Saat aku melihat persona Phelina yang berubah, aku hanya bisa menatapnya tidak percaya. Persona itu tampak lebih kuat dari yang pernah aku lihat sebelumnya. Phelina tidak pernah sehidup ini selama dia ada. Kala Magus mengakhiri pertempuran itu, aku melihat Phelina puas, meskipun lelah.
"Dia bisa beristirahat dulu. Selanjutnya... kamu," ucap laki-laki yang sekarang menjadi guruku itu seraya menunjuk ke arahku. Jujur, aku sedikit takut untuk menghadapinya.
"Baik," ucapku datar, menyamarkan ketakutanku. Orang ini sedikit memberiku wawasan, dan sewajarnya kebaikan dan wawasannya memberinya kehormatan sebagai seorang guru. Aku mempersiapkan diri di sisi yang berhadapan dengannya. Dia mempersiapkan diri.
"Aku tahu bahwa kamu memiliki batasan sebagai pengguna Uriel, namun kali ini akan kita akhiri batasan itu," komentarnya bersiap. Aku memperhitungkan kemungkinan yang aku miliki. Berbeda dengan Phelina, Reza, maupun Guru Rifka, aku tidak memiliki satu cara untuk benar-benar menggunakan kekuatanku. Mereka bisa bertempur dengan masa yang panjang, namun aku harus mengakhiri pertempuran secepat aku memulai menggunakan personaku. Maka dari itu, aku harus memaksimalkan bermain di sisi tepi.
"Pyro Jack!" ucapnya dan aku benar-benar bersiap. Aku tahu Uriel memblokir api, namun tidak ada kata lengah kala lawanmu sekuat orang seperti guru baruku ini. Lentera makhluk labu itu menyala, dan aku segera menghindar.
"Kamu membuang tenagamu! Personamu melindungimu dari elemen yang kamu kebal terhadapnya," komentar guru baruku seraya berpindah posisi. Aku melihat dia mempersiapkan sebuah serangan besar.
"Pyro Jack! Inferno!"
Garis merah membidik ke arahku yang aku hindari secepat mungkin. Jujur saja, aku bisa menghitung berapa kali aku terkena api dan cahaya, yang merupakan afinitas kebal Uriel, dan terluka setelahnya. Jelas, aku tidak memiliki keberuntungan stabilitas afinitas.
"Kamu meragukan kekuatanmu! Maragidyne!" teguran itu diikuti dengan api bererupsi dalam jumlah besar, membakar sebagian besar tempat di sekitarku. Sebuah bayangan perlahan mulai masuk ke benakku.
Api itu menyebar, membara di sekitarku. Teman-temanku tidak berdaya kala mereka melangkah mendekatiku. Takut. Takut. Takut. Aku takut.
"Jangan ketakutan atas masa lalumu! Ketidakmampuanmu menerima kelemahan dirimu akan menjadi akhirmu! Agidyne!" teguran berikutnya diikuti dengan satu erupsi di bawah tubuhku, yang hanya nyaris aku hindari. Jangan takut, jangan takut, jangan takut.
"Jack Frost! Bufudyne!"
Balok es nyaris mengenai tubuhku. Aku mulai menarik nafas dan menatap tajam ke arah guruku. Jika aku tidak serius dan menggunakan apa yang aku miliki, aku tidak akan berubah. Semua ini akan sia-sia. Aku harus melawan dengan segala keterbatasanku. Aku tidak akan lari.
"Jack Frost! Bufudyne!"
"Uriel! Agidyne!"
Es dan api beradu, namun esnya lebih kuat dan mengenaiku. Tidak terlalu melukai berkat kekuatan Uriel, namun tetap saja itu sakit. Dia tampak menunggu aku berdiri.
"Uriel! Hama!"
Kartu-kartu berterbangan ke arah Magus, namun dia dengan mudah menghindarinya. Dia menggunakan es lagi untuk menyerangku. Aku dan Uriel menghindari serangan balik itu. Tatapan datar aku terima saat dia melihatku menghindar.
"Mungkin batasanmu perlu dibuka. Diamond Dust!"
Sebuah bola es mengarah ke diriku dengan cepat. Dengan seluruh kemampuanku, aku memerintahkan Uriel untuk menghalaunya. Sayangnya, serangan itu sangat kuat dan meledak tepat di hadapan persona milikku itu. Tubuhku menggigil, dan Uriel hilang. Gawat...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sins and Dreams [TAMAT]
FanficSetiap kali mata ini menutupkan kelopaknya, aku bisa melihat bayanganmu kala tubuhmu diremukkan oleh reruntuhan itu. Setiap kali aku sakit, kekuatan warisanmu selalu menyembuhkanku. Setiap kali aku terancam, kekuatanmu melindungiku tanpa kendaliku. ...