17. Elbrus with Beautiful Angel

1.7K 117 3
                                    

Two weeks Later in Rusia

Azura sedang merapatkan jaket nya yang sangat tebal, hari ini adalah hari dimana mereka berjanji untuk mendaki bersama dan gunung yang dipilih Devan serta tiga temannya adalah Gunung Elbrus, yaitu Gunung tertinggi di antara Benua Eropa tepatnya di Rusia yang dekat dengan perbatasan Georgia.
Dari cerita Devano gunung ini sebenaranya tidak sepenuhnya berada di Eropa karena sebagian dari gunung ini juga masih berbatasan dengan Benua Asia.

Semua perlengkapan sudah dipersiapkan Devano untuk dirinya serta Devano sendiri seperti Crampson,

Semua perlengkapan sudah dipersiapkan Devano untuk dirinya serta Devano sendiri seperti Crampson,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alat yang diletakan dibawah tapak boot agar bisa mendapatkan pijakan kuat ke salju. Lalu Azura juga melihat Devan menyiapkan Ice Axes

Kata Devan itu sejenis kapak yang sering dibawa para pemanjat tebing dan sangat berguna saat ada yang tergelincir, dan persiapan lainnya ada Harnesses, tenda salju, sleeping bag, Alpein Ransel(tas khusus yang di disain khusus salju) , Kompas, peta...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kata Devan itu sejenis kapak yang sering dibawa para pemanjat tebing dan sangat berguna saat ada yang tergelincir, dan persiapan lainnya ada Harnesses, tenda salju, sleeping bag, Alpein Ransel(tas khusus yang di disain khusus salju) , Kompas, peta, peluit, makanan dan juga minuman dan masih banyak hal lainnya yang disiapkan Devan sementara dia hanya melihat dan sedikit bertanya.

Azura mendekati Devan yang sepertinya sudah siap dengan semua peralatan itu dan teman-temannya juga sepertinya sangat bersemangat. Selama diperjalan dari London ke Rusia Devan banyak bercerita tentang gunung-gunung yang pernah dia dan teman-temannya daki dan dari sanalah Azura tahu kalau Devan adalah pria yang suka berpetualang di alam.

"Hai sayang, kamu sudah siap?" tanya Devan memeluk Azura yang mendekatinya. Azura mengangguk lalu Devano menyuruhnya duduk untuk memasangkan Crampson.

"Waw...kalian berdua sangat serasi." kata salah seorang teman Devan, dan Azura terusik akan hal itu dia menatap Devan yang kini berbicara dengan teman-temannya lalu berjalan kearahmya.

"Ayo, kita akan mulai menuju Elbrus." Azura mengangguk sudah siap dengan semua peralatan yang disiapkan Devan.
Selama diperjalanan hanya salju tebal yang dapat dilihat oleh Azura, dan beberapa rumah warga sekitar yang jaraknya cukup jauh antara satu dengan lainnya.

Sekitar hampir satu jam mobil yang mereka naiki berhenti didepan sebuah pos, ya Azura melihatnya seperti sebuah pos pemberhentian.

Ternyata di pos itu mereka bertemu dengan para pendaki lainnya yang sepakat untuk pergi bersama-sama menuju puncak Elbrus, dan sebelum mereka pergi semua orang mengadakan doa bersama.

"Sayang kau siap?" Azura tersenyum tanda dia siap lalu Devan menutupkan tutup kepala Azura karena udara memang sangat dingin.

Setelah semua siap mereka berjalan beriringan menuju puncak tertinggi Elbrus 5.642 mdpl.
Azura tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau dia akan mendaki gunung, dan sekarang karena Devan dia bisa melakukan hal itu.
Mereka mulai mendaki dari jalur selatan yang memang kata Devan adalah jalur populer karena kemudahan dan juga sepanjang jalur serta langsung menuju ke puncak barat Elbrus.

Semakin tinggi mereka mendaki semakin terasa kalau udara semakin dingin, bahkan Azura merasa kalau bibirnya akan beku.
Devan yang berada didepannya selalu melihat keadaan Azura yang berada dibelakangnya. Mereka berjalan beriringan sekitar sepuluh orang, dan setelah berhenti di pos ketiga Elbrus sisa mereka hanya tujuh orang karena tiga diantaranya merasa tidak mampu melanjutkan pendakian.
"Azura, ini adalah pos pemberhentian kita terakhir. Apa kau yakin ingin melanjutkan?"

"Tentu saja, aku penasaran dengan pemandangan indah disana sampai-sampai kau sering melakukan hal seperti ini." Devan tertawa lalu memberikan botol air mineral kepada Azura.
Terdengar suara dari teman Devano yang bernama Leo, pria yang dilihat Azura berjalan paling depan.

"Ayo, yang lain sudah selesai beristirahat. Kita akan lanjutkan agar tidak terlalu gelap untuk turun nanti".

"Baiklah!!" Jawab Devano dan mereka berkumpul dengan yang lain untuk kembali berdoa. Kali ini mereka bertujuh memegang tangan mereka dimulai dari urutan Leo, Devan, Azura, dan seterusnya.
Karena semakin tinggi puncak yang mereka daki maka akan semakin sulit jalur yang mereka lewati dan tali itu berguna untuk kekompakan mereka.

Azura merasakan pipinya sudah benar-benar kaku, tapi saat dia ingin memanggil nama Devan dia melihat puncak sudah didepan matanya.
Pemandangan yang sangat indah menyambut matanya, Azura bahkan tidak lagi fokus kepada dingin yang dia rasakan.

"Hai Zura, kita sudah sampai." Masing-masing dari mereka melepaskan tali yang digenggam dan bersorak bahagia, melihat indahnya pemandangan hadapan mereka.
"Kau bahagia?" Azura membalas pelukan Devan dan mengangguk.
"Ini seperti negri dongeng Dev, aku seakan bisa menyentuh awan itu." Ungkap Azura benar-benar bahagia.
Devano mencium bibir Azura begitu manis dan Azura membalasnya.
"Terimakasih sudah mengajakku ketempat indah seperti ini Dev,"

"Aku akan terus membawamu mengelilingi surga dunia yang tersembunyi di bumi ini Zura,"

"Kau berjanji?" Azura bertanya serius dan Azura menjawabnya dengan sama seriusnya. "Ya tentu saja, Aku akan membawa kamu kemanapun kau mau." Azura sempat tertegun dengan apa yang Devan katakan tapi dia lebih memilih tersenyum lalu merentangkan tangannya untuk menghirup udara dingin dan segar yang dia rasakan.

Devano memeluknya dari belakang lalu mengambil foto mereka berdua, awalnya Azura terkejut tapi lama kelamaan Azura menikmati foto selfie bersama Devan.
Devan konyol, tapi dia suka itu. Setidaknya hatinya yang sunyi dapat diisi oleh sosok Devan saat ini.

Azura tidak ingin langsung mengakui kalau dia mulai mencintai Devan, karna baginya kata cinta adalah sesuatu yang sangat besar maknanya. Dia pernah sangat terluka karena itu, dan dia tidak lagi ingin hal itu terjadi.
Katakan dia egois membuat Devan menunggu, tapi dia hanya ingin menjaga hatinya apakah itu salah? Azura tidak siap jika harus ditinggalkan lagi, maka lebih baik mereka seperti ini.

"Apa kau memikirkan ku?" tanya Devan sambil memeluk Azura dari belakang lalu mencium pipi Azura.

"Kau terlalu percaya diri Mr.Mackzie."

"Tentu saja Mrs.Mackzie," Azura menatap Devan dan mata mereka bertemu.

"Apa kau sudah menerima cintaku?" Azura tersenyum dan mengeratkan pelukan Devan ditubuhnya.

"Tidak bisakah kau tidak bertanya hal itu dulu Dev, kita nikmati saja semua hal indah ini oke? Dan satu lagi, saat ini kau benar-benar membuatku bahagia." Devan ikut tersenyum karena yang terpenting baginya adalah Azura bahagia.

Tbc... ❤

Hai...masihh ada yang menantikan ceritaa ini?  kalau masih komentar ya,  jaddi aku gak stop update

My Crazy Man.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang