Krist's POV
Portofino, Italia. September 1965
I found my love in Portofino
Down in a small Italian Bay
after my daily capuccino
In Portofino, love came my wayHe was right there, It was September
I felt the fire in his eyes
that was a moment I'll remember
I fell in love in paradiseMalam itu aku akan menghadiri pesta musim gugur bersama salah seorang klienku di sebuah bar tepi pantai di Portofino. Casa di Mare yang artinya rumah laut dalam bahasa Italia. Begitulah tempat itu dinamakan oleh pemiliknya karena tempat itu berada di tepi pantai.
Aku tengah mematut diriku di cermin dan meletakkan sebuah setelah kuning pastel di hadapanku dan sebuah setelan warna merah jambu. Aku mengerutkan dahiku karena begitu bingung mau memakai yang mana.
Seseorang mengecup pundakku yang telanjang. Ternyata P'Danai yang baru saja selesai bersiap-siap. Aku tersenyum. Senyum palsu yang biasa kuberikan kepada klien-klienku.
"Kau masih belum bersiap-siap? Pestanya akan dimulai sebentar lagi loh."
Aku menggeleng lemah. "Bantu aku memilih, phi. Aku sangat bingung mau memakai yang mana malam ini. Aku takut kalau pakaianku tidak sesuai dengan yang hadir di sana."
"Kau selalu tampak menawan mengenakan apapun, sayang. Malah lebih bagus jika kau tak mengenakan apapun."
Aku menepuk pundaknya. "Dasar gila! Cepat bantu aku memilih sebelum kita terlambat pergi ke pesta itu, phi."
P'Danai tampak berpikir sebelum akhirnya menunjuk sebuah setelan kuning pastel di tangan kiriku. "Yang ini bagus. Tidak terlalu mencolok untuk acara malam hari. Lagipula sangat cocok dengan tema pestanya."
Aku memperhatikan setelan kuning itu. "Kurasa phi benar. Warnanya cukup lembut dan tidak mencolok untuk malam hari."
P'Danai tersenyum lalu mengusap daguku. "Kalau begitu secepatnya. Teman-temanku sudah menungguku di pesta itu."
Aku terkekeh lalu mencium bibirnya. "Iya. Tunggulah di sana. Aku akan siap dalam satu menit."
P'Danai terkekeh. "Oke."
🐬🍷🍷🍷🍷🍷🐚🐚🐚🐚🐚🐬
Singto's POV
Aku sedang berbincang dengan beberapa rekan bisnisku mengenai salah satu resortku yang akan kudirikan di kota ini. Siapa yang tidak tergiur mendirikan sebuah resort atau hotel di daerah dengan potensi wisata sebesar Portofino? Tempat ini adalah surga!
Pandanganku tertuju pada dua orang yang baru saja memasuki gerbang halaman belakang bar itu dan langsung terkunci pada pemuda bersetelan kuning pastel yang pinggangnya sedang digamit oleh pria yang jauh lebih tua di sampingnya. Sial! Aku begitu kesal melihatnya. Entah apa yang membuatku merasa kesal, yang jelas aku merasa seperti sedang terbakar sekarang.
Terserah jika kau berpikir aku aneh karena merasa cemburu atau apapun itu terhadap orang asing yang baru saja kutemui selama beberapa hari ini di negara yang asing pula. Tapi yang jelas aku menyukai pemuda itu sejak aku pertama kali berbincang dengannya di sebuah kedai kopi tak jauh dari sini pagi itu.
Mata yang sebening embun pagi dengan senyuman yang sesilau mentari musim panas. Suara tawa yang begitu renyah dan suaranya yang begitu lembut saat berbicara membuatku begitu terjebak dalam pesonanya yang begitu memabukkan. Ah! Siapa yang tidak akan jatuh cinta ketika melihat keindahan dunia tersuguh di hadapanmu saat itu juga. Dia begitu indah bagaikan pria-pria muda dalam lukisan Italia. Kulit putihnya pun begitu halus dengan rona kemerahan di pipinya dan surai hitam tebalnya yang mengundang belaian mesra jemariku. Belum lagi lesung pipinya yang menambah kesempurnaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Found My Love in Portofino
FanfictionAku bertemu dengannya malam itu di pesta dansa musim gugur di sebuah bar tepi pantai di Portofino. Dia dengan setelan kuningnya tampak begitu menyilaukan di antara tamu yang lainnya. Matanya yang berbinar indah bagaikan mentari musim panas seolah me...