Bab 2

6.3K 219 0
                                    


Happy reading

***

Farhan meletakkan cangkir di meja, sambil menunggu kedatangan Arnold dan Alan. Ia sengaja mengundang kedua sahabatnya itu untuk menyelamatkan hidup dan matinya. Ia memandang lurus ke depan. Ia melihat Arnold, laki-laki berambut gandrong itu berada di depan pintu masuk.

Tatapan Arnold beralih ke arah laki-laki di pojok ruangan. Cafe Aroma inilah yang menjadi tempat pertama pertemuan mereka. Laki-laki itu jauh-jauh dari London ke Jakarta untuk mengembalikan pernikahannya yang hilang. Arnold menyungging senyum dan berjalan mendekati Farhan.

"Apa kabar men ?," Farhan menyambut kedatangan Arnold dan memeluk tubuh bidang itu. Ya, mereka memang jarang sekali bertemu, terakhir ketika pernikahan Farhan dan Putri tahun lalu.

"Lo liat sendiri men, gue baik lah. Emang lo," Arnold terkekeh.

Arnold mendaratkan pantatnya di kursi, ia memanggil waitress untuk memesan secangkir kopi tanpa gula. Waitress itu mencatat pesanan Arnold. Beberapa detik kemudian pelayan itu menjauh darinya. Arnold menatap Farhan yang sedang memikirkan sesuatu.

"Alan mana?," tanya Farhan.

"Lagi di jalan mungkin, soalnya macet jam pulang kerja," Arnold melirik jam melingkar ditangannya menunjukkan pukul 17.30 menit.

"Jadi bagaimana?," Arnold melirik Farhan, ia melipat tangannya di dada. Dirinyalah orang pertama yang memberitahu Farhan bahwa Putri di Jakarta, karena bintang tamu Master Chef berikutnya adalah Putri Arkadewi. Mengetahui itu ia lalu menghubungi Farhan, mengatakan bahwa istrinya yang hilang kini akan melakukan off air bersamanya.

"Kita tunggu Alan,"

Siapa yang tidak kenal Putri Arkadewi, dia adalah salah satu artis ternama bersih dari gosip. Putri Arkadewi bukanlah artis sensasional, dia merupakan artis yang tidak pernah terkena sekandal dan hampir tidak memiliki haters. Imej positif selalu dia perlihatkan di depan publik, citra ramah, cantik dan anggun selalu disematkan oleh Putri. Siapa sangka wanita cantik itu resmi menikah dengan sahabatnya ini.

Farhan memandang lurus kedepan, ia melihat Alan melambaikan kearahnya. Laki-laki itu seperti biasa terlihat begitu rapi dengan jas hitam yang selalu dikenakannya. Ia tidak sia sia memiliki sahabat seorang pengecara yang siap membantunya dalam segala apapun.

"Itu Alan," Farhan berdiri menyambut kedatangan Alan.

Arnold mengucapkan terima kasih ketika waitress membawa kopi pesananya. Ia memandang Farhan dan Alan saling berpelukkan, sungguh sudah lama sekali mereka tidak ngumpul seperti ini. Ini seperti acara reuni dadakan,

"Apa kabar men ?,"

"Baik, gimana kabar lo," Alan menepuk bahu Farhan, ia tahu di sini mereka akan mendiskusikan permasalahan hidup Farhan.

"Lo liat sendiri gue gimana men. Gue enggak perlu jelasin lagi sama lo berdua," Farhan terkekeh, memang kenyataanya seperti itu. Ia tidak bisa berpura-pura baik-baik saja setelah Putri melarikan diri.

Mendengar Putri di Jakarta dari Arnold, maka ia memutuskan untuk mengambil cuti saat itu juga. Ia mengerahkan ke dua sahabat ini untuk mendapati Putri kembali dalam hidupnya. Alan tertawa ia melirik Arnold, walau mereka satu kota yang sama, tapi jarang sekali bertemu. Terlebih jam terbang dia dan Arnold begitu padat. Ia memeluk tubuh Arnold karena, ini seperti ajang reuni.

"Apa kabar lo?,"

"Biasalah baik," Arnold melepaskan pelukannya.

"Kapan nikah?," Alan meninju bahu Arnold, dia salah satu sahabatnya yang masih betah melajang.

Eat, Bread and Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang