Assalamu'alaikum, selamat pagi dunia! Kulipat sajadah yang masih tergelar di lantai, di kamar pribadiku, tepatnya di kediaman orang tuaku.
Masih cukup pagi, waktu menunjukkan pukul 05:02. Dan meskipun hari minggu, aku tetap harus menggerakkan badan untuk peregangan otot. Beberapa saat kemudian, tampak notifikasi pada layar ponselku ....
Danyon (Bang.Faris) -> Me
"Assalamu'alaikum, Desuh (Adek asuh)! Di mana, kau?" 05:18
"Rumdinmu, lampunya masih menyala. Kesiangan kah? Atau sedang IB (izin berkunjung-menginap di luar Batalyon)?" 05:19
Ah, Kasuhku yang satu ini selalu rindu, jika sebentar saja tak bersua denganku.
Me -> Danyon (Bang.Faris)
"Wa'alaikumussalam warahmatullaahi wabarakatuh! Siap, Bang! Saya sedang IB di kediaman orang tua, Bang!" 05:21
"Sore ini, saya kembali merapat ke Batalyon!" 05:22
Memang benar, bukan tanpa sebab Aku memutuskan untuk bermalam di sini. Ada hal penting mengenai Mitha, yang harus kusampaikan kepada orang tuaku. Aku tak akan goyah sedikitpun untuk bersamanya.
Sebab sebagai seorang prajurit, kami diharuskan untuk selalu optimis seterjal apapun rintangannya, sesulit apapun medannya, dan sekejam apapun musuhnya. Begitupun saat aku dihadapkan pada gejolak hati. Tak pernah sekalipun aku gentar, untuk meraih hati seorang Damithara. Dan terbukti, tiap-tiap do'aku diijabah dengan pasti oleh Sang Khalik ....
🍃🍁🍁🍁🍃
*flashback on :
Jum'at malam, Alvin teman sebangku saat duduk di jenjang menengah atas, memberitahukan bahwa esok hari, ia akan menggelar aqiqah untuk putrinya. Aku pun menyanggupinya.
Hingga sampailah aku di sini, guna menghadiri acara tersebut. Sabtu siang menjelang sore, bisa dibilang seperti itu. Karena acara dimulai pukul 14:00.
"Selamat atas kelahiran putrimu! Semoga menjadi anak yang sholehah, pintar, berbakti kepada orangtua, takut dan patuh kepada Allah, dan juga berguna untuk semua hal yang baik!" ucapku saat Alvin menggendong, lalu mendekatkan putrinya padaku.
"Aamiin yaa rabbal'Aalamiin. Terima kasih do'anya, Om! Kapan nyusul Bro? Ngga pengen punya yang kayak gini?!" ujarnya dengan berkelakar padaku.
"Bantu do'a aja, Bro! Supaya bidadarinya, luluh!" jawabku membalas candaannya.
"Aamiin yaa Allah!-" Ucapannya terhenti, ketika melihat Rahnia (istrinya) berjalan ke arah kami, "-jangan mondar-mandir gitu, duduk di sini! Kalau masih sakit, Ami di kamar aja! Dedek anteng kok sama Abi!" sambungnya sambil menyodorkan sebuah kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jawaban ANDRA [Proses REVISI]
RomanceMohon maaf atas ketidaknyamanan saat membaca. Cerita ini sedang berada dalam tahap REVISI. -Terima Kasih-🙏 - Ketika untuk pertama kalinya, aku kembali mendengar namamu. - Ketika namamu selalu kusebut dalam setiap do'aku. - Hingga saat takdir ILLAH...