37. Serpihan Kehancuran [R]

10 2 2
                                    

"Dan itu menyelesaikan semuanya," ucapan laki-laki yang memimpin ekspedisi ini kepada teman-teman satu timnya. Teman-temannya tampak girang.

"Tidak salah memanggilmu bro, Arya," komentar salah satu teman laki-lakinya. Teman laki-laki lainnya menimpali.

"Kalau nggak karena Arya, kami-kami gini mana berani misi A ginian," komentarnya. Laki-laki yang bernama Arya hanya tersenyum.

"Ayolah, aku hanya membantu kalian saja, bukan hal besar. Kalian sebentar lagi juga bisa dipromosikan ke A Rank kan?" Arya membalas komentar teman-temannya. Mereka mengangguk.

"Iri sama Arya yang S Rank, mana ku dengar si Rifka sama Senya juga bakal naik S bentar lagi," komentar salah satu dari dua perempuan di tim itu. Perempuan satunya menyenggol temannya.

"Mereka melewati hal berat juga mendapatkannya, jadi adil menurutku, Irene," komentar perempuan itu. Perempuan yang disebut Irene terlihat tidak terima.

"Ayolah, satu misi langsung S? Aku sangat iri, Kanmas," balas Irene dengan nada tidak terima. Perempuan yang disebut Kanmas hanya menghela nafas.

"Aku setuju sama Irene," komentar salah satu laki-laki. Teman lainnya mengangguk.

"Cukup. Irene, Kanmas, Phaelus, Zhahir, kita kembali dulu. Area ini tidak terlalu aman," suara Arya membuat mereka semua berhenti sebelum diskusi mereka menjadi keributan, dan memancing monster-monster di area itu. Arya mengeluarkan sebuah permata dan mengaktifkannya.

Kala dia dan rekan-rekannya tiba, tampak seorang laki-laki yang tidak lain adalah Magus menunggu kedatangan mereka. Wajah tiga orang yang iri dengan Arya semakin kesal melihat seorang S tingkat APC yang seusia mereka di sana.

"Ah, Magus, kamu mengejutkan kami," komentar Arya saat mereka tiba. Magus hanya tersenyum.

"Maaf. Ada satu hal yang ingin aku bicarakan denganmu," komentar Magus dengan tenang. Empat teman Arya tampak penasaran mendengar hal itu.

"Apakah berhubungan dengan S Rank?" Arya bertanya dulu, memastikan privasi dari masalah yang Magus ingin bicarakan. Namun, jawabannya mengejutkan Arya.

"Tentang adikmu," komentarnya. Arya sedikit terkejut, namun berhasil mengembalikan posisi tenangnya.

"Ada apa dengan adikku?"

"Dia ikut Battle Royale untuk A Rank," komentar datar Magus mengejutkan Arya. Dia tahu kemampuan adiknya sangat lemah, bahkan adiknya dengan Arsene saja tidak seberapa.

"Apa!? Bukankah dia-"

"Dia baru dipromosikan. Jangan bilang kamu lupa dia anggota Tim Rifka," sela Magus. Arya menggaruk kepalanya, kesal.

"Tapi tetap saja! Dia hanya bisa memakai Arsene dan aku tidak lihat dia-" kalimatnya sekali lagi disela oleh Magus.

"Bodoh. Kamu tidak tahu kemampuan adikmu sendiri. Dia sudah bisa memakai dua persona sekarang. Dia juga bisa menggunakan teknik kuat. Kamu terlalu mengkhawatirkannya," komentar Magus datar. Arya tampak terkejut. Adiknya bisa dua persona? Dia sendiri hanya bisa satu.

"Hei hei, apa ini, adik Arya A Rank?" Komentar Phaelus menyadarkan Arya bahwa teman-temannya masih di sini. Magus lalu membalikkan badannya.

"Orang-orang yang terinjak, akan berusaha mendapatkan pengakuan meski mereka harus membayar dengan nyawa," ucap Magus seraya pergi. Wajah Arya tampak tegang, sementara empat temannya menjadi penasaran.

"Wah, ternyata adik Arya A Rank ya," komentar Kanmas diikuti dengan tepuk tangannya. Arya menghela nafas berat, yang membuat empat temannya bingung, dengan Kanmas berhenti tepuk tangan.

"Adikku itu. Dia membahayakan dirinya sendiri," gumaman Arya dapat didengar oleh empat rekannya. Tanpa mengucapkan patah kata yang lain, Arya segera bergegas meninggalkan empat temannya. Sayangnya, dia sudah terlambat.

Jam menunjukkan 07:50 saat dia tiba di rumah. Belum tidur, belum mandi, dan lelah. Dia melihat ke sekelilingnya dan menyadari bahwa hanya ibunya di rumah. Tentu saja sapaan hangat ibunya tidak menenangkannya kali ini. Dia masih khawatir dengan adiknya, namun, tubuhnya terlalu lelah dan dengan berat hati dia terpaksa tidur.

Kala dia terbangun, hari sudah sore, dia membereskan dirinya dan melihat ayahnya pulang kerja. Tidak seperti biasanya, kali ini ayah dan ibunya sibuk menonton Battle Royale di kanal televisi lokal. Kala Arya melihat ke televisi itu, dia menyadari siapa yang menjadi sorotan di Battle Royale itu. Salah satunya adalah Reza.

Skor di daftar Battle Royale memberikan Reza posisi ke 12 dengan 20 lawan dieliminasi. Arya melihat performa Reza yang jauh di luar dugaannya, dan membuat dia terkagum dalam hati. Namun, untuk pertama kalinya, dia menyaksikan sendiri orang tuanya tidak terlalu tertarik.

"Cuma posisi 12. Sudah dibilang ga bisa 10 besar ga manut tuh anak payah," celetuk ayah Arya. Kalimat itu mengejutkan Arya. Tidak pernah dia mendengar orang tuanya merendahkan adiknya sejauh itu.

Apakah ini yang dimaksud oleh Magus? Apakah selama ini ayah dan ibu memperlakukan Reza berbeda dengan Arya? Apakah dia juga berkontribusi dengan sikapnya yang keras kepada Arya saat di akademi dulu?

Ya. Dia masih ingat kala dia menegur Reza yang terlalu santai, padahal jelas adiknya sudah terbaik di angkatannya. Memang, angkatan Reza tidak serajin angkatannya dulu, tapi bukan berarti dia memaksakan Reza seperti dirinya. Ya, dia bodoh memaksa Reza. Dan perlakuan orang tuanya, selama ini hanya menegur biasa, tapi tidak pernah sampai terdengar hinaan kala dia ada di suatu ruangan bersama mereka.

"Ayah, apakah ayah mengatakan hal seperti itu di depan Reza?"

Sins and Dreams [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang