5. Because of Lies

31.5K 1.7K 215
                                    

Bayangkan bagaimana reaksi Rahi saat kakinya menginjak rumah Sean. Atau gini deh, tampang Samudra dan Irina ketika mobil mereka tidak muat memasuki gang sempit menuju kediaman Sean, lalu mereka berjalan nyaris 100 meter. Kebayang nggak tuh ekspresinya?

"Pulang dari sini langsung panggil tukang urut," gerutu Irina yang kesulitan akibat sepatu hak tingginya.

Sedangkan masyarakat di kampung halaman Sean memancarkan reaksi berbeda. Berbondong-bondong mereka keluar demi memenuhi rasa penasarannya akan kedatangan dua mobil mewah yang warnanya mencolok di desa mereka.

"Orang kaya baru bukan tuh?" celetuk salah satunya.

"Ada apa sih rame-rame gini?" Bu RT juga kepo layaknya monyet dora.

Terlebih di kampung itu Sean merupakan bujangan terganteng, kalau cewek biasa disebut kembang desa, tapi ini cowok. Pokoknya Sean most wanted. Selain kegantengan yang Sean punya, pribadinya juga penuh pesona, jago bela diri, dan sejauh ini Sean merupakan lelaki yang memuliakan wanita.

Jadi, mana ada yang percaya ketika secepat kilat rumor Sean menghamili gadis kota menyerbak di kampung itu.

"Gak mungkin gimana, Bu? Kalo gak mungkin terus kenapa tiba-tiba datang rombongan orang kaya ke kampung kita yang aroma-aromanya mau minta tanggung jawab!" Biang gosip di kampung mereka memperkuat argumennya.

Ibu-ibu baik hati yang di setiap do'anya terselip nama Ocean Wiliam untuk anak perempuan mereka kelak pun angkat bicara, "Jangan suudzon mulu, Bu. Belum tentu omongan Ibu bener, entar malah fitnah jadinya. Dosa besar itu!"

Begitulah keramaian di luar rumah Sean atau lebih tepatnya di sepanjang gang sempit.

Sementara di dalam rumah, Sean yang sudah bilang salam dan dibalas salam oleh ibunya, telah memperkenalkan satu sama lain hingga kini mereka duduk di ruang utama.

"Gak ada sofa nih, atau kursi deh yang murahan dikit?" celetuk Samudra.

Untung ibunya Sean sudah terlatih menghadapi orang-orang yang seperti itu.

"Air putih doang suguhannya? Jus jeruk peras gak ada?" Irina turut berkomentar.

Jefri menaikkan sebelah alisnya. "Hidup di zaman kapan nih makanannya ubi sama singkong rebus doang?"

Baim sabar Ya Allah. Sean meringis dalam hati. Dia menggenggam erat tangan ibunya dan bertelepati: maklumi aja, Bu, sabar.

Sedangkan Rahi masih sibuk meneliti tiap sudut rumah Sean. Sebenarnya rumah itu tidak terlalu buruk, bisa dibilang tidak miskin, hanya saja golongannya menengah ke bawah, tapi di mata jajaran Sultan sejenis keluarga Martapatih, kalompok minoritas macam Sean adalah orang miskin.

"Jadi, ada apa gerangan datang kemari?" Ibunya Sean mulai bicara.

Rahi mengalihkan atensinya.

Sebelum memulai maksud dan tujuan, Samudra berdeham. "Langsung saja ya, Bu. Ini demi kebaikan putri saya, maksud kedatangan kami ke sini adalah untuk meminta tanggung jawab putra Ibu buat menikahi Rahi."

Sean lagi-lagi meremas tangan ibunya, seolah berkata: nanti Sean jelasin. Mereka suka main kode-kodean begitu.

"Memang apa yang dilakukan Sean terhadap putri Bapak?"

"Dia gerepein anak saya, Bu!" semprot Irina.

Rahi meringis, sedangkan Jefri menguap. Mereka orang punya, tapi miskin sopan santunnya.

"Sebagai orang tua, saya merasa gagal dan menyesal menjadikan lelaki seperti Sean sebagai pengawal. Tapi karena sudah terjadi hal buruk, saya harap pihak lelaki mau bertanggung jawab atas keburukan yang telah dilakukan." Samudra mencoba untuk bijaksana.

Under GuardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang