidak sendirian, dia bersama satu cowok entah siapa. Keduanya pun duduk di depan kami. Tapi kenapa Kak Rahmat melihat ke arahku terus?
Atau mataku yang salah? Sebenarnya dia melihat Kak Syifa yang ada di sebelahku, tapi aku yang kegeeran? Semoga saja begitu.
“Nah, ini Nak Rahmat yang akan melamar salah satu anak kos di sini,” ucap Ibu kos. Kini Kak Rahmat tampak malu-malu, ia menunduk sekarang. “Kalau gitu langsung saja, Nak Rahmat,” lanjut Ibu kos mempersilkan Kak Rahmat mengutarakan maksdunya.
Kak Rahmat mulai mendongakkan kepalanya, ia terlihat tegang, namun tetap mencoba santai.
“Yang dikatakan Ibu kos benar, saya datang ke sini untuk melamar Ukhti,” ucap Kak Rahmat. Sebentar, apakah aku tidak salah lihat? Kenapa mata Kak Rahmat melihat ke arahku? Bahkan seperti sambil menunjuk ke arahku.
Aku harus segera memastikan kalau yang dia maksud adalah Kak Syifa bukan aku.
“Maksudnya Ukhti siapa?” tanyaku coba memastikan.
“Ukhti, Enly.”
What? Aku? Kenapa aku? Aku kan masih kuliah? Lho? lho?
Pasti Kak Syifa kecewa, duh aku jadi merasa tidak enak pada Kak Syifa. Bagaimana ini? Lagian kenapa Kak Rahmat malah melamarku? Bukannya Kak Syifa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Baper
Short StoryIni bukan cerita yang bikin baper. Jadi jangan mengharapkan ada kisah yang bikin baper didalamnya. Bukan juga tentang perjodohan, atau nikah dini, atau apalah yang bikin pembaca jadi pada ingin nikah. Dan bukan juga tentang percintaan seseorang yang...