Bab 25

2.4K 79 1
                                    

Happy reading

***

Akhirnya Putri tahu bahwa menjaga pernikahan itu sangat penting bagi pasangan. Semua harus adanya kerja keras bersama. Ia pernah membaca artikel tentang pernikahan di salah satu akun media sosial. Salah satu kunci rumah tangga harmonis adalah melakukan rutinitas malam. Rutinitas yang di maksudkan dalam konteks itu tentu saja tidur bersama.

Pada dasarnya melakukan hal yang menyenangkan bersama adalah cara terbaik untuk mempertahankan pernikahan agar tetap bahagia. Ya, ia akui bahwa Farhan memang memiliki pesona yang luar biasa, untuk membuatnya jatuh cinta lagi.

Ia dan Farhan telah menghabiskan malam yang panjang. Ia sudah seperti gadis yang baru saja melakukannya. Ia menatap penampilannya di cermin, sambil menahan tawa. Entahlah ada perasaan bahagia menyelimuti hatinya ketika melakukan malam yang panjang dan melelahkan.

Ia dan Farhan dulu memang sering melakukannya, karena mereka memiliki chemistry yang kuat ketika memulainya. Mereka sudah dewasa dan merasa nyaman. Selalu tahu apa yang diinginkan untuk kebutuhan biologisnya.

Putri memandang Farhan yang masih tertidur pulas. Ia melirik jam menggantung di dinding menunjukkan pukul 08.46 menit. Sudah seharusnya mereka pulang, karena ia tidak ingin merepotkan mertuanya yang sedang menjaga Mona.

Beberapa menit kemudian, ia sudah berganti pakaian. Ia memandang penampilannya di cermin. Dress berwarna biru inilah yang menjadi pilihannya, ia melihat Farhan merenggangkan otot tubuh, bergelinjak lalu membuka matanya secara perlahan. Farhan menyadari kehadirannya, lalu tersenyum.

"Sayang,"

"Hemmmm,"

"Kamu udah mandi?,"

Dengan suara khas bangun tidur yang terdengar begitu sexy menurutnya.

"Iya udah, kamu bangun dong, soalnya aku lapar mau breakfast " Putri mengoles lipstik dibibirnya.

"Tapi aku masih mager sayang, kamu breakfast di kamar aja ya, kita pesan lewat layanan kamar," Farhan merubah posisi tidurnya menyamping, sambil memejamkan mata. Karena ini adalah tidur ternyaman yang pernah ia rasakan setelah satu tahun lamanya. Ia masih ingin berlama-lama dengan sang istri.

Putri meletakan lipstik di meja, ia berjalan mendekati Farhan memandang sang suami yang masih enggan beranjak dari tidurnya.

"Aku kangen loh sama Mona," gumam Putri.

"Kamu enggak kangen sama aku," Farhan meraih jemari lentik Putri, mengelus punggung tangan itu secara perlahan.

"Ya kangen,"

"Kamu udah ninggalin aku setahun sayang, nafkah batin aku masih kurang,"

Putri mendengar itu hanya bisa tertawa, "Kita bisa lanjutin ini di rumah. Sekarang kamu mandi kita bersiap pulang, aku enggak tega lihat mama jagain Mona. Kamu tahu sendiri Mona kalau malam suka bangun, ngajak main,"

"Hemmm,"

"Ayo pulang, kasihan Mona sama mami,"

"Hemmm,"

"Kamu tetap di sini, atau aku pulang sendiri,"

"Iya, aku mandi dulu sebentar," Farhan tidak ingin bersikap egois kepada sang istri, karena ia sudah nyaman seperti.

Sebagai suami ia akan mencoba mengalah. Mengalah seperti ini bukan berarti meruntuhkan kewibawaan, tapi ia menjaga dan mempertahankan pernikahannya. Ia harus menjaga demi kaharmonisan keluarga. Sebab kebahagian itu tidak bisa ia dapat secara individu tetapi keluarga kecilnya.

Farhan memahami tindakan Putri yang ingin segera pulang. Beberapa hari ia bersama Putri ia sering bergadang tengah malam menemani Mona. Ia juga tidak membayangkan ibunya di rumahnya terjaga tengah malam. Farhan menegakkan punggung, ia mengecup kening Putri sekilas. Ia berjalan menuju kamar mandi.

Eat, Bread and Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang